Mohon tunggu...
Indrian Safka Fauzi
Indrian Safka Fauzi Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Praktisi Kesadaran Berketuhanan, Kritikus Fenomena Publik dan Pelayanan Publik. Sang pembelajar dan pemerhati abadi. The Next Leader of Generation.

🌏 Akun Pertama 🌏 My Knowledge is Yours 🌏 The Power of Word can change The World, The Highest Power of Yours is changing Your Character to be The Magnificient. 🌏 Sekarang aktif menulis di Akun Kedua, Link: kompasiana.com/rian94168 🌏

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Happiness Inside-Out

17 Maret 2022   04:00 Diperbarui: 17 Maret 2022   15:04 530
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemungkinan pertama, ia masih sadar, karena ia sedang mencari solusi dari segala permasalahan yang ia hadapi

Kemungkinan kedua, ia abai dengan dirinya yang sejati, yang menyebabkan ia tidak bahagia.

Tinggal kita bertanya dengan seorang yang berwajah demikian?

"Kenapa kamu tegang begitu wajahnya? ada masalah apa?

Kalau dia masih bisa menjawab, dan cenderung jawabannya "Saya sedang dalam masalah." ia berarti masih berkesadaran.

Namun kalau ditanya begitu dia malah memarahi kita. Maka ia berarti dalam kondisi abai. Karena amarah yang disebabkan ego (angkara murka) adalah produk dari sifat abai. 

Perlu digaris bawahi dalam memaknai Kemarahan. Ada 2 penggolongan jenis marah, yang satu marah yang berkesadaran yang bertujuan untuk menyadarkan sesama agar sesamanya kembali pada kesadarannya, maka marah ini sifatnya mulia karena memang produk dari kesadaran.

Sementara marah yang berlandaskan pemenuhan materi, kenikmatan dan pemuasan ego, ini adalah marah yang dimurkai Tuhan dan Seluruh Makhluk Semesta, karena marah ini memicu pertengkaran dan perkelahian hingga tindakan kekerasan yang bersifat kriminal. Marah jenis ini adalah merupakan produk dari sifat abai.

Sementara orang-orang yang berbahagia, maka ia cenderung senang menebar senyum ramah kepada siapapun, wajahnya cerah menyejukkan hati tanpa perbedaan warna kulit gelap atau putih, tapi seperti ada kilauan cahaya yang memandangnya menjadi merasa tertarik melihat wajahnya, namun bukan senyam-senyum sendiri yah.

Challenge Praktik untuk anda!

Anda bisa mempraktikan hal ini untuk mengukur kebahagiaan anda pribadi dengan rumus diatas dengan bercermin di kaca cermin, lihat kecerahan dan keceriaan yang terpancar diwajah anda. Apakah demikian atau tidak? Lalu nilai sendiri dengan rumus yang sudah dipelajari.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun