"Terima kasih, Om," ujarnya ketiga kalinya. Lalu beranjak pergi.
Pengamen Waria
Pada kisah berbeda, ada seorang Waria datang ke sebuah kedai kopi. Kali itu di Kawasan Ilir Barat Permai Palembang. Peristiwanya di tahun 95-an.
Dengan gaya yang khas.dengan ronce-ronce gelang, tangannya memainkan tamborin sekenanya.
"Aku tak mau kalau aku dimadu. Pulangkan saja pada orang tuaku..."
Begitulah sebait lagu yang saya ingat dinyanyikan si pengamen Waria.
Mungkin hanya 30 detik, satu diantara pengunjung kedai kopi  kemudian memberi selembar uang 2 rb an.
"Wow.. dua rebes...mokasih om...tapi dak cukup untuk beli bedak...
Untung Si Waria langsung pergi. Kalau tidak, entah apa yang bakal dilakukan pengunjung kedai kepada Waria itu.
"Awak suaro buruk, nak minta mahal... ringam...aku. Banyak rasan pulok..nak beli bedak. Dasar ndak tahu trimo kaseh, la dienjuk jadilah  pulok...
(Suara sudah buruk, mau minta bayar mahal. Saya terganggu. Banyak bacot segala. Mau beli bedaklah! Tidak tahu terima kasih. Kalau sudah diberi itu ya sudah...)