Begitulah kenangan, bisa datang dengan diciptakan, atau ada tersimpan di suatu tempat.Â
***
Kopi yang dipesan tak lama saat aku tiba, nyaris habis juga. Iwan belum juga tiba. Itu berarti aku kembali harus memesan kopi.
Rokok sisa tiga batang, Â padahal sudah terlambat satu jam lebih dari waktu yang dia sendiri janjikan.
Aku kembali kirim pesan, kali ini tidak ada dua centang, apalagi menjadi biru. Satu centang! Coba dihubungi via telpon WA juga memanggil, telpon biasa juga tidak aktif.
Tipakal manusia biadab memang, dia yang berjanji dia sendiri yang mengingkari.
Sekarang aku sudah tidak mau peduli pada Iwan, hari ini aku anggap sebagai hari dimana aku bertamasya, sendiri di Hutan Kota.
"Bikin kopi lagi bu,"Â
"Siap a, hitam?"
"Iya bu,"
"Sudah lama jualan di sini bu?"