Mohon tunggu...
Indrian Safka Fauzi
Indrian Safka Fauzi Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Praktisi Kesadaran Berketuhanan, Kritikus Fenomena Publik dan Pelayanan Publik. Sang pembelajar dan pemerhati abadi. The Next Leader of Generation.

🌏 Akun Pertama 🌏 My Knowledge is Yours 🌏 The Power of Word can change The World, The Highest Power of Yours is changing Your Character to be The Magnificient. 🌏 Sekarang aktif menulis di Akun Kedua, Link: kompasiana.com/rian94168 🌏

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Happiness Inside-Out

17 Maret 2022   04:00 Diperbarui: 17 Maret 2022   15:04 530
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semua orang pasti ingin bahagia, ingin berpengetahuan dan berkemampuan, dan yang paling utama ada kecerdasan akal yang berkesadaran murni dan pemahaman hati yang luas untuk mendukung itu semua.

Happiness Inside-Out adalah sebuah ruang kelas yang Rian dermakan untuk bagaimana kita bisa memenuhi kualifikasi kebahagiaan dan mendeteksi kebahagiaan itu terpancar. 

Peraturan dan Apa yang harus anda persiapkan berpartisipasi di Kelas yang bersuasanakan "Theater of Mind" yaitu:

  • Anda Perlu fokus membaca sampai selesai, kemudian anda diwajibkan klik link yang disediakan untuk melengkapi basic pengetahuan (kecuali bagi yang sudah pernah membaca tidak perlu membaca sajian link kembali). 
  • Anda wajib meluangkan waktu anda dengan waktu yang cukup lama untuk mengikuti ruang kelas ini, maka jika anda berminat mengikuti Ruang Kelas ini, segera jadwalkan! Yang mana semua dikondisikan dengan kepiawaian anda menggunakan Kecerdasan Logical dan Pemahaman Hati. Semakin Piawai akan semakin cepat anda menyelesaikan kelas ini, namun jika anda kurang terlatih maka persiapkan waktu seminimal-minimalnya 2 Jam untuk menjawab semua pertanyaan di kelas ini. Atau anda dapat beristirahat jika sudah menyelesaikan satu partisi subtema, kemudian dilanjut lagi untuk melanjutkan Kelas (dengan syarat menyelesaikan kelas untuk kesinambungan pemahaman dan memori di hari itu juga yang dijadwalkan).
  • Dengan suasana 'Theatre of Mind" anda seakan akan ada percakapan di alam pikir (berupa pertanyaan logis) dan alam hati (jawaban berdasar pemahaman) anda dengan diri anda sendiri. Maka persiapkan Alat Tulis dan kertas/buku jika anda tidak mempergunakan Laptop/PC dalam mengikuti kelas ini.
  • Dengan mengikuti kelas ini dengan baik dan sesuai aturan kelas, maka anda sedang berkomitmen dengan diri anda sendiri.
  • Ada metode khusus dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang Rian sajikan yaitu:
    • Present state: Jawaban di kondisi dan situasi saat ini.
    • Desire state: Jawaban di kondisi dan situasi di masa yang dicita-citakan.
    • Value: Nilai-Nilai atau Prinsip yang tertanam pada pemahaman anda.
    • Steps: Langkah yang diambil, minimal 7 langkah (langkah awal hingga result di Desire State).
    • Resources: Ilmu yang dimiliki, pengalaman, nasihat berharga yang pernah diterima dan strategi yang digunakan demi meraih Desire State.

Disclaimer: Saya Rekomendasikan bacaan ini dibaca oleh seorang yang mulai dan sudah berkesadaran. Minimal usia 17 tahun keatas atau bagi yang sudah memiliki basic ilmu tentang pemahaman hidup dan prinsip-prinsip hidup (yang bersumber dari misi pencarian jati diri, pengalaman hidup, wawasan hidup dan bermasyarakat, serta nasihat-nasihat berharga yang anda dapatkan dari orang terdekat dan orang-orang yang anda cintai).

Baik jika segala persiapan sudah disiapkan. Anda bisa memulai kelas ini dengan diawali doa belajar.

Kita mulai pelajarannya!

Presupposition dari Happiness Inside-Out adalah:

"Bagaimana bisa kita membahagiakan sesama kita? Jika kita sendiri belum bahagia?"

Maka metode Inside-Out adalah proses kebahagiaan yang kita lakukan dimulai dari membereskan yang ada di diri untuk kemudian ke luar diri kita membahagiakan sesama.

Masyarakat pada umumnya menyamakan bahagia dengan senang, padahal sejatinya berbeda.

Bahagia (Happiness) itu sifatnya kekal, karena murni kedudukan sang jiwa. Lawannya adalah kesengsaraan jiwa (kehilangan kesadaran saat bersosialisasi misalnya).

Sementara Senang (Pleasure) itu sifatnya sementara, karena kepuasan badaniyah semata (seperti rasa enak dan nyaman pada lidah, telinga, rangsangan kulit, membuat mata bergairah, dan rasa gurih pada lidah yang mengairahkan nafsu makan). Lawannya adalah penderitaan badan (sakit dan nyeri pada badan misalnya).

Namun karena definisi ini terdistorsi, maka masyarakat cenderung menyamakan bahwa bahagia itu sifatnya tentang kondisi yang diharapkan baik pada badannya dan kejiwaanya. Maka Rian anggap pembaca sudah paham dengan penjelasan diatas, maka kita sepakat kita disini membahas kebahagiaan yang didefinisikan oleh khalayak umum.

Ada sub tema yang dipecah menjadi beberapa part untuk memperkuat basic pengetahuan kita di Kelas Happiness Inside-Out, diantaranya:

  1. How to activate self-happiness 
    • Mengetahui dan Mengatasi "Identity Crisis"
    • Self-Reflexivity
    • Upgrading Consciousness
    • Glorifying God and His Messenger or His Avatar
  2. How to detect happiness inside-outside
    • Mendeteksi melalui Pancaran dan mimik Wajah
    • Mendeteksi melalui Pemikiran dan Keinginan

How to activate self-happiness

Ada banyak cara untuk mengaktifkan kebahagiaan diri. Maka sebelum kita berkeinginan membahagiakan sesama dan berkemampuan untuk mendeteksi kebahagiaan, ada baiknya jadikan diri kita bahagia terlebih dahulu. Bagaimana bisa orang yang kita cintai menjadi bahagia dengan segala upaya kita jika kita sendiri tidak bahagia?

Mengetahui dan Mengatasi "Identity Crisis"

Apa itu "Identity Crisis?"

Krisis identitas adalah bentuk perilaku manusia yang mengkerdilkan identitas dirinya yang sejati menjadi golongan golongan yang tidak universal dan menyeluruh seluruh makhluk yang dinamakan identitas badaniyah (seperti aku adalah orang dengan kenegaraan tertentu, aku adalah pemeluk agama tertentu, aku adalah anggota suatu kelompok tertentu, dsb), sehingga mudah dimanipulasi apa yang manusia jadikan pembenaran diri atas identitas dirinya akibatnya segolongan manusia yang dijebak dengan permainan "identity crisis" mudah tersulut api emosinya, dan mencari sesama golongannya untuk sama-sama meneriakkan diri dan memposisikan diri sebagai korban, karena identitasnya "dilecehkan" menurut pemikiran mereka. Sehingga seringkali muncul tagar #Save*** yang menunjukkan itulah identitasnya yang membuatnya terjebak dengan pemikiran, bahwa aku ini adalah korban.

Perilaku ini dapat menggolong-golongkan manusia, dan sangat berbahaya dalam kelangsungan kesatuan dan persatuan bangsa. Mudah diadu-domba, mudah dijadikan robot yang di remot demi kepentingan segolongan yang mengetahui kelemahan orang-orang yang mudah terprovokasi karena masalah jati diri. Sehingga masyarakat dengan mentalitas krisis beridentitas, mudah digerakkan oleh kepentingan-kepentingan, dan yang digerakkan merasa dirinya bahagia (namun sebenarnya semu dan sementara) karena ada yang satu nasib dengannya. 

Mereka mengganggap dirinya bisa berbahagia karena dapat bergerak dengan jumlah banyak dan golongannya, membuat orang-orang seperti ini cenderung mudah dieksploitasi, ditakut-takuti, diframing pemikirannya sehingga tunduk pada kepentingan, menjadikan hal ini sebagai pembenaran karena merasa ia dibekengi oleh banyak orang yang sependapat dan senasib dengannya yang menyebabkan perilaku Dare with Crowd. Jenis kebahagiaan seperti inilah yang dimanfaatkan untuk kepentingan-kepentingan tertentu, karena kebahagiaan jenis ini dijadikan suatu keinginan yang harus terpuaskan oleh orang-orang yang terlanjur berperilaku Dare with Crowd.

Rian melakukan observasi lapangan pada para pelaku Dare with Crowd dengan melakukan percakapan berikut:

Rian: Apa tujuan untuk mengumpulkan massa dan kemudian berdemonstrasi?

X: Saya membela keyakinan saya identitas saya.

Rian: Apa tujuan dari membela keyakinan dan identitas?

X: Agar selamat dunia akhirat karena tugas saya membelanya.

Rian: Apa definisi selamat dunia akhirat?

X: Saya masuk surga.

Rian: Bertemu dengan siapa di surga?

X: Bertemu dengan bidadari.

Rian: Apa tujuan bertemu bidadari?

X: Berbahagia dengan bercinta dengan para bidadari.

Rian: Apakah itu tujuan tertinggi hidup?

X: Ya. itu tujuan tertinggi hidup.

Rian: Apakah anda berbahagia apabila tujuan tertinggi itu tercapai?

X: Ya. Saya berbahagia.

Dari percakapan diatas ternyata Cinta Tuhan Yang Maha Kekal bukanlah tujuan tertinggi mereka, tapi bidadari, sementara kita mengetahui maksud mereka 'bercinta' dengan bidadari. Masih orientasi kenikmatan duniawi yah? Toh di dunia juga banyak bidadari yang berparas indah dan berkarakter mulia. Berarti perilaku dan gaya hidup hedonistik juga dapat mempengaruhi terjun tidaknya seorang dalam lingkaran Dare with Crowd.

Bagaimana cara mengatasi "Identity Crisis?"

Dengan menginsyafi bahwa diri yang sejati adalah Ruh atau personalitas jiwa, setiap yang hidup/bernyawa akan mati karena yang menggerakan makhluk menjadi hidup adalah Ruh atau personalitas jiwa seperti yang dijelaskan dalam Surah Al-Quran Ali Imran ayat 185. Maka sejatinya identitas seluruh makhluk adalah jiwa atau Ruh, yang membedakan adalah kualitas kesadarannya. Ada kesadaran hewan dan dari kesadaran hewan pun dibagi menjadi kesadaran serangga, kesadaran reptil, kesadaran mamalia, kesadaran burung, dan sebagainya. Ada kesadaran tumbuhan. Ada kesadaran makhluk yang tak dapat dijangkau inderawi (ghaib) yaitu Kesadaran Malaikat dan Kesadaran Syaithan. Dan adapula Kesadaran Manusia yang juga terbagi menjadi beberapa tingkatan kesadaran, bisa dilihat detailnya di:

  1. Tingkatan Kesadaran Manusia
  2. Penjelasan Manusia Kesadaran Minus
  3. Penjelasan Manusia Kesadaran yang berkualifikasi untuk memasuki Zaman Age of Love and Great

Dengan menginsyafi diri kita adalah Ruh bukan badan dengan identitas-identitas yang melekat pada badaniyah, membuat kita menjadi semakin bijaksana memahami perbedaan yang ada. Perbedaan dan keanekaragaman dianggapnya sebagai suatu warna luksisan yang penuh keindahan seni yang membuat lukisan semakin takjub untuk dipandang. Keanekaragaman identitas badaniyah ia jadikan pelajaran berharga untuk bagaimana menghargai pendapat banyak orang yang begitu bervariasi, sehingga wawasan kita semakin luas dan menarik untuk disimak. Dengan keluasan wawasan hidup kita semakin terbebaskan dari ikatan identitas badaniyah, yang mana identitas badaniyah jika tak dapat kita arahkan melalui kendali kita, tentu dapat membuat hidup kita malah tidak terarah, yang akhirnya disetir oleh kepentingan-kepentingan melalui Dare with Crowd.

Dengan menginsyafi diri kita adalah Ruh, kita memaknai kematian adalah gerbang untuk kembali kepada kasih Kekal Tuhan Yang Maha Penyayang di alam berikutnya. Namun orang yang terjebak dengan identitas badaniyah cenderung sangat merasa ngeri dengan kematian, dan merasa belum siap untuk menghadapi kematiannya sendiri, karena takut kehilangan hal-hal kenikmatan dan kemelekatan duniawi.

Sekarang Rian mengajukan sejumlah pertanyaan. Ada 2 jenis pertanyaan. Yaitu jika anda memiliki belief bahwa diri sejati anda adalah Ruh atau bukan Ruh (Identitas Badaniyah).

Pertanyaan: 

(Siapkan alat tulis anda atau media klerikal/ketikan anda, dan hitung menit anda dimulai menggunakan stopwatch di gawai anda atau tentukan jam anda memulai mengikuti Test ini untuk mengukur kepiawaian anda mengolah akal dan hati)

  1. Apakah yang menjadi beliefmu (apakah diri ini Ruh atau bukan)?
    • Present state: ...
    • Desire state: ...
    • Value: ...
  2. Mengapa itu menjadi alasanmu?
    • Present state: ...
    • Desire state: ...
    • Value: ...
  3. Apa yang menjadi sebab alasanmu itu?
    • Present state: ...
    • Desire state: ...
    • Value: ...
  4. Apa yang menjadi akibat alasanmu itu?
    • Present state: ...
    • Desire state: ...
    • Value: ...
  5. Apakah anda menjadi bahagia dengan belief tersebut?
    • Present state: ...
    • Desire state: ...
    • Value: ...
    • Steps: ...
    • Resources: ...

Self-Reflexivity

Refleksi diri dan intropeksi adalah salah satu cara mencapai jawaban-jawaban melalui pertanyaan-pertanyaan tentang apakah aku sudah berbahagia? Metode ini efektif untuk menggali kebenaran sejati dalam diri dan menyadarkan diri akan situasi dan keadaan diri yang sekarang (Present State) dan situasi dan keadaan diri yang diinginkan (Desire State).

Apakah saat ini aku sudah bahagia dengan diriku sendiri atas dermaku kepada yang hidup? (Sebagai contoh)

Present State: Masih kurang bahagia, karena aku masih menderma untuk diderma (bersifat transaksional) tidak setulus-tulusnya menderma demi kemajuan sesama hidup. 

Desire State: Aku sudah bahagia dengan diriku sendiri saat ini, karena dermaku telah dirasakan manfaatnya oleh orang banyak, karena aku tak berharap kembali atas dermaku, biarlah Tuhan yang menikmati ketulusan dermaku yang nampak dari karakterku saat ini yang sudah terbentuk utuh penuh ketulusan yang tak bersyarat. 

Steps: 

1. Memulai ketulusan dari hal kecil seperti menyapu lantai rumah atas kesadaranku tanpa diperintah siapapun.
2. Mengecek apakah aku masih menggerutu pada diriku atau tidak? saat aku melakukan kesadaran ini.
3. Jika aku tak menggerutu, maka apakah hasilnya memuaskan? jika memuaskan aku lanjutkan, jika tidak aku perbaiki
4 Mengecek lama waktu yang kukerjakan dalam proses berkesadaran ini. Apakah lama atau sebentar? Jika lama mengapa aku selama itu? mungkin saja aku tidak fokus dan memikirkan hal lain. Jika sebentar, berarti aku sudah mulai fokus dan efisien dalam berkesadaran.
5. Mulai mempraktikan proses kesadaran ini di lingkungan kerja.
6. Mengecek ketulusan, efektivitas dan efesiensi berkesadaran di lingkungan kerja.
7. Jika aku terbiasa dengan hal ini. Maka aku merasa diri telah berderma dengan tulus.

Value: Ketulusan

Resources: 

Ilmu: Membaca kisah-kisah para Nabi yang tulus berdakwah demi keselamatan umat manusia.

Pengalaman: Pernah merasakan pahitnya menyimpan rasa pamrih hingga mengangis.

Nasihat berharga: Ayahku mengajarkan arti ketulusan yang merupakan perwujudan keelokan karakter diri.

Strategi: Mengimplementasikan ketulusan yang telah dipelajari dari ilmu yang didapat untuk dipraktikan dimulai dari hal terkecil lingkungan rumah keluarga, jika sudah piawai baru meluas ke lingkungan kerja.

Apakah saat ini aku sudah bahagia dengan diriku sendiri atas dermaku kepada yang hidup?

Present State: ...

Desire state: ...

Value: ...

Steps: ...

Resources: ...

Apakah saat ini aku sudah bahagia dengan diriku sendiri atas karakterku dimata orang-orang? 

Present State: Masih kurang bahagia, karakterku masih dicemari dengan sifat-sifat kurang terpuji, seperti hanya ingin diluhurkan saja dengan apresiasi-apresiasi yang padahal diriku tidaklah patut diapresiasi karena masih belum lengkapnya pengetahuanku. Dan pelayanan yang diberikan olehku masih kurang maksimal ketulusannya, masih merasa sedih jika aku tidak dihargai saat melayani sesama melalui pengetahuan dan kemampuanku. (Sebagai contoh)

Present State: ...

Desire State: Aku sudah bahagia dengan diriku sendiri saat ini, karakterku sudah terbebas dari sifat-sifat kurang terpuji, aku mampu meluhurkan diri sesama begitu lihainya, aku selalu mengapresiasi sesamaku yang berkontribusi untuk kemajuan bangsa melalui karya karya beliau, aku menyemangati beliau dan berterima kasih dengan sepenuh hati jika aku mendapatkan apresiasi dari beliau semua. Dan pelayananku kini tanpa cela, karena aku sudah tidak bersedih jika tak ada yang menghargai pelayananku sekalipun, karena Tuhan Maha Melihat apa yang aku kerjakan secara konsisten dan teratur. Tak ada kesedihan kini dalam diriku. (Sebagai contoh)

Desire state: ...

Value: ...

Steps: ...

Resources: ...

Dan pertanyaan lainnya yang mempertanyakan kadar kebahagiaan diri sendiri, seperti:

Apakah hobiku membahagiakan?

