Kemungkinan pertama, ia masih sadar, karena ia sedang mencari solusi dari segala permasalahan yang ia hadapi
Kemungkinan kedua, ia abai dengan dirinya yang sejati, yang menyebabkan ia tidak bahagia.
Tinggal kita bertanya dengan seorang yang berwajah demikian?
"Kenapa kamu tegang begitu wajahnya? ada masalah apa?
Kalau dia masih bisa menjawab, dan cenderung jawabannya "Saya sedang dalam masalah." ia berarti masih berkesadaran.
Namun kalau ditanya begitu dia malah memarahi kita. Maka ia berarti dalam kondisi abai. Karena amarah yang disebabkan ego (angkara murka) adalah produk dari sifat abai.
Perlu digaris bawahi dalam memaknai Kemarahan. Ada 2 penggolongan jenis marah, yang satu marah yang berkesadaran yang bertujuan untuk menyadarkan sesama agar sesamanya kembali pada kesadarannya, maka marah ini sifatnya mulia karena memang produk dari kesadaran.
Sementara marah yang berlandaskan pemenuhan materi, kenikmatan dan pemuasan ego, ini adalah marah yang dimurkai Tuhan dan Seluruh Makhluk Semesta, karena marah ini memicu pertengkaran dan perkelahian hingga tindakan kekerasan yang bersifat kriminal. Marah jenis ini adalah merupakan produk dari sifat abai.
Sementara orang-orang yang berbahagia, maka ia cenderung senang menebar senyum ramah kepada siapapun, wajahnya cerah menyejukkan hati tanpa perbedaan warna kulit gelap atau putih, tapi seperti ada kilauan cahaya yang memandangnya menjadi merasa tertarik melihat wajahnya, namun bukan senyam-senyum sendiri yah.
Challenge Praktik untuk anda!
Anda bisa mempraktikan hal ini untuk mengukur kebahagiaan anda pribadi dengan rumus diatas dengan bercermin di kaca cermin, lihat kecerahan dan keceriaan yang terpancar diwajah anda. Apakah demikian atau tidak? Lalu nilai sendiri dengan rumus yang sudah dipelajari.