Terlihat keduanya berjalan bersama menuju perkampungan terdekat, sambil menenteng sepucuk senapan yang ditemukan pada gerbong kereta, sosok itu memulai pembicaraannya.
"Aku mau ambil senapan sama pelornya disana! Kemana hilangnya?!" Ucapnya berseru.
Seseorang yang ikut turun tadi, yang hanya berjalan dengan tangan kosong pun menjawab, "mana ku tahu! Saat aku naik, gerbong itu sudah acak-acakan, senapan sama pelornya sudah raib dan tinggal itu yang kau pegang."Â
"Kenalkeun namaku Acung, Askar!" lanjutnya sambil mengulurkan tangan.
"Rusli," jawab seseorang dengan senapan pada punggungnya.
"Askar? Laskar mereun," lanjutnya heran.
"Asli Karawang!" Jawab Acung sambil tersenyum.
"Sarua saya ge!!" Ucap Rusli, setelah menarik napasnya dalam-dalam.
Rusli dalam hatinya bertanya-tanya, kenapa gerbong berisi logistik dan perbekalan serdadu NICA sudah berantakan, mungkin Kapten Lukas sudah lebih dulu naik digerbong itu, beliau memang jempolan soal aksi sabotase pada serdadu NICA pikirnya.
Rusli melemparkan senapan yang dibawanya pada Acung, dan berkata, "ambil senapan ini, aku butuh orang buat besok malam!"
"Kemana?" Tanya Acung.