Present State: ... 

Desire State: ...

Value: ...

Steps: ...

Resources: ...

Apakah minatku membahagiakan?

Present State: ...

Desire State: ...

Value: ...

Steps: ...

Resources: ...

Apakah profesiku membahagiakan?

Present State: ...

Desire State: ...

Value: ...

Steps: ...

Resources: ...

Apakah keluargaku membahagiakan? 

Present State: ...

Desire State: ...

Value: ...

Steps: ...

Resources: ...

Apakah uang membuatku bahagia?

Present State: ...

Desire State: ...

Value: ...

Steps: ...

Resources: ...

Apakah Gelar yang kini ku-emban (baik gelar dari masyarakat seperti ustadz, haji, dsb dan/atau gelar akademis) membuatku bahagia? (optional)

Present State: ...

Desire State: ...

Value: ...

Steps: ...

Resources: ...

Apakah yang ku perjuangkan saat ini dan kedepan membuatku bahagia?

Present State: ...

Desire State: ...

Value: ...

Steps: ...

Resources: ...

Apakah dengan berdiam di rumah terus menerus karena kondisi pandemi saat ini membuatku bahagia?

Present State: ...

Desire State: ...

Value: ...

Steps: ...

Resources: ...

Apakah hewan piaraanku membuatku bahagia? (optional)

Present State: ...

Desire State: ...

Value: ...

Steps: ...

Resources: ...

Apakah tanaman yang kurawat membuatku bahagia? (optional)

Present State: ...

Desire State: ...

Value: ...

Steps: ...

Resources: ...

Dimana aku berbahagia?

Present State: ...

Desire State: ...

Value: ...

Steps: ...

Resources: ...

Kapan aku berbahagia?

Present State: ...

Desire State: ...

Value: ...

Steps: ...

Resources: ...

Dan pertanyaan lainnya yang muncul dibenak pikiran anda, lalu jawab kemudian di hati anda sesuai pemahaman anda. Tetap dengan jawaban di Present State itu apa dan Desire State apa, value juga steps nya apa saja dan Resourcesnya (Ilmu dan Strategi) apa saja?

Kemudian anda renungkan sendiri pertanyaan-pertanyaan tersebut sesuai nalar/logika anda dan jawab berdasar pemahaman nurani anda Maksimal selama waktu 20 menit (mulailah nyalakan timer anda). 

Dan apa perbedaan yang anda rasakan sekarang? Apakah misi hidup anda untuk bahagia semakin jelas?

Upgrading Consciousness

Sebelumnya sudah diulas tentang makna kesadaran di partisi 'Bagaimana cara mengatasi "Identity Crisis"'. Kadar kualitas kebahagiaan diri sangat selaras dengan level kesadarannya, dan level wawasan ruhaninya. Maka cara untuk mengupgrade kesadaran agar dapat lebih berbahagia daripada sebelumnya yaitu dengan berdoa bermunajat untuk dapat berkualifikasi pada level kesadaran tertentu. 

Anda dapat mendeteksi level kesadaran anda secara terukur melalui kuisioner dengan klik link ini.

Contoh doa seorang yang menginginkan berkesadaran 5+

Jika ia beragama Islam, "Ya Allah... hamba memohon restuMu, jadikanlah aku orang yang bermanfaat dunia akhirat kepada orang-orang yang kukasihi dan agamaku, teguhkan diriku agar aku mampu berjuang memenuhi segala bayaran yang pantas untuk menjadikan diriku dalam golongan tersebut Ya Allah. Aamiin YRA." Secara konsisten doa ini dipanjatkan dengan niat luhur yakni meluhurkan yang hidup.

Tidak ada cita-cita atau keinginan luhur yang sulit dicapai, selama ia mampu membayarnya.

Apa bayaran yang harus dibayar?

Yaitu segala ujian kehidupan yang harus kita tempuh penuh konsistensi kejiwaan atau dinamakan kesabaran. Barangsiapa ia bersabar maka Allah akan menuntunnya menuju tuju yang ia citakan. Ujian kehidupan bagi orang bijak dijadikan pelajaran berharga untuk menempa kesadarannya, wawasanya, dan result yang diperoleh adalah kebahagiaan sesuai level kesadarannya.

Artinya, ada konsekuensi besar yang kita hadapi untuk mengupgrade kesadaran. Jika tidak siap, lebih baik jangan. Karena itu dapat mempengaruhi kejiwaan anda. Jika anda tidak sabar dalam ujian, maka konsekuensinya anda dapat mengalami kegilaan-kegilaan yang membuat diri kehilangan kesadaran. Ini sangatlah berat untuk dicoba, perlu tangga evolusi kesadaran yang harus ditempuh. Misal: kalau kita masih berkesadaran 1+ tidak bisa berdoa kepada Allah untuk meminta dan bercita dinaikan kesadarannya ke level 7+. Ibarat anak SD diwajibkan mengikuti ujian Anak-Anak Mahasiswa Sarjana. Dampaknya kita ketahui sendiri. 

Resiko besar dalam bercita dan berkeinginan luhur haruslah bertahap, seperti jika present state nya berkesadaran +3 maka berdoalah agar di desire state berkesadaran +4. Jika tidak demikian, maka konsekuensi berat anda tanggung sendiri. 

Dan dengan catatan sebelum anda bermunajat memohon kepada Tuhan Yang Maha Bijaksana sesuai keyakinan pribadi. Diharapkan anda siap dengan segala ujian hidup yang kelak menerpa, dengan segala upaya yaitu pengetahuan ruhani yang bersifat kekal (tentang pembentukan karakter misalnya), pengalaman hidup, dan nasihat berharga dari orang-orang terdekat dan seorang yang begitu berperan besar dalam kemajuan hidup anda. 

Karena saat nanti anda diuji, anda akan merasakan posisi penuh kesendirian yang hebat, seolah-olah pemikiran anda berkata "Mengapa tidak ada yang peduli dengan kondisi dan situasi ku saat ini?". 

Proses ini adalah tentang posisi anda dimata Tuhan dan tentang pembuktian diri dan konsistensi anda juga proses kelayakan meraih kesadaran yang anda harapkan dimata Tuhan. Maka jika anda bertekad bulat untuk mengupgrade kesadaran anda, jika anda seorang pemuda yang masih bujangan atau gadis anda perlu dukungan moral dan fasilitas dari keluarga terkasih. Sementara jika sudah berumah tangga, anda perlu segala pondasi berumah tangga baik dari segi finansial, fasilitas, dan restu dan dukungan moral pasangan hidup juga anak anak yang sudah dewasa.

Baik pertanyaan dimulai (Siapkan timer anda)!

Setelah mempelajari level kesadaran. Aku berada di Level kesadaran berapa?

Present State: ...

Desire State: ...

Value: ...

Mengapa demikian?

Present State: ...

Desire State: ...

Value: ...

Apakah aku memutuskan untuk meningkatkan level kesadaranku?

Present State: ...

Desire State: ...

Value: ...

Steps: ...

Resources: ...

Apakah aku siap dengan segala konsekwensi dan result yang kelak ku hadapi demi meraih level kesadaran yang kuharap aku bahagia seperti yang kuduga?

Present State: ...

Desire State: ...

Value: ...

Steps: ...

Resources: ...

Glorifying God and His Messenger or His Avatar

Memuliakan atau meluhurkan Tuhan dan Para Utusan-Nya (untuk agama samawi dan lainnya) atau Awatara-Nya (untuk sanatana Dharma) adalah jalan yang paling efektif untuk dapat mencapai kebahagiaan sejati yang diperoleh asal konsisten, tekun, dan teratur. Dan di akhir zaman ini mengucapkan Nama Suci Tuhan dan Personalitas yang dimuliakan-Nya sesuai keyakinan masing-masing dapat mengantarkan seseorang pada tingkat kebahagiaan - kesadaran - pengetahuan Ruhani sesuai potensi yang kita muliakan.

Saya mengamati fenomena unik, seorang Kristian yang rajin memuji Nama Suci Tuhan sesuai keyakinannya di gereja dengan penuh konsistensi. Wajahnya begitu bercahaya secara keruhanian, artinya ada pancaran kebahagiaan yang terpancar dalam dirinya. 

Begitupula seorang muslim yang rajin shalat ke Masjid, yang Rian bertanya kepada beliau "Apa Tujuan Shalat?" ia menjawab "Untuk mengagungkan Keagungan Allah, bukan sekadar korban kewajiban" wajahnya nampak bercahaya dan memancarkan sinar kebahagiaan. 

Adapun seorang sufi (ahli tasawuf) yang selalu bershalawat, dan Rian bertanya "Apa Tujuan Bershalawat?", "Aku mengharap syafaat Rasul dan memuliakan Rasul karena ia akan menjadi penyelamatku kelak di yaumul mahsyar" dan benar wajahnya nampak bercahaya penuh pancaran kebahagiaan ruhani. 

Kemudian Rian bertemu seorang Vaisnava yang selalu berjapa mengucap Nama Suci Sri Krsna dan Sri Rama, dan Rian bertanya pada beliau "Apa tujuan-mu berjapa?", "Aku begitu memuliakan kisah Sri Krsna dan Sri Rama yang menyelamatkan umat manusia di zaman lampau yang sangat jauh dari zaman sekarang, mempelajari karakter Sri Krsna dan Sri Rama sering membuatku menitikkan air mata, karena segala perjuangan dan kebijaksanaannya teruntuk umat manusia." Dan benar wajahnya nampak bercahaya penuh pancaran kebahagiaan ruhani.

Maka dapat disimpulakan bahwa kebahagiaan ruhani selalu terpancar dari wajah dan badan orang orang yang selalu meluhurkan Tuhan dan Personalitas yang Dimuliakan-Nya, melalui kegiatan transenden yang dilakukan oleh rohaniawan-rohaniawan sesuai kisah pengamatan diatas.

Sangat berbeda dengan orang-orang yang melakukan kegiatan transenden diatas hanya untuk memenuhi syahwat duniawi nya dan pemenuhan materi semata. Tak terpancar wajah kebahagiaan yang bersifat ruhani pada diri mereka melainkan hidup penuh dengan ketidakpuasan dan wajah yang masam, Al-Quran mengisahkan Kisah Berwajah masam dalam Surah Abasa, dan surah ini menjelaskan bahwa orang yang berwajah masam kecenderungan sifat abainya tinggi seperti yang dijelaskan pembahasan ini (link menuju bacaan Deteksi Ketidakbahagiaan).

Pertanyaan dimulai! (Siapkan Timer anda)

Apakah aku sudah mempraktikan kegiatan transendent ini secara konsisten, tekun dan teratur?

Present State: ...

Desire State: ...

Value: ...

Steps: ...

Resources: ...

Apakah yang aku rasakan dan hasil (bahagia atau tidak) dari mempraktikan kegiatan transendent ini secara konsisten, tekun dan teratur?

Present State: ...

Desire State: ...

Value: ...

Steps: ...

Resources: ...

Setelah kita mampu mengaktivasi kebahagiaan secara paripurna. Maka level selanjutnya adalah mengaktivasi kemampuan untuk mendeteksi kebahagiaan secara paripurna juga.

How to detect happiness inside-outside

Ada 2 cara untuk mendeteksi kebahagiaan seseorang yaitu Mendeteksi melalui Pancaran dan Mimik Wajah, dan Mendeteksi melalui Pemikirannya.

Mendeteksi melalui Pancaran dan Mimik Wajah

Partisi sebelumnya tentang "Glorifying" sudah menjelaskan sebahagian besar partisi ini. 

Wajah yang masam, yang bercirikan kurang enak dipandang, dan membuat kita sebel melihatnya dan ingin kita menjauhinya, seperti yang penuh keseriusan. Mengindikasikan hati seseorang sedang menghadapi masalah, hanya saja jangan langsung kita menjudge dia bahagia atau tidak, belum tentu ia tidak bahagia jiwanya, dan belum tentu ia bahagia jiwanya. ada 2 kemungkinan:

Kemungkinan pertama, ia masih sadar, karena ia sedang mencari solusi dari segala permasalahan yang ia hadapi

Kemungkinan kedua, ia abai dengan dirinya yang sejati, yang menyebabkan ia tidak bahagia.

Tinggal kita bertanya dengan seorang yang berwajah demikian?

"Kenapa kamu tegang begitu wajahnya? ada masalah apa?

Kalau dia masih bisa menjawab, dan cenderung jawabannya "Saya sedang dalam masalah." ia berarti masih berkesadaran.

Namun kalau ditanya begitu dia malah memarahi kita. Maka ia berarti dalam kondisi abai. Karena amarah yang disebabkan ego (angkara murka) adalah produk dari sifat abai. 

Perlu digaris bawahi dalam memaknai Kemarahan. Ada 2 penggolongan jenis marah, yang satu marah yang berkesadaran yang bertujuan untuk menyadarkan sesama agar sesamanya kembali pada kesadarannya, maka marah ini sifatnya mulia karena memang produk dari kesadaran.

Sementara marah yang berlandaskan pemenuhan materi, kenikmatan dan pemuasan ego, ini adalah marah yang dimurkai Tuhan dan Seluruh Makhluk Semesta, karena marah ini memicu pertengkaran dan perkelahian hingga tindakan kekerasan yang bersifat kriminal. Marah jenis ini adalah merupakan produk dari sifat abai.

Sementara orang-orang yang berbahagia, maka ia cenderung senang menebar senyum ramah kepada siapapun, wajahnya cerah menyejukkan hati tanpa perbedaan warna kulit gelap atau putih, tapi seperti ada kilauan cahaya yang memandangnya menjadi merasa tertarik melihat wajahnya, namun bukan senyam-senyum sendiri yah.

Challenge Praktik untuk anda!

Anda bisa mempraktikan hal ini untuk mengukur kebahagiaan anda pribadi dengan rumus diatas dengan bercermin di kaca cermin, lihat kecerahan dan keceriaan yang terpancar diwajah anda. Apakah demikian atau tidak? Lalu nilai sendiri dengan rumus yang sudah dipelajari.

Mendeteksi melalui Pemikiran dan Keinginan

Pemikiran orang-orang yang berbahagia biasanya menginspirasi bukan dari hal kelimpahan materi dan kenikmatan, melainkan hal-hal spiritual yaitu pembentukan karakter yang indah dan mulia (dengan selalu memberikan keberlimpahan manfaat melalui pelajaran hidup yang berharga kepada orang banyak). Dan pemikirannya dipenuhi wawasan keruhanian yang kekal bukan berarti senang membicarakan hal-hal bersifat religi yang memisahkan dan membandingkan golongan religi tertentu. Pemikirannya berwawasan Ruhani yang bersifat universal dan mencakup seluruh yang hidup, tidak diskriminan kepada perbedaan kecuali perbedaan ruh dan badan. 

Jika pemikirannya masih membahas hal-hal keduniawian seperti kelimpahan dan materi dan kenikmatan yang mewah, ada kecenderungan ketidakbahagiaan yang masih melekat pada dirinya.

Kemudian dari pemikiran apapun biasanya melahirkan keinginan-keinginan. Jika pemikiran anda dipenuhi wawasan rohani. Biasanya akan lahir keinginan mulia dan indah, yakni Meluhurkan Yang Hidup. Artinya ada kesadaran dan keinginan kuat untuk mencerdaskan sesama tanpa diskriminasi identitas badaniyah manusia dan makhluk hidup lainnya, memiliki keinginan untuk membuat sesamanya berkemampuan atau memiliki skill, memiliki hasrat luhur untuk menyayangi, melindungi, mengayomi dan hal-hal yang bersifat altruis namun altruis yang tetap bersandar pada kemahakuasaan Tuhan.

Ada perbedaan mutlak antara seorang yang masih berpikirian materialistic oriented dan spirituality oriented.

Seorang yang materialistic oriented pada umumnya memiliki penghasilan tetap dan stabil, namun ada kecenderungan selalu merasa kurang dalam pemenuhan hal materi karena keinginan-keinginan pemenuhan kenikmatan inderawi yang memiliki kecenderungan sulit dikendalikan oleh dirinya.

Seorang yang spirituality oriented pada umumnya sumber penghasilannya kurang stabil dan kurang jelas, namun ada kecenderungan selalu merasa cukup dalam pemenuhan hal materi karena kelimpahan rezeki yang disebabkan ia mampu mengekang keinginan-keinginan yang bersifat pemenuhan kenikmatan inderawi.

Anda bisa mendeteksi pemikiran anda sendiri dengan rumus diatas dan menyimpulkan sendiri, apakah melalui pemikiran yang kusimpan dipikiranku. Aku benar-benar menjadi bahagia atau tidak?

Present State: ...

Desire State: ...

Value: ...

Steps: ...

Resources: ...

Kesimpulan yang perlu digarisbawahi setelah belajar melalui Ruang Kelas - Happiness Inside-Out adalah:

Kebahagiaan itu bersyarat. Dan jawaban-jawaban yang anda tulislah yang menjadikan syarat itu ada.

Demikian Wawasan yang disampaikan di Ruang Kelas - Happiness Inside-Out. Jika anda bergaya belajar visual atau melihat. Maka efektivitas anda untuk menginstall aplikasi Happiness Inside-Out di memori otak anda cenderung tinggi. Kalau gaya belajarnya Auditory (mendengar) atau Kinestetik (melalui ekspresi dan gerak), perlu berjuang extra dengan mengefektifkan bagaimana tulisan ini bisa anda manfaatkan untuk dapat diaplikasikan dalam kehidupan anda.

Jika anda merasakan manfaat mengikuti kelas ini dengan seksama. Rian perkenankan untuk meninggalkan kesan anda dan pengalaman anda selama mengikuti kelas ini di kolom komentar (jika anda seorang memiliki akun Kompasiana). Rian harap Ruang Kelas ini jika benar-benar dirasakan manfaatnya dengan perubahan di hidup anda ke arah kebahagiaan. Anda boleh untuk menyebarkan link kompasiana Ruang Kelas - Happiness Inside-Out kepada orang-orang terdekat anda dan siapapun yang anda cintai, agar sama-sama merasakan manfaat yang dirasa setelah mengikuti kelas ini. (Diharap Disclaimer dibaca kembali sebagai syarat utama memasuki Ruang Kelas - Happiness Inside-Out).

Tertanda. 
Rian. 
17 Maret 2022.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun