Sosial dan Toleransi
Semua pasti sepakat, saat tak ada seorangpun yang perduli atas masalah atau kesalahan yang tengah dialami oleh seorang anak, maka hanya sosok ibu yang senantiasa hadir untuk memberikan dukungan.
Bagaimana jika kasih sayang ibu berlaku pula pada anak-anak lain disekitarnya?
Petuah dan nasehat Mamah mungkin akan membuat minder Mario Teguh, karena kebijaksanaan beliau tidak hanya sebatas ucapan, namun dibuktikan dengan tindakan dan dukungan yang nyata.
Hasil rumpi-rumpi Mamah dengan ibu-ibu tetangga setiap pagi dan sore tidak pernah meninggalkan hal yang negatif, melainkan sebuah manfaat untuk dibawa pulang dan pastinya pendidikan untuk anak-anak kurang mampu disekitar lingkungan kami.
Belum pasti, bilangan anak yang terbantu untuk dituntaskan jenjang sekolahnya oleh swadaya ibu-ibu lingkungan atas prakarsa Mamah.
Namun, setiap ada anak yang telah mengambil manfaat tersebut hingga lulus sekolah dan mendapatkan pekerjaan, mereka pasti selalu berkunjung kerumah kami membawa bingkisan.
Soal toleransi, mamah adalah guru nomer satu dan terbaik dimata anak-anaknya, tak pernah sekalipun mempengaruhi atau membatasi pergaulan sosial dengan tirai agama dan keyakinan.
Beliau pernah berkata, " jika kita tidak suka perilaku seseorang, bukan berarti kita harus membenci orang tersebut."
Karena sifat dan perilaku orang bisa diperbaiki, sedangkan secara fitrahnya manusia sama-sama mahkluk ciptaan Tuhan, hal itupun diperlihatkan dengan pola pergaulan Mamah yang mudah diterima oleh semua kalangan masyarakat.
Pernah sewaktu kecil, saya pulang kerumah dengan kepala benjol dan wajah yang lebam, tentu Mamah akan bertanya, meskipun beliau sebenarnya tahu darimana kondisi itu bisa didapat.