Mohon tunggu...
Muh. Iqbal AM
Muh. Iqbal AM Mohon Tunggu... Jurnalis - Muhammad Iqbal Amiruddin

Membaca, menulis, menjelajah.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Legenda Saripah

28 November 2020   00:57 Diperbarui: 28 November 2020   01:00 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan segala penyesalan itu, saya menggorok urat nadi lengan dengan sebilah pisau itu.

Perihnya terasa hingga ke tulang, tiap tetes darah, saya mulai kehilangan kesadaran disertai rasa sakit yang hebat. Saya menutupi mulut dengan sehelai kain, sehingga suara jeritan tak terdengar oleh orang.

Tubuh saya roboh perlahan, tergeletak, lalu terjatuh ke sungai yang alirannya cukup deras.

Saya mati.

---

Petang datang, ayah mencari saya hingga ke penjuru kampung. Tak jua ditemui anak gadisnya ini. Semua heboh dibuatnya, ayah menyuruh semua orang di kampung turut membantu mencari.

Meski sampai subuh, tak juga mereka mendapatiku.

Pagi tiba, Sani, anak Daeng Nai' yang senang memancing, ke pangkal sungai dekat jembatan perbatasan dengan kampung sebelah.

Ketika hendak melempar kail, Sani terkejut melihat tubuh terbalik mengambang, tersangkut di batang pohon di tepi sungai.

Itu saya, mayat diriku yang ku bunuh sendiri karena tak ingin mempermalukan keluarga dan nama baik kampung.

Sani melempar pancingannya, lalu berlari ke rumah. Dalam keadaan tergesa, napasnya tak beraturan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun