Mohon tunggu...
Ipon Semesta
Ipon Semesta Mohon Tunggu... Seniman - Seniman

Seniman. Melukis dan Menulis. Mantan Jurnalis Seni dan Budaya. Ketua PERSEGI (Persaudaraan Seniman Gambar Indonesia)

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Akar Seni Indonesia

10 November 2024   15:05 Diperbarui: 10 November 2024   15:27 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi koleksi pribadi buku Apresiasi Seni 1985

Retakan tanah yang persis lukisan Jean De Buffet dan Antonio Taples juga. Saya tidak menggambarkan wujud yang saya gambarkan tanah retakan-retakan tanah. Ini abstraksi itu argumentasi lagi karena pelukis kita sudah berbicara banyak kayak dokter, kayak Insinyur, yang macam kayak begini ditandal ilmiah agak ilmiah dengan sendirinya jelas ilmiah kok. Singkatnya saja beban identitas itu lebih bersifat politis, tidak bersifat apa adanya. Seniman daerah mewarisi kesenian tradisional Seniman kota, Seniman macam Amrus diwarisi oleh dua kutub. Seniman macam Amrus itu seniman daerah yang mentalnya masih daerah tapi hidupnya dikota. Jadi keseniannya menyangkut 2 hal. Yang menyenangi juga orang-orang kaya. Orang-orang yang juga mentalnya daerah dan mental kota semacam begitu, Ini semua seni lukis Indonesia kita nggak usah jauh-jauh mencari akar Indonesia. Asal kita otentik dalam mengamati kehidupan Indonesia, apapun bentuknya soal perumusan jangan terlalu percaya dengan perumusan-perumusan cepat tanpa melihat proses hanya menghasilkan barang jadi.

Mungkin seorang Sardono atau seorang Sentot yang bisa kena pengaruh Martha Graham atau yang lain-lain, atau Nikolai dan lain-lain. Kalau tidak mengamati prosesnya. Proses penciptaan adalah sesuatu hal yang paling penting di amati sehingga munculnya Warhol. Roosenberg segala karena para kritikus disana, para kritisi mengawasi proses penciptaannya, kemudian disyahkan menjadi kesenian lukisan pop yang beridentitas Amerika. Itu semua main-main politik saja. Affandi sendiri mendapat penghargaan karena ketimurannya oleh Dag Hammarschold, itu jelas sekali argumentasinya. Kita harus punya harga diri kita bisa angkuh kita bisa tegak, kita bisa menciptakan karya-karya seni kita yang mengakar pada masyarakat, kalau saya hidup di kota ya masyarakat kota Karena keangkuhan mengatasi tantangan, kegagalan kita dalam melahap tantangan yang menjadikan kesenian Indonesia akan memiliki publik. Kita tidak perlu mengemis-ngemis publik orang luar negeri tetapi orang luar negeri akan datang ke tempat kita untuk melihat. Terima kasih

Krishna Mustajab

Beberapa hal saya setuju dengan pendapat saudara Hardi, tetapi beberapa hal saya belum setuju karena saya tidak tahu jalan keluarnya Saya setuju sekali pendapat saudara Hardi yang menyinggung masalah pelukis Bali misalnya. Ida Bagus Made, Lempad, atau Cokot. Yang saya ingin himbau kepada para penulis atau kritikus seni rupa bagaimana menokohkan beliau ini dengan segala argumentasinya, sehingga bisa dibuat suatu penjelasan yang lebih lengkap atau dibukukan sehingga karya Cokot misalnya bisa menjadi salah satu tonggak dalam perkembangan Indonesia melahirkan tokoh pembaharu. Karena sementara ini belum ada yang menokohkan tokoh begitu lengkap. maka menjadi tujuan kita lah untuk bisa menjelaskan berbagai penjelasan lengkap hingga bisa kita terima dengan senang dan bangga. Kalau misalnya tadi diungkapkan lukisan Mbah Broto punya identitas Indonesia, ciri identitas pribadi sebagai bangsa Indonesia, maka penjelasan yang juga atau semacam argumentasi yang lengkap bisa kita terima. Saya kira tidak ada masalah untuk pengakuran dimasa yang akan datang di mana argumentasi tersebut wajar dan bagus. Sekali lagi saya mendukung sekali bahwa apa yang dilemparkan atau dijelaskan oleh saudara Hardi. Hanya saja tentu saja kalau tadi saya tanyakan siapa sekarang yang semacam/selaku pembela-pembelanya ini, mungkin saudara-saudara sekalian tidak mau minta pengakuan cuma sekedar menjelaskan yang lebih lengkap sebagal dokumentasi sejarah saya kira perlu dibuat. Nah ini saya kira perlu dituntut oleh para kritikus oleh para ilmuwan dalam seni rupa untuk membuat suatu argumentasi kalau saya tadi dituntut oleh Bapak mengenal bagaimana corak seni lukis Indonesia tahu Abbas saya sendiri tidak. Terimakasih

Pak Kusnadi

Kami akan berbicara secara umum, saya catat saja jadi tidak berurutan apa yang saya anggap perlu dibicarakan tentang kota itu. Memang ada dua macam kota yang saya rasa perlu diperhatikan saudara pembicara. Kata yang terutama sebagai kota dagang dan kata budaya juga. Ibukota jadi untuk liga kota ini, liga macam kota ini perlu adanya disain masing masing, dimana fungsi yang satu bisa diterima untuk yang lain Jadi tidak bisa disama ratakan kalau pencakar langit. Tidak diperlukan sebab ladang sawah urgen akan habis, kalau semua tidak bertingkat dan sekarang ini sudah banyak pula yang habis, karena tidak bertingkat menurut kami tingkat dua itu urgen sekarang karena ya untuk yang muda diatas atau yang tua dibawah atau bagaimana tetapi kalau selama pembangunan terus menerus tidak bertingkat untuk hidup seseorang itu lama lama habis dan itu akan lebih payah dari pada yang lain. Jadi ada dua macam type kota yang urgen yaitu kota perdagangan, silakan saja bertingkat tingkat, karena memang dibutuhkan dan jaraknya terlalu jauh. Kota budaya hendaknya keaslian Indonesia dapat dipelihara, kita setuju sekali Jadi kota kota budaya itu dan perumahan dimana masalah interior, pasti bisa merupakan peranan yang penting untuk menemukan kekayaan etnis kembali. Jadi kebudayaan Indonesia ciri-cirinya lewat interior mudah sekali digalang eksterior sekedarnya, gardening sekedarnya. Kemudian di Jepang terdapat kota budaya seperti disana sangat diperlukan jika dibandingkan dengan kota kota budaya kita dan kalau tadi yang ditemul saudara Mustajab.

Seorang Jepang bersikap seolah tak acuh terhadap kebudayaan, maka mungkin dia juga bukan orang budaya, jadi tidak bisa diharapkan kalau seorang luar disini menanggapi masalah kebudayaan. Sebaliknya kalau saudara berhubungan dengan konsoler atase Jepang dan dia menjawab begitu itu mengecewakan.

Tentang kepribadian memang ini dibicarakan di Indonesia maupun di luar Indonesia, di Asia pada umumnya jadi masalah. Timbulnya kepribadian, masalah kepribadian ini bukan sesuatu yang eksklusif Disini tidak dibicarakan Dan saya tidak setuju kalau masalah kepribadian itu dihubungkan pembicara orang yang mengalami masa kolonial saja. Karena kepribadian harus dimiliki sekarang seutuhnya juga dan mungkin didalam beberapa hal belum seutuhnya. Misalnya kepribadian seni lukis kita. Mengapa kita di Tokyo mendapat kesan yang bak, bahwa seni lukis Indonesia mempunyai kepribadian yang kuat. mempunyai varian gaya yang kaya seharusnya itu kita bangga dan seharusnya kita melihat kembali lukisan lukisan apa yang diperlihatkan sampai mendapatkan segi positif. Jadi tergantung kepada selecting kita apabila kita dapat menunjukkan karya yang berkepribadian atau tidak didalam maupun di uar negeri. Saya tidak setuju kalau ada anggapan bahwa kita sekarang belum mempunyai unsur kepribadian sehingga dianggap bahwa seni lukis kita itu terutama bersifat copy atau tiruan. Saya menyangkal itu dengan bukti-bukti yang dengan karya bermutu yang menurut saya berunsur Indonesia yang kuat, bahwa bentuk itu tidak satu cap seperti yang dinginkan oleh Usman Effendi itu Jelas. Sekarang kita berada di abad 20 dan berhubungan dengan semua bangsa juga antar daerah, tidak mungkin berstatus satu daerah seperti dulu Digambarkan mengapa cuma mempunyai kepribadian yang jelas dalam seni lukis bisa dengan sendirinya seperti jepang klask juga India klasik, juga Indonesia klasik diberbagai daerah masing masing khas yang dibutuhkan, bagaimana seni baru kita punya kepribadian kita dan tidak mungkin kalau untur etnis itu dimasukan dalam seni klasik kita dengan suatu pola budaya sekarang tidak mendukung lahirnya kepribadian jadi kalau ada seorang pelukis menggunakan unsur sifat kedalamnya dan seni orang bermutu tinggi mengapa tidak Indonesia, kalau daerah lain yang diambil mengapa tidak Indonesia. Menurut saya tiap unsur dari Indonesia, bisa membawa masalah Indonesia dialam seni lukis Lain dalam bahasa harus ada bahasa yang uniform Tapi saja bahasa Indonesia dan tidak mungkin dicampur campur antara bahasa dulu yang sekian banyak. Tapi didalam seni tiap kekayaan daerah bisa mendukung lahirnya seni lukis bergaya Indonesia sehingga dapat disimpulkan bahwa seni lukis Indonesia itu multi corak atau multi gaya, tetapi bisa bernapas Indonesia baru itu. Itu fergantung dari kita, setiap orang kita datang dari setiap daerah, tetapi apakah kita ini tetap mau dikatakan orang daerah itu toh dalam pikirannya, dan tidak Indonesia, Indonesia itu di bentuk oleh semua. Jadi kita semua yang membentuk secara baik Saya kira itu orang Indonesia. Kemudian industrial desain itu di Bandung Memang selama disana ada pejuang pejuang untuk mengherankan kekayaan disain Indonesia kedalamnya pasti tetapi kalau kurang dihiraukan juga akan mencari yang praktis essential mungkin euforian juga jadi saya lebih percaya kepada dua jalan yang ditempuh seperti pemikiran kemarin seolah olah disepakati dan lewat tradisional unsur unsunya diambil etnis dan lewat seni kontemporer universal kemanusiaan, tanpa memandang batas batas bangsa, tapi bukan yang bersipat copy mungkin mula-mula seperti cangkokkan, karna mata kita bisa juga kebelakang melihat dua unsur terus berpikir cangkokan. Tapi kalau unsur itu harmonis dan menyatu apa itu cangkokan? Kemudian orang Indonesia juga bisa dianggap cangkakan, tetap ada unsur yang negraistis antara vasialis antara India dan kebudayaannyapun atau kepercayaannyapun itu macam macam. Tapi saya kira mengapa wayang yang diambil dari India dasar ceritanya, bentuknya total Indonesia tidak seperti wayang India? Disana menunjukan bahwa kreatifitas Indonesia dari dulu memang ada Itu sebagai suatu sumber saja. Unsur Indonesia penting dipelajari dan buku buku kemarin yang di perlihatkan mas Abbas itu memang perlu diteruskan dikembangkan masalah penerbitannya sehingga kita lebih mengenal unsur-unsur Indonesia kita sendiri selanjutnya mengenai apresiasi ini yang perlu di tingkatkan. Kalau ada orang yang kita belum mempunyai kepribadian Indonesia dalam senilukis kalaupun dibatasi yang ketat cap yang saya tidak setuju ada cap itu, tapi ada syarat ada gaya ada irama ada rasa Indonesia. Dan itu hanya terjadi kalau apresiasi orang itu sempit Sehingga semua yang diciptakan sekarang ang sudah baguspun akan bisa tidak punya cap, karena matanya yang yang melihat sempit, jadi apresiasi ini harus dicapkan kalau ada orang yang membilangkan, kalau kita ini sekarang sama sekali belum mempunyai unsur-unsur keindahan dalam seni lukis kalau itu benar bakarlah saja anggaplah seni sebagai dagangan dan seniman seperti Joko pekik itu bisa dagang, tapi kita semua bukan pedagang oleh karena itu saya yakin bahwa karya kita itu menurut unsur-unsur Indonesia Tidak semuanya tapi kita harus melihatnya. Tentu bukan dalam seni lukis saja kita mencari kepribadian tapi dalam segala hal. Dalam tindak tanduk dalam sikap dalam jalan berpikir dan sebagainya. Tetapi ke Indonesiaan harus bercampur dengan yang universal kalau tidak bisa menjadi sempit Lukisan Sada Andai kata ada yang mengetahui latar belakangnya itu mirip itu itu mirip itu saya yakin kalau orang itu diadakan pameran, yang ada di Eropa dan Sadali. Pasti Sadali mempunyai ciri ciri sendiri juga Bukan orang di Eropa itu, saya yakin bahwa abstrak di Indonesia sudah lama di galang, sejak Paines Christi sudah membawakan unsur unsur abstrak yang dimiliki yang magis. Kemudian identitas itu harus dilahirkan dari semua macam bentuk segala kemungkinan tapi dengan segala macam semangat yang mau mendirikan kepribadian itu. Jadi kesempatan saya tidak setuju kalau ada orang yang berkeinginan konsepnya itu saja yang diterima kita harus sama sama menyusun konsep itu yang sehat dan yang luas.

Sekian

Krishna Mustajab

Teknik yang tadi diuraikan, memang saya kira saya tidak membantah juga dalam tulisan saya, bahwa wayang kulit menang hebat ia sebagai hasil ciptaan putra putri terbaik Indonesia. Tapi yang menjadi kegelisahan saya kenapa pada waktu Pelukis-pelukis atau penulis di Indonesia menyebut Rusli punya warna Asia, kemudian dalam bulan ini Juga saya baca ada seorang kolektor Belanda, mungkin kalau tidak salah Prof Isaiander? Mengatakan bahwa lukisan Rusli bukan warna Indonesia, tidak ada kritikan atau seorang seni rupa atau seorang pelukis Indonesia yang menjawab pernyataan prof Isaliander tersebut. Juga pada waktu seorang musisi luar negeri mengatakan tidak ada musik Indonesia Dan tidak ada seorang penulis kritik musik yang biasanya banyak terdapat di koran koran tidak ada yang menjawab Juga pada waktu ini yang hanya saya dengar sepintas yang kemungkinan ada kebetulannya bagai pada waktu Aibo kridi ditanyakan kesemuanya mengenai lukisan Affandi dia hanya mengatakan pelukis Affandi bukan pembaharu dari seni lukis dunia. Artinya seorang pelukis Indonesia yang bisa menambah satu identitas yang bertolak dari seni lukis Indonesia menjadi seni lukis dunia Kenapa itu tidak ada jawaban-jawaban dari kritikus atau pembela-pembela dari pelukis-pelukis kita yang gigih Menyatakan bahwa seni lukis Indonesia telah ada identitasnya dan ini tidak pernah saya baca sebagai suatu pembelaan, yang saya anggap bahwa mungkin ya tidak perlu dilayani pertanyaan-pertanyaan orang asing yang begitu gegabah menulis dalam interoirnya di koran-koran Tapi saya kira kalau memang apa itu tidak dibaca, mungkin mungkin juga tidak dibaca saya menyesal sekali bahwa tidak ada bantahan bantahan yang terlontar dari pelukis atau kritikus Indonesia, kemudian saya kira yang lainnya tidak ada yang bertentangan. Mengenal kota. bukan saya membantah adanya gedung bertingkat, saya memang setuju cuma alasan alasan beberapa insinyur yang juga saya temui bahwa memang menggarap interior ini yang punya ciri-ciri Indonesia lebih gampang dari pada exteriornya, tapi kalau dia itu menyatakan lebih gampang, saya kira juga masih ada harapan bahwa exteriornya bisa digarap, yang bisa punya watak atau ciri yang dihasilkan sebagai bangsa Indonesia dan pameran di Tokyo yang katanya bagus tapi kemarin juga mengatakan dan dia ingat bahwa waktu Indonesia pameran di New York tahun 70 Itu ada seorang yang melaporkan bahwa kritikus disana menyebutkan Indonesia ketinggalan 40 tahun, dan tidak ada kritikus atau pelukis Indonesia yang membantah ini. Ini yang saya sayangkan atau saya menyesal. Pembelaan-pembelaan terhadap perjuangan pelukis Indonesia ini kurang dirasakan di percaturan dunia. Saya kira juga pemerintah terlalu banyak menganak emaskan kesenian lainnya. Atase-atase Kebudayaan atau Duta sebab yang diluar negeri kalau mengadakan memajukan kesenian itu. Exclusive seni rupa saya kira ini yang juga perlu disadurkan Ini memang menyangkut segi Politik tapi perlu digalakan Pameran-pameran di luar Negeri ini Karena sebagai orang daerah dulu juga kita pada waktu bisa pameran di kota Itu sudah bangga sekali. Waduh kita pameran di kota kita dekat dengan suara suara yang di kota, tapi pada waktu pameran di ibukota lain lagi yang kita bandingkan pameran apa Igi yang karya-karya kami dengan pelukis-pelukis di ibukota mangkinkah masih kalah sama karya- karya yang ada di ibukota atau di Indonesia. Indonesia juga saya harapkan tidak peka dengan suara-suara yang hebat hanya di dalam negeri tapi bagaimana kita melemparkan sebagai warga negara dunia ini tidak lagi terpesona dengan kehebatan isme-isme yang ada di luar negeri. Tapi tadi saudara Hardi begitu hebat atau begitu setuju saja menerima, bahwa mungkin cokot kita, kita orbitkan mungkin bagus made kita, kita orbitkan sebagai seni lukis Bali atau Indonesia yang seksi Bali tapi begitu Indonesia, tidak hanya versi Jakarta. Tetapi Indonesia Ini yang saya sesalkan tidak ada. Kalau kita dikatakan orang luar negeri dan kita tidak menjawab saya menyesal. Dan saya sendiri tidak menjawab karena saya kira ini posisi atau peran yang lebih pandai menulis ini yang saya harapkan bisa membantahnya, kalau ada orang asing yang seenaknya menyatakan seni lukis Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun