Mohon tunggu...
Iman Suwongso
Iman Suwongso Mohon Tunggu... Penulis/Wartawan -

Ketika angin berhembus kutangkap jadi kata.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

[Cerpen] Topeng di Meja Bupati

5 Mei 2016   22:35 Diperbarui: 6 Mei 2016   18:48 427
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat tamu-tamu itu sudah pergi, Satir memberanikan untuk menyapa.

“Mas Bas.”

Bupati Basuki memandang Satir dari ujung kaki sampai ujung kepala. Bersandal japit dari karet, celana, baju, dan kopiahnya sudah pudar. Bau keringat. Dan membawa buntalan dalam tas plastik.

“Siapa kamu?”

“Saya Satir, temanmu waktu kecil...”

“Saya tak pernah punya teman gembel!”

Bupati Basuki menutup pintu. Sebelum pintu ditutup, Satir sekilas melihat topeng yang dipajang di atas meja kerja. Bukan topeng Panji, ya bukan! Tapi topeng Dasamuka!***

*) Cerpen ini disunting dari Cerpen Pusaka (Versi cetak terbit di Surabaya News, 2004)

Djoglo Pandanlandung Malang,
2004/2016
iman.suwongso@yahoo.co.id

GLOSARI:

  • Piandel=pusaka=sikep= benda yang dianggap dapat memberi kekuatan jasmani atupun rohani
    Penggede= pejabat
    Gedeg= dinding terbuat dari anyaman bambu
    Tata tentrem kerta raharja= ungkapan dalam masyarakat jawa untuk menunjukkan situasi damai yang berkecukupan dalam memenuhi kebutuhan jasmani maupun rohani
    Sowan= mendatangi seseorang yang dianggap lebih tinggi derajatnya
    Kondang= terkenal atau dikenal luas
    Gak lombo= tidak tampil apa adanya dalam hal kekuatan rohani
    Wayang Topeng Malangan= drama tari yang penarinya memakai topeng yang bercerita tentang siklus panji, dengan wajah topeng, gerak tari, ritme, struktur berciri khas Malang (wilayah yang masuk dalam propinsi Jawa Timur, Indonesia)
    Pangot= alat untuk memahat/mengukir topeng
    Panji Asmoro Bangun= tokoh sentral dalam cerita panji yang senantiasa sebagai protagonis
    Digdaya= memiliki kekuatan jasmani dan rohani yang tidak terkalahkan lawannya
    Panjenengan= anda atau kamu
    Rawuh= datang
    Gerah= jenuh

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun