1. Perencanaan
Analisis Pareto ABC
Kumulatif Persentase = Persen sebelumnya + Persen n+1Â
Setelah itu di urutkan ABC nya A adalah yang menghabiskan dana 70% B 20% dan C 10%
Jumlah pemakaian dana A: semuanya di jumlahkan
%pemakaian dana = jumlah pemakaian dana/ seluruh pemakaian dana x 100 %
Perhitungan EOQ:
1. Instalasi Farmasi Klinik Anda ini membutuhkan 500 tablet Provera setiap tahun dengan harga per tablet adalah Rp 10.000,- dan biaya sekali pesan Rp 15.000,-. Komponen biaya lainnya yang perlu Anda pertimbangkan adalah biaya penyimpanan sebesar 10% dari harga barang per unit per tahun. Berdasarkan data biaya tersebut, Anda bermaksud menghitung Economic Order Quantity (EOQ) Klinik Anda untuk pengadaan obat tersebut.
Diketahui:
S= 15.000
D= 500 tablet
H= 10% x 10.000/tabletÂ
Jawab :
EOQ = 2 S.D / H
EOQ = 2 Rp 15.000 x 500/10% x Rp 10.000
EOQ = (15.000.000/1000)
EOQ = 122,47 unit ~ 123 unit
Keterangan :
S: Biaya pemesanan
D : Demand, rata-rata kebutuhan
H : Holding cost, biaya penyimpanan
2. Anda sedang menganalisis laporan keuangan Klinik dan ingin mengetahui efisiensi pengendalian perbekalan kefarmasian dengan menghitung berapa kali Klinik menjual total persediaan rata-rata sepanjang tahun (Inventory Turn Over Ratio). Diketahui data neraca per 31 Desember 2023 sebagai berikut:
Total omset sejumlah Rp. 950.000.000
Persediaan awal Rp. 95.000.000
Pembelian selama tahun 2023 sebesar Rp. 750.000.000
Nilai persediaan akhir naik 10% dari persediaan awal = ((10% x 95.000.000) + 95.000.000) = 104.500.000
Jawab:
HPP = Persediaan awal + pembelian -- persediaan akhir
HPP = Rp. 95.000.000 + 750.000.000 -- 104.500.000
HPP = Rp. 949.500.000
Rata-rata persediaan = (persediaan awal + persediaan akhir)/2Â
Rata-rata persediaan = (Rp. 95.000.000 + 104.500.000)/2
Rata-rata persediaan = Rp. 99.750.000
ITOR = HPP/rata-rata persediaan
ITOR = Rp. 949.500.000/ Rp. 99.750.000
ITOR = 9,5 kali
2. Pengadaan
1. Kartu Stok dilihat dari barang masuk dan keluar dari pemakaian bulanan
Metode pengadaan konsumsi A= B + C + D + E
A = Jumlah kebutuhan Obat
B = Penggunaan rata rata kebutuhan (menjumlahkan semua data pemakaian)
C = Buffer stok (kalau disuruh buat sendiri 10%) = 10% x penggunaan rata-rata kebutuhan
D = Lead time (SS) = Kebutuhan rata-rata/ 30 X Lead time
E = sisa stok (diketahui dari soal)
Jumlah yang akan dipesan disesuaikan dengan jumlah kebutuhan dan box sediaan, pembulatan dibulatkan ke atas
Membuatkan surat pesanan (Permenkes NOmor 5 tahun 2023)
1. Narkotika 3 rangkap (1 obat satu)
2. Psikotropika dan prekursor (bisa beberapa macam obat, boleh beberapa obat maksimal 5)
3. Obat biasa dan OOT (2 rangkap)
Penulisan surat pesanan ( Kpd Yth. (PBF nya)) Bagian bawah kita sebagai pemesan
3. Penerimaan
Di cek Jumlah dan nama sediaan :
1. Sesuai: Obat datang telah sesuai dengan yang dipesan. Dilakukan pemeriksaan terhadap tanggal kadaluarsa, SP, Faktur. Apabila telah sesuai faktur ditandatangani dan segera dilakukan pencatatan kartu stok dan berita acara penerimaan. Menerima obat, dan menyimpannya sesuai dengan ketentuan
2. Tidak sesuai: Barang yang datang diterima. Lalu 1 boks Glipizid yang kurang dikonfirmasi ke PBF serta diminta untuk mengirim kembali 1 boks. Meminta faktur baru sesuai SP (kalau kelebihan)
Jenis barang tidak sesuai SP, obat dikembalikan seluruhnya ke PBF. Ajukan penggantian obat sesuai SP. Minta faktur baru sesuai SP.
(kalau barang tidak sesuai)
Faktur :
Diskon 1 % = harga - (1% x harga)
Membuat kartu stok nya ditulis jumlah barang masuk
Harga jual = HNA + Pajak Pertambahan Nilai (HNA x PPN 11%) + Profit Margin dari (HNA+PPN)
Margin Obat Bebas, Obat Bebas Terbatas, Obat Tradisional = 15 %
Margin Obat Keras = 20 %
Margin Obat Narkotika dan Psikotropika = 25 %
Harga jual satuan = total harga : jumlah per box ada brapa barang
4. Pemusnahan
Dilihat obat apa yang ED nanti di kartu stok di nol kan untuk yang ED
1. Menghitung EOI dan ITOR
Selain data hasil stok opname diatas, apoteker juga melakukan analisa pengelolaan persediaan untuk mengetahui efisiensi pengendalian perbekalan kefarmasian. Data yang didapatkan per 31 Desember 2023 adalah sebagai berikut : persediaan di tanggal 01 Januari 2023 senilai Rp.110.000.000, nilai persediaan di akhir Desember 2023 senilai Rp. 95.000.000 dan diketahui total pembelian selama tahun 2023 naik 25% dari tahun 2022 yang bernilai Rp. 400.000.000. Selain data tersebut, apoteker juga menganalisa efisiensi interval pemesanan dengan data berikut : jumlah pemakaian selama tahun 2023 adalah sebanyak 150.000 tablet dengan harga beli sebesar Rp. 5.000/tablet. Biaya per pemesanan sebesar Rp. 25.000 dengan biaya penyimpanan sebesar 20% dari harga beli obat dan dalam 1 bulan dianggap sama sejumlah 30 hari.
a. EOI
Diketahui:
Kebutuhan  = 150.000 unit
Biaya per tablet = 5000/unitÂ
Biaya pemesanan = 25.000
Biaya simpan = 20/100*5000 = 1000/30 hari = 33,3 (dibagi 30, karena biaya simpan biasanya 1 bulan)
Hari kerja  = 30 hari
Lead time = 10 hari (perkiraan karena tidak ada di soal)
Safety stock = stok lead time = 10 hari/30hari x 150.000 = 50.000
EOI = akar ((2x biaya pemesanan) / (biaya simpan x jumlah kebutuhan pertahun))
EOI = akar (2 x 25.000/1000 x 150.000)
EOI = akar (0,00033333)Â
EOI = 0,018 tahun = 0,018*360= 6,527 hari
b. ITORÂ
Diketahui:
Persediaan awal = 110.000.000
Persediaan akhir = 95.000.000
Pembelian = 250.000.000
Rata-rata persediaan
Rata-rata = (Persediaan awal + persediaan akhir)/2
Rata-rata = (110.000.000 + 95.000.000)/2
Rata-rata = 205.000.000/2
Rata-rata = 102.500.000
HPP = persediaan awal + pembelian -- persediaan akhir
HPP = 110.000.000 + 250.000.000 -- 95.000.000
HPP = 265.000.000
ITOR = HPP/rata-rata persediaan
ITOR = 265.000.000/102.500.000
ITOR = 2,58
Berita acara obat kadaluwarsa dibuat 4 rangkap untuk :Â
Kementerian Kesehatan RI, Ditjen Bina Kefarmasisan dan Alat Kesehatan
Kepala BPOMÂ
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
Arsip di Rumah sakit
5. Neraca Apotek
Pada laporan neraca per 31 Desember 2022 jumlah kas dan saldo tabungan di bank sebesar Rp 210.000.000,-. Hasil stok opname perbekalan farmasi di akhir tahun 2022 sebesar Rp 85.000.000,-. Saldo piutang di akhir tahun sebesar Rp 50.000.000,- dari 2 mitra perusahaan, yaitu PT. Taspen dan BPJS. Pada bulan Agustus 2022, apotek mengalami kesulitan karena penundaan pelunasan piutang dari PT. Taspen dan BPJS sehingga berupaya untuk memperoleh pinjaman jangka pendek yang cair dari Bank Mandiri pada 31 Mei 2022 sebesar Rp 120.000.000,- dengan bunga diskonto 1,25% per bulan dibayar di akhir sesuai perjanjian. Hasil stok opname hutang dagang sebesar Rp 95.000.000,-
Penjualan sampai dengan akhir tahun 2022 meningkat 30% dibandingkan tahun 2021 yang bernilai Rp 575.000.000,-. Selama 1 tahun ini pembelian barang untuk mencapai target yang diinginkan sebesar Rp 550.000.000,-. Pada stok opname atas persediaan 31 Desember 2022, nilai stoknya meningkat 10% dibandingkan akhir tahun 2021 yang bernilai  Rp. 175.000.000.
Aktiva (Aset) :
Aktiva adalah sumber daya atau kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan yang diharapkan memberikan manfaat ekonomi di masa depan. Aktiva biasanya dibagi menjadi dua jenis:
Aktiva Lancar
Aset yang dapat dengan mudah diuangkan atau digunakan dalam waktu kurang dari satu tahun, seperti:
Kas
Piutang usaha
Persediaan barang dagangan
Investasi jangka pendek
Aktiva Tetap
Aset yang dimiliki untuk penggunaan jangka panjang, seperti:
Tanah
Bangunan
Mesin
Kendaraan
Pasiva (Kewajiban):Â
Pasiva adalah kewajiban atau tanggungan yang dimiliki oleh perusahaan kepada pihak lain. Pasiva menunjukkan sumber dana atau pembiayaan yang digunakan untuk memperoleh aktiva. Pasiva juga terbagi menjadi dua jenis:
Kewajiban Lancar
Utang yang harus dilunasi dalam waktu kurang dari satu tahun, seperti:
Utang usaha
Utang pajak
Biaya yang masih harus dibayar
Kewajiban Jangka Panjang
Utang yang jatuh temponya lebih dari satu tahun, seperti:
Pinjaman bank jangka panjang
Obligasi
Hubungan Aktiva dan Pasiva
Dalam neraca keuangan, Aktiva selalu sama dengan Pasiva, yang dikenal dengan persamaan akuntansi dasar:
Rumus: Aktiva = Kewajiban+ Ekuitas (modal)
Ekuitas (Modal ) Â = Aktiva - Kewajiban
 Sehingga dapat diartikan bahwa semua sumber daya perusahaan (aktiva) berasal dari pembiayaan, baik dari utang (kewajiban) maupun dari modal sendiri (ekuitas).
Rumus HPP = (Pembelian awal + persediaan awal) -- Persediaan akhir
HPP = (Rp. 550.000.000 + 175.000.000) -- 192.500.000 (dari 175.000.000 x 10%)
HPP = 725.000.000 -- 192.500.000
HPP = 532.500.000
Laba sebelum pajak = Total Penjualan (Penjualan + Piutang) -- HPP
Laba sebelum pajak = 797.500.000 - 532.500.000Â
Laba sebelum pajak = 265.000.000
Pajak = omset x 0,5% *)
*)karena tidak diketahui apakah omset setiap bulan mencapai Rp500.000.000, sehingga omset langsung dikalikan dengan tarif pajak final yaitu 0,5%
*pembayaran pajak diperuntukkan untuk omset yang lebih dari 500 jt makanya dikurangin
Pajak = (797.500.000-500.000.000) x 0,5%
 = 297.500.0000 x 0,5%
 = Rp.1.487.500
Laba setelah pajak  = Laba sebelum pajak- Pajak
= 265.000.000-- Â Rp.1.487.500
= Rp. 263.512.500
%HPP = HPP/ Omset  x 100 %
 = 532.500.000/ 797.500.000 x 100 %
 = 66,77%
Berapa % GPM (Gross Profit Margin) pada akhir tahun 2022?
%GPM = (Laba sebelum pajak (Laba kotor)/ Penjualan ) x 100 %
= (265.000.000/ 797.500.000) x 100%
= 33,229 %
Hitunglah pajak yang harus dibayar berdasarkan omset tahun 2022
Pajak = (797.500.000-500.000.000) x 0,5%
= 297.500.0000 x 0,5%
= Rp.1.487.500
Tipe soal 2
Pada laporan neraca per 31 Desember 2022 jumlah kas dan saldo tabungan di bank sebesar Rp 122.000.000,-. Hasil stok opname perbekalan farmasi di akhir tahun 2022 sebesar Rp 245.000.000,-. Saldo piutang di akhir tahun sebesar Rp 36.000.000,- dari 3 mitra perusahaan, yaitu PT. KAI, PT. Taspen, dan BPJS. Pada bulan Juni 2022, apotek mengalami kesulitan karena penundaan pelunasan piutang dari PT. Taspen dan BPJS sehingga berupaya untuk memperoleh pinjaman jangka pendek yang cair dari Bank Syariah Indonesia pada 30 Juni 2022 sebesar Rp 50.000.000,- dengan bunga diskonto 1,2% per bulan dibayar di akhir sesuai perjanjian. Hasil stok opname hutang dagang sebesar Rp 85.000.000,-.
Penjualan sampai dengan akhir tahun 2022 meningkat 15% dibandingkan tahun 2021 yang bernilai Rp 2.500.000.000,-. Selama 1 tahun ini pembelian barang untuk mencapai target yang diinginkan sebesar Rp 1.800.000.000,-. Pada stok opname atas persediaan 31 Desember 2022, nilai stoknya meningkat 10% dibandingkan akhir tahun 2021.
HPP = (Persediaan Awal + Pembelian) -- Persediaan AkhirÂ
HPP= (Rp220.500.000 + Rp1.800.000.000) - Rp245.000.000
= Rp2.020500.000 - Rp245.000.000
        = Rp. 1.775.500.000
Pajak = omset x 0,5%*)
*)karena tidak diketahui apakah omset setiap bulan mencapai Rp500.000.000, sehingga omset langsung dikalikan dengan tarif pajak final yaitu 0,5%
Pajak = (Rp2.875.000.000 - 500.000) x 0,5%
= 11.875.000
Laba sebelum pajak = Omset - HPP
                     = 2. 911.000.000 -  1.775.500.000
                     = 1.135.500.000
%HPP = HPP/Penjualan x 100%
%HPP= Rp1.775.500.000/ Rp2.875.000.000 x 100|%
= 0,61756 x 100%
= 61,76% ~ 62%
Apotek Farmasi Jaya merupakan milik perorangan, hitunglah besaran PPh nya menurut Implementasi UU No. 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan.
Untuk penghasilan Rp500.000.000 - Rp500.000.000.000 per tahun dikenakan tarif PPh sebesar 30%
Penghasilan Netto = Omset - HPP
PKP= (Rp2.875.000.000 - Rp1.775.500.000)Â
= Rp1.099.500.000
PTKP = perseorangan Rp. 54.000.000
PKP = Penghasilan Neto- PTKP
PKP = 1.099.500.000 - 54.000.000
    = 1.045.500.000
Karena PKP sebesar Rp 1.045.500.000 masuk ke dalam bracket Rp 500.000.000 - Rp 500.000.000.000, tarif PPh yang dikenakan adalah 30%.
Rumus:
PPh=PKP x Tarif PPh
PPh = 1.045.500.000 x 30%Â
= 313.650.000
6. Akutansi Putaran
Aktiva lancar Apotek Farmasi Brawijaya per 31 Desember 2022 besarnya kas dan bank Rp 125.000.000,-, persediaan perbekalan farmasi Rp 200.000.000,- dan piutang Rp 65.000.000,-. Laporan Laba Rugi per 31 Desember 2022 menujukkan kinerja yang lebih baik dibandingkan tahun 2021. Penjualan dicapai sebesar Rp 3.000.000.000,- dan harga pokok penjualan sebesar 85% dengan pembelian selama setahun sebesar Rp 2.760.800.000,- dan telah diperhitungkan diskon yang diperoleh. Biaya usaha selama tahun 2022 sebesar 12% dan pada tahun ini apotek atas pemanfaatan asetnya memperoleh hasil sewa ATM BRI sebesar Rp 20.000.000/tahun.
Berapa perputaran persediaannya?
Diketahui :
Aktiva Lancar= 125.000.000
Persediaan= 200.000.000
Piutang= 65.000.000
Penjualan= 3.000.000.000
HPP= 85%
Pembelian= 2.760.800.000
Biaya usaha= 12%
Hasil Sewa ATM BRI= 20.000.000/tahunÂ
Ditanya:Â
Putaran Sediaan (PP) / Inventory Turn Over Ratio (TOR)
TOR = HPP / Persediaan Rata-rata
TOR = HPP / (Persediaan Awal+Persediaan Akhir)/2
Dicari Persedian akhirÂ
HPP = 85% x Penjualan
HPP = Â 85% x 3.000.000.000
HPP = 2.550.000.000
HPP= Persediaan awal + Pembelian - Persediaan Akhir
2.550.000.000= (200.000.000 + 2.760.800.000) -- Persediaan akhirÂ
Persediaan Akhir= 410.800.000
TOR = HPP / (Persediaan Awal+Persediaan Akhir)/2
TOR= 2.550.000.000 / (200.000.000+410.800.000)/2
TOR= 2.550.000.000 / 305.400.000
TOR= 8,35x/tahunÂ
Waktu yang dibutuhkan untuk satu kali putaran persediaan:
365 hari/8,35= 43,71 44 hariÂ
Berapa besar pajak atas laba (Pasal 25) yang harus dibayarkan? Buatlah laporan laba dan ruginya.
Biaya usaha= 12% x PenjualanÂ
Biaya= 12% x 3.000.000.0000
Biaya= 360.000.000
Pendapatan (omset)= Penjualan + Hasil Sewa + Piutang
Pendapatan (omset)= 3.000.000.000+20.000.000+65.000.000
Pendapatan (omset)= 3.085.000.000 Â
Laba Kotor = Pendapatan -- HPP
Laba Kotor = 3.085.000.000 Â -- 2.550.000.000
Laba Kotor= 535.000.000
Apotek Farmasi Brawijaya termasuk ke dalam UMKM dengan pendapatan <4,8 M, sehingga perhitungan pajak yang harus dibayar yaitu:
- Pajak = (Pendapatan -- 500.000.000) x 0,5%
= (3.085.000.000 -- 500.000.000) x 0,5%
= Rp12.925.000
Laba Bersih= Â Laba kotor -- biaya usaha -- pajak
                              = 535.000.000 -- 360.000.000 -- 12.925.000
                              = 162.075.000
Berapa % profit margin Apotek Farmasi Brawijaya?
Net profit margin = Â (Laba bersih/Pendapatan) x 100%
Net profit margin= (162.075.000/3.085.000.000) X 100%
Net profit margin= 52,5%
7. Akutansi Omset
Tabel berikut merupakan perkiraan penjualan (sales forecasting) Apotek Farmasi Brawijaya tahun 2022 yang buka setiap hari (Diketahui Apotek buka 30 hari sebulan) :
Jika diperkirakan pertumbuhan omset tahunan sebesar 5% dan inflasi Kota Malang sebesar 0,08%, hitunglah kenaikan omset hingga tahun ke-5:
Total Omset (tahun n) = (%pertumbuhan + %inflasi) + Total Omset (Tahun n-1)
Kenaikan omset : omset tahun sebelumnya x (%pertumbuhan + %inflasi)
Kenaikan omset th t = omset tahun t  -  omset tahun (t-1)
Kenaikan omset th t = omset tahun (t-1) x (1 + pertumbuhan + inflasi) (desimal)
% pertumbuhan : total omset tahun n/total omset tahun 1 x 100%
Diketahui:Â
Tahun ke-1= Total omset tiap bulan x 12 = Rp. 1.443.600.000
Tahun ke-2= 1.443.600.000 x (1 + 0,05 + 0,0008)
= 1.443.600.000 x 1,0508
= 1.516.934.880
Tahun ke-3= 1.516.934.880 x (1 + 0,05 + 0,0008)
= 1.516.934.880 x 1,0508
= 1.593.995.172
Tahun ke-4 = 1.593.995.172 x (1 + 0,05 + 0,0008)
= 1.593.995.172 x 1,0508
= 1.674.970.127
Tahun ke-5= 1.674.970.127 x (1 + 0,05 + 0,0008)
= 1.674.970.127 x 1,0508
= 1.760.058.609
% pertumbuhan : total omset tahun n/total omset tahun 1 x 100%
%pertumbuhan = (1.443.600.000 : 1.760.058.609) x 100 % = 121,921%
Berdasarkan perhitungan faktor jual untuk obat Over the Counter (OTC) dan resep, diperoleh Harga Pokok Penjualan (HPP) sebesar 70%. Maka laporan laba dan rugi apotek dapat tergambar dalam tabel berikut:
Diketahui :Â
%HPP : 70%
Biaya tetap : 125.000.000
HPP= %HPP x Omset
= 75% x 1.443.600.000
= 1.010.520.000
Laba kotor= Omset -- HPP
= 1.443.600.000 - 1.010.520.000
= 433.080.000
Laba= laba kotor  -- Biaya Tetap
= 433.080.000 - 125.000.000
= 308.080.000
PajakÂ
Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 55 Tahun 2022, pajak penghasilan final untuk peredaran bruto <4,8 M adalah 0,5%. Dengan ketentuan tidak dikenakan pajak pada penghasilan <500 Juta. Sehingga pajak dapat dihitung dengan cara berikut :
Pajak= 0,5% x (Rp. 1.443.600.000 -- Rp.500.000.000)
= 0,5% x Rp. 943.600.000
= Rp. 4.718.000
Laba Sesudah Pajak= Laba sebelum pajak -- Pajak
= Rp. 308.080.000 -- Rp. 4.718.000
= Rp. 303.362.000
Berdasarkan data diatas:Â
1. Lakukan analisis Break Event Point (BEP).
BEP Pertahun= Biaya Tetap : (1-(Variable Cost/Omset )
= Â 125.000.000 : ( 1- (HPP/omset))
= 125.000.0001 : (1 - (1.010.520.000/1443.600.000)
= 416.666.666,66667
BEP Perbulan = Rp 34.722.222 (BEP per tahun/12)
BEP Perhari= Rp. 1.157.407 (BEP per bulan/30)
Rumus:
BEP pertahun = biaya tetap/ Margin kontribusi
Margin kontribusi = 1- (HPP/omset)
2. Jika modal apotek adalah sebesar Rp 400.000.000,-, lakukan analisis Payback Period (PP) dan Return on Investment (ROI);Â
Payback Period (PP) = Modal/ Laba Bersih x 1 Tahun
= 400.000.000/303.362.000 x 1 Tahun
= 1,3 Tahun 1 Tahun 4 Bulan
Sehingga, waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan modal adalah 1 Tahun 4 Bulan
3. Return on Investment (ROI) = Laba Bersih/Modal x 100%
= 303.362.000400.000.000 x 100%
= 76 %
Semakin tinggi nilai ROI maka semakin bagus apotek untuk dijalankan, ROI yang tinggi menujukkan bahwa dan yang diinvestasikan digunakan secara efektif.
4. Hitunglah nilai Net Profit Margin (NPM) dan Gross Profit Margin (GPM)
Net Profit Margin = Laba Bersih/Pendapatan Total x 100%
= 303.362.000/1.443.600.000 x 100%
= 21%
Gross Profit Margin = Laba Kotor/Pendapatan Total x 100%
= 433.080.000/ 1.443.600.000 x 100%
= 30%
Laba kotor : omset-HPP
= 1.443.600.000 - 1.010.520.000
= 433.080.000
Laba bersih (Sesudah Pajak)= Laba sebelum pajak -- Pajak
= Rp. 308.080.000 -- Rp. 4.718.000
= Rp. 303.362.000
Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI