"Pulang, Ibu Monika. Sekarang panti adalah rumahku," jawab Helena.
Helena terbaring di ranjangnya, dengan tatapan kosong ke atas langit-langit. Jemari Helena, meraih buku harian Raka di balik bantal.Â
Sambil menatap buku harian Raka, air mata mengalir sendu membasahi pipi. Helena berkata dalam hati.
Raka, aku harus bagaimana. Lelaki yang kuharap berjuang untukku, menyerah. Janus, aku bertemu dengannya. Aku mengingat jelas, tinjumu pada Janus waktu itu. Saat dia berusaha menggodaku. Dan saat ini, aku berharap melihatnya kembali.
Malam ini tak ada bulan, Raka. Purnama masih lama, dan aku tak henti mengenang dirimu.
**
Cerita ini hanya fiktif belaka, kesamaan nama, tokoh dan tempat hanyalah kebetulan semata.
Indra Rahadian
01/02/21
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H