Binar mata Helena mengalihkan pandangan Chandra, lima deret bangku jauhnya. Hingga, Nirmala menuntaskan penampilannya.Â
Helena menyambut Nirmala di belakang panggung, "Nirmala, kau telah mengoyak ngoyak hatiku."
"Kak Helen, memang selalu galau," jawab Nirmala.
"Siapa bilang?" ujar Helena kaget.
Nirmala mengambil tongkat, dan berjalan menuju Ibu Monika. Iapun berkata, "Ibu Monika bilang, Kak Helen selalu termenung setiap memandang bulan."
"Ibu Monika hanya bergurau, Nirmala," jawab Helena seraya menatap tajam pada Ibu Monika.Â
"Aku rasa tidak. Tapi sejak ada Kak Chandra, Kak Helen terdengar ceria," ujar Nirmala santai.
"Eh, anak cantik tak boleh gosip," kembali Nirmala menatap Ibu Monika, kali ini dengan wajah seolah-olah ingin menangis.
Chandra yang berada di dekat Ibu Monika, berusaha menahan senyum. Iapun berjalan bersama Nirmala keluar area pentas.
"Helena, senang bertemu di sini."
"Janus, lama tak jumpa."Â
Helena bertemu dengan Janus, kenalan lama saat kuliah di Australia. Anak tunggal pengusaha tambang nikel, dan pemilik yayasan tunanetra.Â
Mereka terlihat mengobrol di lorong gedung, sampai kemudian pindah ke sebuah restoran tak jauh dari lokasi pentas. Pertemuan yang tak terduga.