Kedua Pengamen yang bersama kami di Lapangan Parkir GOR Sriwijaya, dalam proses mengamennya, telah berhasil "membangun cinta" yang kemudian lantunan lagunya merasuk ke lubuk jantung kami diantara hidangan makan, sehingga  di akhir mengamen, kedua pengamen itu mendapat "nilai plus" dari kami dalam wujud Rp.100 ribu.
Maka, ketika kita terus berdoa, bertafakur dan tak henti menyebut namaNya sejatinya kita sedang mengamen kepada dan merayu Allah Swt agar kecintaan kita menembus cahaya Sang Pecinta.
Bila kemudian lantunan kita dalam "mengamen" belum juga terwujud atau belum dikabulkan, yakinlah, kali itu Allah Swt sedang merencakan skenario (takdir) yang lebih indah untuk kita.
Memikirkan dan memanfaatkan yang sudah diberikan Allah Swt dalam diri kita, akan lebih mendinginkan "syahwat duniawi" kita, dari pada harus memaksa-maksa Allah Swt dengan doa yang mengancam.
Pada posisi seperti itu, (sebagaimana isi WA Jh, teman saya) maka bersyukur dan bersabar adalah senjata paling ampuh ketika kita menghadapi "tertundanya pengabulan doa"
Kita punya keinginan atau kita anggap kebutuhan. Tapi sesuatu yang  mungkin kita anggap sebagai kebutuhan terbaik, ternyata di mata Allah Swt sebagai keinginan semata, belum menjadi kebutuhan. Baik menurut kita, tapi belum tentu baik di mata Allah Swt. Demikian juga sebaliknya.
Manusia pasti punya keinginan, Tapi Allah punya kehendak. Kita sering mengatakan "Manusia bisa berencana, dan Tuhan yang menentukan" Â Tapi faktanya, ketika kegagalan menimpa, tak jarang sebagian kita tidak menerima, bahkan menyalahkan takdir.
Masalahnya kemudian kapankah antara kehendak Allah Swt dan keinginan kita bisa beriring sehingga doa yang kita gaungkan kemudian terkabul, seperti halnya ketika kita minta rezeki? Â Jawabnya: Wallahu a'lam bishowab hanya Allah yang Maha Tahu, kapan permintaan hamba-Nya pantas dikabulkan, juga dalam bentuk apa yang tepat diberikan kepada si hamba yang erus meminta dalam doa.
Meminjam analogi KH Imron Jamil dalam Syarah Al-Hikam-nya, mungkin yang kita minta ke Allah Swt Es Dawet, tapi yang dikabulkan sirup atau jamu. Sebab Allah Swt mengetahui, kita sedang sakit pilek. Kebutuhan kita saat sakit pilek bukan Es Dawet tapi sirup atau jamu supaya sembuh dari pilek.
Apapun kondisnya, kita wajib terus "mengamen dan merayu Tuhan" sampai Malaikat Izroil diizinkan Allah Swt menghentikan detak napas kita**
Palembang, 7 Mei 2022