Mohon tunggu...
Indra Rahadian
Indra Rahadian Mohon Tunggu... Administrasi - Pegawai Swasta

Best In Fiction Kompasiana Award 2021/Penikmat sastra dan kopi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ibu, Pendidik Toleransi dalam 1500 Kata

16 November 2020   20:00 Diperbarui: 16 November 2020   20:23 779
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sosial dan Toleransi

Semua pasti sepakat, saat tak ada seorangpun yang perduli atas masalah atau kesalahan yang tengah dialami oleh seorang anak, maka hanya sosok ibu yang senantiasa hadir untuk memberikan dukungan.

Bagaimana jika kasih sayang ibu berlaku pula pada anak-anak lain disekitarnya?

Petuah dan nasehat Mamah mungkin akan membuat minder Mario Teguh, karena kebijaksanaan beliau tidak hanya sebatas ucapan, namun dibuktikan dengan tindakan dan dukungan yang nyata.

Hasil rumpi-rumpi Mamah dengan ibu-ibu tetangga setiap pagi dan sore tidak pernah meninggalkan hal yang negatif, melainkan sebuah manfaat untuk dibawa pulang dan pastinya pendidikan untuk anak-anak kurang mampu disekitar lingkungan kami.

Belum pasti, bilangan anak yang terbantu untuk dituntaskan jenjang sekolahnya oleh swadaya ibu-ibu lingkungan atas prakarsa Mamah.

Namun, setiap ada anak yang telah mengambil manfaat tersebut hingga lulus sekolah dan mendapatkan pekerjaan, mereka pasti selalu berkunjung kerumah kami membawa bingkisan.

Soal toleransi, mamah adalah guru nomer satu dan terbaik dimata anak-anaknya, tak pernah sekalipun mempengaruhi atau membatasi pergaulan sosial dengan tirai agama dan keyakinan.

Beliau pernah berkata, " jika kita tidak suka perilaku seseorang, bukan berarti kita harus membenci orang tersebut."

Karena sifat dan perilaku orang bisa diperbaiki, sedangkan secara fitrahnya manusia sama-sama mahkluk ciptaan Tuhan, hal itupun diperlihatkan dengan pola pergaulan Mamah yang mudah diterima oleh semua kalangan masyarakat.

Pernah sewaktu kecil, saya pulang kerumah dengan kepala benjol dan wajah yang lebam, tentu Mamah akan bertanya, meskipun beliau sebenarnya tahu darimana kondisi itu bisa didapat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun