"Aku saja tak betah merantau pak, orang udah tua ngapain ke kota pak, bukannya lebih tentrem hidup didesa?". Tanya amir
"Asalnya aku ini pedagang sukses lo, jadi petani karena bangkrut, tempatku dikota mir, nih hapeku saja Nokia 3310". Jawab pak darmo, sambil memperlihatkan handphone dari saku celananya, yang digantung didahan pohon.
"Hape bapak tak pernah bunyi, mending beli kambing saja lebih berguna pak". Ketus amir.
Sadar handphonenya sudah bangkai, pak darmo tak menanggapi celoteh amir, malah segera menyalakan rokok.
"Katanya, kamu kasian emakmu jadi gunjingan, makanya pindah saja sekalian, akupun tak mau si sapto itu, terus terusan ikutan godain emakmu". Lanjut pak darmo.
"Sapto madu pak? Kemarin, dia baru kasih emak satu botol madu, baru kemaren". Ujar amir.
"Tuh kan!!" Imbuh pak darmo sambil membanting rokok ditangannya, matanya melotot, urat lehernya hampir keluar, terlihat sekali menahan kesal.
"Sudah magrib pak, aku mau pulang, kasian emak dirumah sendirian". Ucap amir, sambil membersihkan cangkul, parang dan memasukkan kendi minumnya kedalam karung.
Masih dengan mata melotot, pak darmo bersungut-sungut "awas saja si sapto nanti!". Ketusnya.
--------
"Tolooong.. tolong..tolong...." sayup-sayup terdengar suara dari dalam hutan, tak lama suara itu berganti dengan teriakan-teriakan yang semakin keras, beberapa saat hingga hening seketika.