Setelah berfoto, Gunawan mengajaknya berbincang santai, hingga Ratri tak lagi merasa canggung. Ketika kantuk mulai menyerangnya, baru Ratri mengajak Gunawan untuk balik ke kamar saja.
"Terima kasih ya untuk malam ini. Traktirannya dan juga sudah diajak ke rooftop," ucap Ratri sebelum mereka berpisah menuju kamar masing-masing.
"Oke, nggak masalah. Besok pagi sarapan kujemput jam 7 ya atau jam 8?"
"Jam 8 saja," jawab Ratri pendek.
Mereka pun berpisah. Ratri tak habis pikir kenapa ia malah janjian sarapan segala dengan Gun? Di kamarnya, sambil membersihkan wajah dengan kapas dan micellar water, Ratri mengingat-ingat kembali pengalamannya mulai dari makan malam hingga ke rooftop.
Ternyata perbincangan mereka masih berlanjut di ruang makan saat sarapan. Gunawan mengajak Ratri mencoba setiap menu yang disediakan hotel. Masing-masing sedikit, yang penting ngerasain. Ratri mau tak mau merasa girang. Ia sebenarnya sudah berniat begitu, tapi rasanya masih malu-malu. Kalau ada temannya nggak terlalu malu lagi. Apalagi Gunawan mengajaknya untuk pakai trik share makanan. Jadi Gunawan akan berjalan di bagian depan mengambil menu di sebelah sana dalam dua piring. Nanti Ratri melakukan hal yang sama di bagian belakang. Mereka bertemu di meja makan membawa aneka menu dan saling berbagi.
"Aku sudah nggak kuat lagi," ucap Ratri sambil mengunyah nasi urap.
"Kamu belum nyoba lapis dagingnya...ini enak banget. Dagingnya empuk dan juicy tidak keras sama sekali."
Mereka makan sampai kekenyangan. Selama makan, dari malam hingga pagi, mereka sudah berbagi cerita tentang keluarga masing-masing, masa kecil yang indah, masa remaja yang canggung, masa kuliah yang keras, dan masa-masa sulit mencari pekerjaan. Mereka berdua juga sudah saling sharing informasi hobi, makanan favorit, tokoh panutan, buku yang sedang dibaca, bahkan mereka sudah berbincang tentang politik negeri dan tentang pelatih Timnas yang baru-baru diganti. Entah mengapa Ratri merasa nyaman berbincang dengan Gunawan, padahal selama ini dia memandang sebelah mata pada rekan kerjanya itu. Gunawan juga merasa ternyata Ratri tidak semenjengkelkan yang selama ini ia rasakan. Ternyata perempuan ini smart dan berwawasan luas. Semua topik yang dilontarkan Gunawan ditanggapi dengan baik. Yang paling penting, Ratri juga hobi membaca. Ratri adalah calon yang paling tepat untuk dikenalkan kepada kedua orang tuanya yang beberapa hari ini sudah gusar karena ia terus membujang. Eh? Gunawan terdiam. Berpikir ulang dengan keras sambil menatap mata Ratri. Matanya ternyata seindah itu.
"Hai. Gun. Bengong?" ucap Ratri mengagetkan lamunan Gunawan.
"Aku sedang berpikir. Dan ingin bertanya."