Dia melepasku, melambaikan tangan saat aku mulai berjalan menyeret koper sendirian.
Maafkan aku Mas Bara.
Dan setelahnya, aku menangis lebih banyak.
-
      "Namanya Fara, pegawai toko emas. Penampilannya memang seperti itu. Tuntutan pekerjaan, harus menarik" kata perempuan ini. Aku mengangguk. Sekaligus memuji hasil kerjanya yang lumayan bagus.
      "Jadi tugas saya apalagi?" tanyanya sejurus kemudian. Aku terpekur, rasanya sudah cukup. Lima hasil yang didapat sudah dapat kutangkap dengan baik kesimpulannya.
Aku termenung, mengira ira apalagi yang harus kulakukan. Kubisikkan beberapa kalimat padanya. Ia mengangguk.
      "Nanti kalau sudah dapat saya langsung kirim ke kantor Mbak" janjinya.
Aku giliran mengangguk. Dia berlalu setelah transaksi terjadi. Aku puas dengan kinerjanya yang tak mengecewakan.
Aku memutuskan untuk menemui perempuan bernama Fara itu ketika kupastikan dia telah tak sibuk bekerja. Menghalau sore yang sedikit dingin sisa hujan, kami bertemu di sebuah meja dengan dua cangkir kopi pelengkap basa basi. Ternyata dia lebih cantik ketika lebih dekat aku melihat wajahnya. Pantas saja Mas Bara mendekatinya.
      "Perkenalkan, saya Tia. Pasti kamu belum pernah melihat saya atau betemu dengan saya. Kamu Fara, kan?" tanyaku. Tanpa menunggu ia menyahut karena masih tertegun dan sedikit melongo, kuteguk kopiku terlebih dulu.