Dari sini kita mulai titik yang besar pada perkembangan seni rupa kita, lantas seni lukis baru ini berkembang masuk ke zaman Jepang dan seterusnya maju bersama sama perjuangan. Kemerdekaan timbulnya Sanggar ambil bagian dalam perjuangan fisik, timbulnya sanggar inl secara pararel dengan munculnya tokoh-tokoh Seni Lukis Indonesia. nama mereka sampai ke daerah-daerah dengan segala macam polah laku dan sikap keseniannya. Bagi pelukis-pelukis daerah maksud saya di atas tahun 50 an, seperti Yogyakarta merupakan tempat ilmu melukis yang paling Ideal, maka sekitar tahun 50 an sampai tahun 55 an dibanjirilah Yogyakarta oleh seniman dari daerah untuk belajar melukis dan sekaligus juga ingin menjadi pelukis yang baik, mereka memasuki sanggar-sanggar yang mempunyai nama harum, termasuk ASRI juga. Apa yang didapat adalah ilmu melukis, teknis dan syarat melukis pola Eropa juga dengan pengetahuan yang lebih lengkap dari apa yang pernah dikerjakan oleh Raden Saleh itu sendiri.
Lebih beraneka ragam aliran, kebebasan, kenyentrikan, mencari gaya sendiri, berpribadi, mempunyai kepribadian dan seterusnya. Namun masih pola Eropa juga, hanya bedanya adalah yang melukis adalah orang-orang Indonesia, penderitaan orang Indonesia, semangatnya dalam berjuang sesuai dengan pandangan politik pada waktu itu dalam perkembangannya muncul pula Seni Rupa ITB yang disertai guru orang asing dan ini juga berkembang karena diteruskan oleh murid-muridnya dari dua pool ini yang saya maksud di sini adalah Yogyakarta dan Bandung mengapa tidak saya singgung Jakarta karena Jakarta
sebenarnya orang-orang dari sana juga yang dominannya seni rupa kontemporer ini di Indonesia.
Dengan cita-cita seperti berikut lukisan-lukisan Yogyakarta bergaya lebih kerakyatan sedangkan gaya Bandung lebih Kosmopolitan, perkembangan pelukis yang disertai kritikus-kritikus seni dasar tolaknya sama-sama pola Eropa. Sebelum timbul peristiwa Gerakan 30 September PKI, Senirupa kita telah terbagi-bagi dalam kubu yang saling berlawanan, namun pola artistiknya masih sama, syarat-syarat pelukisan, penilaiannya, hukum-hukumnya, estetikanya, berorientasi pola barat. Pada tahun 53 sampai tahun 60 an, ada kelainan-kelainan kecil hasil karya-karya pelukis apa yang saya alami antara lain.
1. Batara Lubis dengan menggarap motif-motif daerah, saya pernah menulis tentang Batara Lubis bahwa karya-karyanya merupakan bangunan baru di samping apa yang sudah didirikan Soedjojono, sayang saya waktu itu terlalu muda menyatakan argumentasi.
2. Abbas Alibasyah menggarap menong-menong
3. Amrus menggarap ornamen dalam bentuk manusia.
4. Suhadi menggarap rasa, corak batik dalam lukisannya.
Saya menganggap seni lukis karya lampau adalah cangkokan. jadi masih enak dimakan, seni rupa yang bertolak dari kesenian rakyat, sedikit dan amat sedikit boleh dikatakan hampir-hampir tersisih karena menilai selalu memakai pola barat.
Seni rupa luar negeri yang nongkrong di Indonesia dan dirawat baik-baik para Akademis, seni rupa yang bertolak dari kesenian rakyat, sedikit dan amat sedikit boleh dikatakan hampir-hampir tersisih karena ukuran menilai selalu memakal pola barat.
Mengenai seni rupa barat (Eropa ).