Mohon tunggu...
Indra Rahadian
Indra Rahadian Mohon Tunggu... Administrasi - Pegawai Swasta

Best In Fiction Kompasiana Award 2021/Penikmat sastra dan kopi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ibu, Pendidik Toleransi dalam 1500 Kata

16 November 2020   20:00 Diperbarui: 16 November 2020   20:23 779
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri (edit pribadi)

Satu-satunya quote yang saya ketahui dimasa kecil tentang ibu adalah, "surga berada di telapak kaki ibu."

Hal itulah yang membuat saya sungguh penasaran, bagaimana surga itu bisa terdapat pada telapak kaki seorang ibu, dan apakah ibu saya juga mempunyai surga di telapak kakinya?.

Kadang saat memijit kaki ibu, saya sering memperhatikan dengan seksama telapak kaki beliau, namun tak terlihat dimana surga tersebut bersembunyi.

Namun seiring waktu, saya akhirnya dapat mengerti bahwa sebenarnya "surga" bukan hanya berada pada telapak kaki beliau, namun terbentuk dari semua teladan yang beliau tunjukkan dalam kehidupan sehari-hari.

IBU yang dalam bahasa sehari-hari saya memanggilnya Mamah, merupakan sosok wanita terkeren sepanjang sejarah hidup saya.

Jika kalian pernah membaca sebuah dongeng asal usul tanaman padi, pastilah mengenal figur bernama Dewi Sri dan bagaimana kisah pengorbanan serta keikhlasannya dapat bermanfaat untuk orang banyak.

Maka, itulah pula yang melekat pada sosok Mamah yang terlahir dengan nama Sri Mariah Gunawati, dimana pada nama tengah dan akhir beliau pun memiliki makna yang mulia, sebuah do'a dari Alm Kakek kami yang saat itu tengah menjalankan tugas sebagai kepala sekolah.

Almh. Kakak Perempuan, saya dan adik termasuk anak-anak yang beruntung lahir dari rahim beliau, figur yang nyata-nyata memberikan pengalaman dan teladan untuk mengenyam pendidikan, bahkan sebelum kami mengenal sekolah.

Namun tidak seperti ibu-ibu pada umumnya, Mamah adalah sosok wanita yang tidak dapat dikatakan lemah lembut, beliau lebih tegas dan disiplin dalam mendidik, serta terukur dalam berucap dan bersikap.

Beliau pernah berkata, "warisan nu utama kanggo anak-anak Mamah ngan pendidikan, duit mah gampang se'ep, harta bisa leungit, tapi elmu moal ngurangan, sareng manfaat tiasa dibawa kamamana."

(Warisan paling berharga untuk anak-anak adalah pendidikan, uang bisa habis, harta bisa dicuri, tapi ilmu tidak akan berkurang dan bermanfaat saat dibawa kemanapun)

Berikut, saya akan menuliskan beberapa peran beliau sebagai guru pertama dalam mendidik anak-anaknya, dirangkum pada beberapa kategori yang saya rasa mewakili nilai keteladanan, semasa hidup beliau.

Eksak

Rata-rata orang tua, pastilah merasa khawatir dan bisa saja panik saat anaknya mendadak sakit, namun hal tersebut tidak begitu terlihat pada Mamah yang dengan tenang memberikan tindakan pengobatan serta perawatan pada kami anak-anaknya.

Pengetahuannya tentang obat-obatan herbal, medis bahkan "jimat" sugesti menjadi bermanfaat kala kami mengalami sakit dengan gejala dan kondisi yang berbeda-beda.

Ketika adik saya mengalami demam, biasanya Mamah akan mengukur suhu tubuh dengan punggung tangannya sebelum menentukan pengobatan selanjutnya.

Saat itu, ternyata diketahui adik saya hanya mengalami radang tenggorokan ringan, dengan gejala batuk, sariawan dan tidak nafsu makan.

Pasti gampang ditebak, obat apa yang diberikan oleh mamah saat itu, hanya kecap dengan perasan jeruk nipis, rebusan air saga, madu dan makanan favorit adik saya tentunya.

Beliau paham, suasana hati sangat berpengaruh pada daya tahan tubuh dan sebisa mungkin dalam kondisi kurang sehat, anak-anaknya membutuhkan hiburan ketimbang obat-obatan.

Satu-satunya peristiwa yang mengharuskan Mamah melarikan kami langsung menuju meja dokter yakni sewaktu kami sekeluarga, keracunan jamur pada saat makan malam.

Dengan tenang, beliau menguatkan mental kami agar tidak perlu khawatir karena dokter pastilah punya obatnya, padahal Mamah pun tengah mengalami gejala keracunan yang sama.

Kemudian, bagaimana "jimat" sugesti digunakan?

Permen dan coklat adalah obat mujarab jika kami anak-anaknya sedang dilanda malas belajar, biasanya beliau sudah mempersiapkan terlebih dahulu, namun kadang sekedar iming-iming yang baru diberikan esok hari.

Saya tidak seberuntung adik yang menjalani masa taman kanak-kanak, kesibukan Mamah sebagai andalan PKK tingkat kabupaten saat itu, membuat saya harus menjalani waktu belajar dirumah sebelum menginjak kelas 1 SD.

Saat ingat betul bagaimana ketatnya waktu belajar dirumah, seperti mengenal target pencapaian belajar dan improvisasi sedari kecil, kudu kieu tah!.

Namun, beliau dapat mengatur waktu bermain yang proposional, tanpa memberikan tekanan yang berlebihan sebelum atau sesudah proses belajar.

"Punish" berupa proses belajar yang ketat dan "Reward" berupa "jimat" sugesti diatas, yang manfaatnya dapat dirasakan saat menginjak kelas 1 SD, seluruh mata pelajaran baca, tulis, hitung dengan mudah dilalui.

Agama

"Al -Ummu Madrasah Al -ula, Ibu adalah Sekolah pertama bagi anak-anaknya."

Soal pendidikan Agama, beliau yang paham bahwa anak-anaknya harus punya bekal sebelum masuk sekolah dasar dan madrasah, terlebih pemahaman beragama yang baik dan benar.

Ditengah kesibukan beliau dalam aktivitas sosial dan PKK saat itu, selalu memberikan bimbingan dari mulai membaca Juz Ama, Iqro sampai kitab suci Al-Qur'an.

Bahkan khusus untuk saya, beliau meminta bantuan uztad untuk memberikan bimbingan tambahan membaca Alqur'an dirumah, sekarang mungkin istilahnya privat mengaji.

Beliau secara tidak langsung selalu memberikan petuah dari sudut pandang agama, akhlak dan moral pada setiap aktivitas interaksi dengan anak-anaknya.

Kadang dalam rutinitas mendongeng sebelum tidur, beliau menyisipkan Kisah Nabi dan Rasul serta makna dari apa yang dapat diambil oleh anak-anaknya.

Begitupun saat melepas obrolan serius dan canda dengan kami, Mamah lebih sering memberikan tausiyah berdasarkan kajian ibu-ibu yang diikutinya, menyaring dengan bijak makna dari peristiwa yang kami alami seharian.

Tata Boga

Masakan ibu adalah masakan yang paling dirindukan anak-anaknya, namun masakan Mamah saya juga sangat dirindukan keluarga besar kami, terlebih saat perayaan atau hari besar, Mamah yang selain bertugas sebagai chef pun merangkap tukang icip.

Kepiawaiannya memasak sedikit banyak diwariskan kepada almarhumah kakak perempuan saya, terlebih eksperimen pada jenis masakan tertentu.

Menu sehari-hari yang disajikan tak jauh dari tahu, tempe, sayuran dan ikan, namun yang membuat berbeda adalah jenis pengolahan bahan makanan dan waktu yang disajikan terhitung tepat.

Contohnya untuk tempe, dari mulai tempe bacem, orek tempe, tempe tepung dan tempe goreng selalu tersedia, pilihan variasi menu yang disajikan pada waktu makan siang, sore dan malam membuat kami tak pernah merasa bosan.

Beliau juga memberikan tanggung jawab dan kemandirian pada kami anak-anaknya sedari kecil dari ruang dapur, mencuci sendiri tempat makan, menanak nasi dan memasak telur, tentunya meski terlihat santai namun Mamah mengawasi aktivitas "bantuannya" tersebut.

Prinsip 4 sehat lima sempurna, wajib kami nikmati sehari-hari, plus semur jengkol jika bapak sudah berkehendak.

Mamah selalu memasak setiap ada tamu ataupun kerabat yang berkunjung, menyajikan makanan rumah sebagai suguhan tentu memberikan kesan yang berbeda.

Sosial dan Toleransi

Semua pasti sepakat, saat tak ada seorangpun yang perduli atas masalah atau kesalahan yang tengah dialami oleh seorang anak, maka hanya sosok ibu yang senantiasa hadir untuk memberikan dukungan.

Bagaimana jika kasih sayang ibu berlaku pula pada anak-anak lain disekitarnya?

Petuah dan nasehat Mamah mungkin akan membuat minder Mario Teguh, karena kebijaksanaan beliau tidak hanya sebatas ucapan, namun dibuktikan dengan tindakan dan dukungan yang nyata.

Hasil rumpi-rumpi Mamah dengan ibu-ibu tetangga setiap pagi dan sore tidak pernah meninggalkan hal yang negatif, melainkan sebuah manfaat untuk dibawa pulang dan pastinya pendidikan untuk anak-anak kurang mampu disekitar lingkungan kami.

Belum pasti, bilangan anak yang terbantu untuk dituntaskan jenjang sekolahnya oleh swadaya ibu-ibu lingkungan atas prakarsa Mamah.

Namun, setiap ada anak yang telah mengambil manfaat tersebut hingga lulus sekolah dan mendapatkan pekerjaan, mereka pasti selalu berkunjung kerumah kami membawa bingkisan.

Soal toleransi, mamah adalah guru nomer satu dan terbaik dimata anak-anaknya, tak pernah sekalipun mempengaruhi atau membatasi pergaulan sosial dengan tirai agama dan keyakinan.

Beliau pernah berkata, " jika kita tidak suka perilaku seseorang, bukan berarti kita harus membenci orang tersebut."

Karena sifat dan perilaku orang bisa diperbaiki, sedangkan secara fitrahnya manusia sama-sama mahkluk ciptaan Tuhan, hal itupun diperlihatkan dengan pola pergaulan Mamah yang mudah diterima oleh semua kalangan masyarakat.

Pernah sewaktu kecil, saya pulang kerumah dengan kepala benjol dan wajah yang lebam, tentu Mamah akan bertanya, meskipun beliau sebenarnya tahu darimana kondisi itu bisa didapat.

Suatu ketika, saya mendapati seorang anak yang tengah dibully dengan tindakan kasar dan kata-kata yang tidak patut diucapkan oleh anak-anak, dia dibully oleh kelompok anak lain, karena logat bahasa dan agama yang berbeda dengan kelompok anak-anak tersebut.

Hal itu bertentangan dengan apa yang diajarkan Mamah dalam pergaulan, maka jiwa lugu pun saat itu tergerak untuk membantu anak tersebut, lepas dari kelompok anak-anak yang melakukan tindakan kasar.

Kata-kata dibalas kata-kata dan pukulan dibalas pukulan, hal naif dan heroik yang dilakukan seorang anak berumur 10 tahun, menghasilkan benjol dan muka lebam.

Mamah saat itu berkata, bahwa tindakan saya sudah benar, namun jika ada pilihan tindakan lain yang lebih baik, seharusnya saya ambil yang paling baik, selepas meminta saya mandi dan pergi mengaji.

Beliau, menerapkan treatment yang berbeda dalam mendampingi permasalahan yang dialami anak-anaknya.

Bukan pilih kasih, tapi karena setiap anak memang tidak bisa disamaratakan, setiap anak unik dengan karakter dan potensinya masing-masing.

Dari semua anak-anaknya, hanya saya yang pernah berurusan dengan pihak berwajib, bukan soal kena tilang, namun tindakan kekerasan saat beranjak remaja yang pernah terlewati.

Saat itu Mamah dengan bijak memberikan petuah dan dukungan, beliau selalu percaya bahwa anak-anaknya tidak akan melakukan sesuatu yang buruk selain untuk membela diri atas dasar kebenaran yang diajarkan oleh beliau.

Belum cukup rasanya bercerita tentang sosok ibu satu ini, beliau memang tiada duanya, tentu karena mamah hanya satu-satunya sosok ibu yang melahirkan kami.

Sulit mendeskripsikan peran ibu dalam 1500 kata, untuk sebuah warisan yang beliau turunkan kepada kami anak-anaknya.

Namun, satu hal yang pasti hingga saat ini berlaku pada kami anak-anaknya adalah, tiada hari tanpa mengenang kasih sayang dan teladan yang diberikan.

Selayaknya Guru yang terus hidup dalam pengetahuan dan karakter murid-muridnya, maka Mamah tetap hidup dalam aliran darah, jiwa dan hati kami anak-anaknya.

Seluruh do'a terbaik untuk Mamah kami tercinta.

Al-Fatihah.

Indra Rahadian

Batam, 16 November 2020.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun