"Sebenarnya apa mau Anda? Anda tidak terima pekerjaan saya dipuji pak Lukas?" Ratri meradang.
"Mana ada saya tidak terima. Terserah pak Lukas mau memuji siapa. Saya tadi kan hanya mengingatkan kalau itu kerja tim. Dan ada anggota tim yang diabaikan kinerjanya."
Ratri melotot. Kekesalannya sudah sampai puncak ubun-ubun.
"Tidak usah diperpanjang lagi, Pak Gunawan," ucap Lukas. "Saya sudah tahu situasinya. Tentu saja kita tidak boleh terlalu keras pada bu Sartika yang anaknya sedang sakit. Tapi di sisi lain, saya puas dengan kinerja bu Ratri yang sigap mengatasi kendala."
"Terima kasih, Pak," angguk Ratri.
Boni dan Virgo menarik napas lega ketika tak ada tanda-tanda Gunawan akan menjawab lagi. Lelaki itu hanya menuntaskan makan kacang sambil senyum-senyum. Rapat pun segera usai dan pesertanya bubar.
Gunawan berhenti di pintu ruang kerja Ratri. Mengamati Ratri yang baru duduk di kursinya.
"Rat, yang nggak terima itu bukan aku. Terserah pak Lukas mau muji siapa saja. Yang sering nggak terima tu ya kamu sesuai namamu. Ratri = Ra-Trimo, hahahahahahhh!"
Ratri melempar benda yang paling dekat dengan jemarinya: bolpoin. Namun Gunawan sudah sigap berkelit dan lari meninggalkan ruang kerja Ratri.
Ratri berteriak kesal, "aaaarrrrghhhh!"
"Sabar, Mbak Rat," ucap Virgo yang baru datang. Ia duduk di ruang yang sama dengan Ratri. Tapi ia hanya mengatakan sambil lalu, terus menuju kubikelnya sendiri. Ia pun tak dekat dengan Ratri dan tidak ingin dekat. Ratri punya tabiat yang buruk, sering berkata tajam. Sebenarnya Virgo  juga cukup senang dengan tingkah Gunawan tadi. Ia hanya tidak nyaman rapat berlarut-larut hanya karena perang kata unfaedah antara Ratri dan Gunawan. Mending dia menyelesaikan serial dracin di laptopnya di sisa waktu kantor sebagai reward karena proyeknya lancar dan selesai tepat waktu. Virgo hendak melanjutkan serial dracinnya ketika chat dari Boni masuk di ponselnya.