Mohon tunggu...
Indra Rahadian
Indra Rahadian Mohon Tunggu... Administrasi - Pegawai Swasta

Best In Fiction Kompasiana Award 2021/Penikmat sastra dan kopi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ibu, Pendidik Toleransi dalam 1500 Kata

16 November 2020   20:00 Diperbarui: 16 November 2020   20:23 779
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suatu ketika, saya mendapati seorang anak yang tengah dibully dengan tindakan kasar dan kata-kata yang tidak patut diucapkan oleh anak-anak, dia dibully oleh kelompok anak lain, karena logat bahasa dan agama yang berbeda dengan kelompok anak-anak tersebut.

Hal itu bertentangan dengan apa yang diajarkan Mamah dalam pergaulan, maka jiwa lugu pun saat itu tergerak untuk membantu anak tersebut, lepas dari kelompok anak-anak yang melakukan tindakan kasar.

Kata-kata dibalas kata-kata dan pukulan dibalas pukulan, hal naif dan heroik yang dilakukan seorang anak berumur 10 tahun, menghasilkan benjol dan muka lebam.

Mamah saat itu berkata, bahwa tindakan saya sudah benar, namun jika ada pilihan tindakan lain yang lebih baik, seharusnya saya ambil yang paling baik, selepas meminta saya mandi dan pergi mengaji.

Beliau, menerapkan treatment yang berbeda dalam mendampingi permasalahan yang dialami anak-anaknya.

Bukan pilih kasih, tapi karena setiap anak memang tidak bisa disamaratakan, setiap anak unik dengan karakter dan potensinya masing-masing.

Dari semua anak-anaknya, hanya saya yang pernah berurusan dengan pihak berwajib, bukan soal kena tilang, namun tindakan kekerasan saat beranjak remaja yang pernah terlewati.

Saat itu Mamah dengan bijak memberikan petuah dan dukungan, beliau selalu percaya bahwa anak-anaknya tidak akan melakukan sesuatu yang buruk selain untuk membela diri atas dasar kebenaran yang diajarkan oleh beliau.

Belum cukup rasanya bercerita tentang sosok ibu satu ini, beliau memang tiada duanya, tentu karena mamah hanya satu-satunya sosok ibu yang melahirkan kami.

Sulit mendeskripsikan peran ibu dalam 1500 kata, untuk sebuah warisan yang beliau turunkan kepada kami anak-anaknya.

Namun, satu hal yang pasti hingga saat ini berlaku pada kami anak-anaknya adalah, tiada hari tanpa mengenang kasih sayang dan teladan yang diberikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun