Namun, banyak di antaranya yang dianggap tidak aman dan tidak sehat, karena produk ini dapat menyebabkan efek samping seperti penambahan berat badan, tumor otak, dan kanker kebotakan (Kroger, Meister, & Kava, 2006; Sharma, Amarnath, Thulasimani, & Ramaswamy, 2016 ).
Oleh karena itu, permasalahan ini menimbulkan kebutuhan mendesak untuk pengembangan produk gula yang lebih sehat.
Produksi pemanis alami dengan indeks glikemik (GI) yang rendah dapat menjadi solusi permasalahan diabetes. GI didefinisikan sebagai suatu sistem (peringkat 0--100) yang digunakan untuk mengukur peningkatan glukosa darah setelah konsumsi makanan yang mengandung karbohidrat.
Makanan dengan GI rendah meningkatkan glukosa darah lebih sedikit dibandingkan makanan dengan GI tinggi; Oleh karena itu, produk yang sehat selalu dikaitkan dengan nilai GI yang rendah (ADA, 2018).Â
Gula kelapa (Cocos nucifera L.) dilaporkan memiliki nilai GI sebesar 35 (Kusumawaty, Maharani, & Edwina, 2012; Trinidad, Mallillin, Sagum, & Encabo, 2010) sedangkan gula dari gula palm (Borassus flabellifer) dan tebu (Saccharum officinarum L.) memiliki nilai GI masing-masing 42 dan 58--82 (Saputro et al., 2017).
Nilai GI gula kelapa yang lebih rendah menunjukkan bahwa gula kelapa bisa menjadi sumber gula yang lebih sehat. Gula kelapa dibuat dengan penguapan nira kelapa dan merupakan gula/pemanis kristal kaya nutrisi yang tampilan, rasa, larut, dan lelehnya hampir sama persis dengan gula biasa, namun sepenuhnya alami dan tidak dimurnikan serta memiliki rasa yang jauh lebih unggul ( Abdullah dkk., 2014). Tekstur dan rasa gula kelapa juga mirip dengan gula merah (Apppetit, 2018; Beck, 2014). Oleh karena itu, dapat dengan mudah menggantikan gula meja biasa.
BAHAN BAKU GULA KELAPA
Pohon kelapa banyak ditanam di daerah tropis, terutama di Asia Selatan, Afrika, Amerika Selatan, Australia, dan negara tropis lainnya (Morton, 1988), dan merupakan sumber penting minuman menyegarkan yang disebut "air kelapa" Watawana, Jayawardena , Gunawardhana, dan Waisundara (2016).
Indonesia memiliki luas kebun kelapa sebanyak 3,34 Juta hektar Terdapat sepuluh provinsi sentra kelapa dengan kontribusi kumulatif mencapai 66,33% terhadap total rata-rata produksi kelapa Indonesia tahun 2017 -- 2021.
Secara lebih lengkap, sentra produksi kelapa dalam di Indonesia selama lima tahun terakhir (2016-2020) menyebar di beberapa provinsi sebagai berikut: Riau Sulawesi Utara Jawa Timur Maluku Utara Sulawesi Tengah Provinsi Riau memberikan kontribusi produksi terbesar untuk kelapa dalam di Indonesia sebesar 11,92 persen.Â
Capaian ini diikuti oleh Sulawesi Utara (9,33 persen), Jawa Timur (9,17 persen), Maluku Utara (7,95 persen) dan Sulawesi Tengah (6,77 persen). Sisanya sebesar 54,86 persen merupakan kontribusi dari provinsi lainnya. Provinsi Bali luas areal kebun kelapa seluas 71.457,98 hektar dengan produksi tertinggi ditunjukkan oleh kabupaten Jembrana dan tabanan.