Mohon tunggu...
Ipon Semesta
Ipon Semesta Mohon Tunggu... Seniman - Seniman

Seniman. Melukis dan Menulis. Mantan Jurnalis Seni dan Budaya. Ketua PERSEGI (Persaudaraan Seniman Gambar Indonesia)

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Akar Seni Indonesia

10 November 2024   15:05 Diperbarui: 10 November 2024   15:27 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi koleksi pribadi buku Apresiasi Seni 1985

Namun suatu hal yang cukup membanggakan bahwa dalam kondisi yang demikian itu, kita telah diwarisi begitu banyak ragam karya seni rupa yang punya nilai yang sangat tinggi, hampir oleh sebanyak suku bangsa kita yang menetap dari ujung barat sampai ke ujung timur Indonesia.

Apabila kita ukur jarak waktu antara jaman pra sejarah atau jaman batu dengan jaman komputer yang kita alami sekarang menurut ukuran umum dapat mencapai jarak waktu sekitar 12.000 (dua belas ribu) tahun Namun misalkan saja kita ingin mengadakan pameran patung Indonesia lengkap di sini sekarang, maka kita pasti dapat pameran bersama dengan saudara-saudara kita yang pada saat ini masih mengalami hidup di alam jaman batu itu.

Dan kita hanya membutuhkan waktu dua tiga jam saja untuk dapat mengalami peristiwa mimpi seperti itu. Pematung-pematung suku Asmat dari Irian, pematung dari Flores, atau pematung candi-candi di Jawa dan banyak yang lain lagi memang tidak pernah belajar teori-teori kepatungan dari Eropa, dan mereka pun mengerjakannya dengan alat- alat yang paling sederhana baik patung-patung kayunya maupun patung-patung batunya, tetapi banyak karya-karya puncak mereka kiranya tidak akan terkalahkan nilainya oleh banyak patung-patung modern dari mana pun.

Dalam perkembangan selanjutnya pematung-pematung tradisional dari Bali yang namanya dapat kita catat dengan prestasi karya-karyanya yang cukup punya nilai antara lain almarhum I Cokot. Wayan Pendet, Ida Bagus Nyana dan beberapa lagi.

Sedang perkembangan pada seni lukis primitif/tradisional, karya- karya tersebut mereka ciptakan juga untuk menandai suatu peristiwa tertentu seperti halnya yang telah dilukis pada batu-batu di goa-goa misalnya yang dapat kita saksikan di goa Maros di Sulawesi Selatan, juga di Irian yang sedang sering dibicarakan atau ditulis terdapat di Leang- Leang.

Juga lukisan-lukisan yang telah diciptakan untuk melengkapi mantra-mantra yang mereka catat di buku-buku, yang antara lain berisi ceritera yang menggambarkan tekad perlawanan menentang sesuatu yang jahat seperti yang juga telah diciptakan oleh suku Tor-Tor di Sumatra pada ratusan tahun yang lampau, diungkapkan lewat simbol- simbol dan dilukiskan secara bagus sekali antara lain oleh Guru Sabungan ni Aji Raja Bakara Simanulang pada 400 tahun yang silam (gambar-gambar tersebut antara lain telah dicetak oleh Pembangunan Jaya Group sebagai penanggalan tahun 1981).

Namun dalam perkembangan selanjutnya agaknya telah mengalami nasib yang menyedihkan karena jarang lagi kita temukan seniman-seniman tradisional generasi berikutnya yang mau mengembangkan karya-karya yang begitu bagus yang pernah diciptakan di Sumatra pada masa tersebut tadi. Memang lain halnya dengan perkembangan seni lukis tradisional yang ada di Bali

Dengan banyaknya pelukis-pelukis asing yang agak lama menetap di sana misalnya Walter Spies, R. Bonnet atau yang masih menetap di sana pada waktu ini seperti Ari Smith maka terjadilah perubahan-perubahan pada cara mereka mengisi bidang kanvas atau juga pada tema-tema mereka, berkembang dengan melukiskan kehidupan sehari-hari, pada penggambaran bentuk manusianya, pada warnanya yang berbeda dengan cara-cara mereka sebelumnya.

Seni Rupa moderen dan lingkungannya.

Sejak seorang pemuda Indonesia yang bernama Saleh Sarif Bastaman lebih kurang 150 tahun yang lalu belajar melukis ke Eropa, maka sejak itu dalam perkembangan selanjutnya seni lukis di Indonesia pada setiap peristiwa pembaruan yang diteriakkan yang muncul selalu saja gaya yang telah berkembang di Eropa dan Amerika.

Sebagal salah satu aspek dari perkembangan budaya kita, hal tersebut seakan wajar-wajar saja terjadi, hanya saja karena terjadinya hal tersebut terlalu dominan saya menganggapnya bahwa kita perlu dalam beberapa hal memberikan sentuhan-sentuhan yang mengandung peringatan agar kita tidak terjebak dalam perkembangan yang tidak seyogyanya terjadi pada diri kita sebagai suatu bangsa yang seharusnya punya sikap dalam mengembangkan kebudayaannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun