Saat Acung baru saja membakar rokok, terlihat konvoi serdadu-serdadu NICA kian mendekat, dengan menggunakan Truck dan Jeep mereka melaju menuju arah desa Rawa Gede.
Letnan Rusli yang menyadari hal itu berkata pada Acung, "Acung, tiarap!"
Acung pun mematikan rokok ditangan dan memasukkan puntung rokok tersebut kedalam kantung bajunya, kemudian mengambil tempat tiarap disamping Letnan Rusli.
"Waduh, banyak betul serdadu!" Ucapnya sambil melongo.
"Letnan Rusli! Mundur! Perintah komandan!" terdengar dari jauh seseorang memanggil, setelah jauh iring iringan konvoi NICA berlalu.
Pasukan yang bersiaga bersama Letnan Rusli perlahan-lahan meninggalkan tempat itu, Acung dan lima tentara Nasional Indonesia lainnya pun bangkit berdiri.
Acung dan Letnan Rusli saling bertatapan, lima orang Tentara Nasional yang hendak pergi pun menghentikan langkahnya.
Pikiran Acung dan Letnan Rusli seperti terkoneksi satu sama lain, hendak mengganggu iringan konvoi NICA dengan senjata seadanya.
Mereka pun bergerak dengan cepat kearah hutan, memotong jalan menuju batas desa Rawa Gede untuk mencegat konvoi NICA.
"Tanggal berapa ini, Rus?" Acung bertanya pada Letnan Rusli.
" Tanggal Sembilan Desember, kenapa?" Jawab Letnan Rusli.