Aku tersenyum lebar saat mendapati penampilanku sendiri di balik cermin. Dress selulut tanpa lengan berwarna merah mudaterlihat pas membungkus lekuk tubuhku. Rambut panjang kugelung menggantung dengan menyisakan beberapa helai menjuntai di samping telinga. Dan untuk mempercantik wajah kupoles make-up tipis yang natural.
“Ras! Buruan. Itu Natalie udah jemput di depan.”
Mendengar ucapan Mama, aku pun segera menyudahi menatap cermin. Segera kukenakan stilettoyang telah kusiapkan lalu meraih tas kecil untuk melengkapi penampilan secara keseluruhan.
Ok, Rifat! Gue datang...
***
Acara reuni berlangsung meriah dan ramai. Maklum, sudah lima tahun berlalu sejak kami lulus. Tentu saja acara seperti ini segera menarik minat para alumni. Berbagai kenangan semasa sekolah melintas melalui berbagai gambar dan foto yang memenuhi segala sudut ruang. Aku sendiri sedikit kaget saat menemukan ada fotoku bersama Rifat di lapangan basket sekolah.
Ah, masa itu...
“Gue belum lihat loh,” Natalie berbisik padaku. Aku hanya mengangguk. Paham maksud kata-katanya. Sejak awal aku memang sudah mengatakan padanya untuk memberitahuku jika melihat keberadaan Rifat. Namun selang lima belas menit kedatangan kami, belum sekalipun diantara kami yang menemukan laki-laki itu.
“Nggak datang apa ya,” ujarku lirih. Takut kecewa.
“Nggak lah! Dia mana pernah sih ingkar janji.” Natalie tersenyum tipis. Aku tahu ia sedang menghiburku. “Ya udah yuk mending cari makan kita, lapar gue.”
Kuterima tawaran Natalie dengan mengikutinya ke bagian makanan. Baru saja aku meraih piring berisi puding buah kesukaanku, Natalie menyenggol lenganku pelan.