Mohon tunggu...
Indra Rahadian
Indra Rahadian Mohon Tunggu... Administrasi - Pegawai Swasta

Best In Fiction Kompasiana Award 2021/Penikmat sastra dan kopi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ibu, Pendidik Toleransi dalam 1500 Kata

16 November 2020   20:00 Diperbarui: 16 November 2020   20:23 779
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemudian, bagaimana "jimat" sugesti digunakan?

Permen dan coklat adalah obat mujarab jika kami anak-anaknya sedang dilanda malas belajar, biasanya beliau sudah mempersiapkan terlebih dahulu, namun kadang sekedar iming-iming yang baru diberikan esok hari.

Saya tidak seberuntung adik yang menjalani masa taman kanak-kanak, kesibukan Mamah sebagai andalan PKK tingkat kabupaten saat itu, membuat saya harus menjalani waktu belajar dirumah sebelum menginjak kelas 1 SD.

Saat ingat betul bagaimana ketatnya waktu belajar dirumah, seperti mengenal target pencapaian belajar dan improvisasi sedari kecil, kudu kieu tah!.

Namun, beliau dapat mengatur waktu bermain yang proposional, tanpa memberikan tekanan yang berlebihan sebelum atau sesudah proses belajar.

"Punish" berupa proses belajar yang ketat dan "Reward" berupa "jimat" sugesti diatas, yang manfaatnya dapat dirasakan saat menginjak kelas 1 SD, seluruh mata pelajaran baca, tulis, hitung dengan mudah dilalui.

Agama

"Al -Ummu Madrasah Al -ula, Ibu adalah Sekolah pertama bagi anak-anaknya."

Soal pendidikan Agama, beliau yang paham bahwa anak-anaknya harus punya bekal sebelum masuk sekolah dasar dan madrasah, terlebih pemahaman beragama yang baik dan benar.

Ditengah kesibukan beliau dalam aktivitas sosial dan PKK saat itu, selalu memberikan bimbingan dari mulai membaca Juz Ama, Iqro sampai kitab suci Al-Qur'an.

Bahkan khusus untuk saya, beliau meminta bantuan uztad untuk memberikan bimbingan tambahan membaca Alqur'an dirumah, sekarang mungkin istilahnya privat mengaji.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun