Mudah saja mencari kantor Basuki, di sebuah gedung yang menghadap alun-alun.
“Bapak Bupati Basuki ada, Bu?” tanya Satir kepada seorang perempuan berseragam.
Perempuan itu memandangi Satir dari ujung kaki sampai ujung rambut. Bersandal japit dari karet, celana, baju, dan kopiahnya sudah pudar. Bau keringat. Dan membawa buntalan dalam tas plastik.
“Bapak siapa? Dan perlu apa?”
“Saya temannya Pak Basuki waktu kecil. Keperluan saya, ingin melihat topeng yang dipajang di ruang kerjanya.”
“Bapak masih ada rapat.”
“Kalau begitu saya tunggu saja.”
“Silakan.”
Perempuan itu pergi.
Satu jam kemudian, ia beranikan untuk bertanya kembali. Kali ini kepada orang lain, laki-laki.
“Saya mau bertemu Pak Bupati, bisa?”