Mohon tunggu...
Ila Heti
Ila Heti Mohon Tunggu... -

Perempuan sederhana

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Nyi Penggani

25 Oktober 2012   14:28 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:24 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Mobilku melaju kencang di antara gelap malam menuju desa sahabatku, kurang lebih empat jam menuju Blitar,angin yang berhembus menerpa wajah kami ketika mobil kami ngadat di pertigaan ketika masuk ke desa sahabatku.

"Wahhh ni mobil,napa lagi sih.."

"Napa La.."kami turun

"Tau nich Rin..ada aja,mana malam lagi masih jauh ya rumah nenekmu"

"Lumayanlah.."

"Jangan bilang lumayan,eh gimana nich"

"Punya alat-alatnya gak kamu.."

"Ada,ambil gih di dalam biar aku buka dulu mesinnya"

Ketika aku sedang membuka mesin di depan,aku merasa ada seseorang yang lewat di belakangku

Apaan tuh..

Aku menoleh kanan dan kiri,tidak ada siapa-siapa

Apaan ya..

"Ini alatnya..",tiba-tiba Rini muncul dari belakang punggungku

"Aduh gila ya kamu ngapain coba,becanda kira-kira dong.. coba nakuti aku.."

"He..aneh deh kamu, siapa juga yang mau nakuti,kamu suruh aku cari peralatan montir khan?"

"I..ya"

"Nah..gak ada alasan dong aku nakuti kamu.."

Lhah tadi itu siapa..

"He..bengong,yuk-yuk malam nich neng  lama.."

"Oke-oke.."

Setelah beberapa menit kemudian akhirnya mesin mobil bisa di nyalakan kembali,perjalanan di lanjutkan,beberapa menit kemudian sorot lampu mobilku mengarah di sebuah papan  di ujung  jalan bertuliskan "Makam Umum Desa Wates"

"Rin..ini makam khan?"

"Iya..napa..serem ya.."

"Ember..tapi Gak serem-serem  amat  tuh.. "

"Jangan bilang takut.."

"Hehehe.."

"Tawa lagi..",aku melirik Rini yang sedang enjoy ,menikmati malam sambil menoleh ke arah jendela kaca  di sampingnya.

Aku buka kaca jendela sedikit,angin malam kota Surabaya dan di Blitar pasti beda ,begitu dingin sejuk bersama aroma wangi  kamboja yang tumbuh subur di pelataran makam yang baru saja kami lalui,ketika menikmati malam itu tidak sengaja sorot lampu mobilku mengarah  jauh di pinggir jalan tidak jauh dari makam yang baru kami lalui,aku melihat seorang wanita cantik memakai kain kebaya lengkap, dengan roncean melati di atas sanggulnya berdiri memegangi selendang batik yang di selempangkan di pundaknya,aku merinding tiba-tiba.

"Rin..Rin..",tangan kiriku colek lengan kanan Rini.

"Apaan sih.."

"Rin itu.."

"Itu apa.."

"Rin..kamu harus liat,ini beneran..",aku menatap Rini

"Mana..liat apa,gelap gini..",aku buru-buru menoleh kembali ke jalanan,ternyata memang hanya  gelap

"Lhoh..lhah tadi.."

"Apa. ., gak ada apa-apa ah,udah deh parnonya nanti lagi"

"Gila..lagi..kamu aja kale yang lagi, aku mah ogah ketemu dia lagi.."

"Siapa sih..udah ayo"

Perjalanan malam itu memang membuatku parno,satu jam kemudian, akhirnya mobilku  berhenti di depan rumah peninggalan belanda,namun.. terawat rapi dan bersih.

"Yuk masuk yuk.."

"He tunggu,rumah siapa nich.."

"Grandmother.."

"Duh sombongnya.."

"Hihi ayo..",Rini duluan masuk melangkah menuju teras,ketika aku turun dan membuka pintu mobil tiba-tiba aku merinding kembali,aku pegangi kedua lenganku dan menoleh ke kanan dan kiri dari sudut mata kananku aku seperti melihatnya kembali,aku menoleh ke samping namun tidak ada siapa-siapa,dari dalam rumah

"Ayo masuk La.."

Aku kemudian menjawab sambil berjalan mudur

"Ya..hiii"

Masuk ke ruang tamu malam itu, aku berkenalan dengan nenek Rini

"Ayunya nduk kamu,siapa namamu.."

"Panggil saja Lala..nek"

"Oya..sebentar ya,santai saja Rin.."

Aku melihat nenek Rini melangkah ke belakang dan bertanya pada Rini

"Nginap toh  Rin..di sini ya.."

"Nggeh.."

"Kamu juga khan nduk?"

"Iya nek,nyipeng..",jawabku

"Duhh gayanya,bisa juga pakai bahasa jawa ya..,emang tau artinya"

"Hihi..setahuku nginap.. iya gak sih"

"Tau deh..eh bentar ya",Rini kemudian melangkah ke belakang menemui neneknya

Ketika aku jawab pertanyaan si nenek aku merasa ada yang aneh,ada seuatu berdiri di tengah pintu yang terbuka,seperti wanita yang ketika itu berdiri di tepi jalan malam itu,ketika aku menoleh tidak ada siapa-siapa ,aku beranikan diri melangkah keluar menuju teras,tidak ada siapa-siapa sejauh mata memandang hanya gelap,hanya terang dari lampu teras rumah jaman belanda ini

"he..ngapain di situ,dingin tau",tiba-tiba Rini muncul  menegurku untuk segera masuk ke rumah

"Ya.."

Larut malam di kamar Rini yang lumayan luas dengan di lengkapi kamar mandi di dalamnya,yakin aku akan betah tinggal di sini selama liburan semester, pintu kamar mandi itu lurus dengan pintu kamar dan posisi ranjangnya persis di tengah-tengah kamar sampinya dua buah lampu meja di kanan dan kiri,malam itu aku duduk di pinggir ranjang sambil memeluk guling

"Eh..Rin,rumah nenekmu ini berdiri sejak taun berapa sih..",sambil aku memandang ke sekeliling sudut kamar itu

"Napa emang..",sambil terpejam

Tiba-tiba aku mendengar suara gamelan jawa,yang ..aku sendiri kurang jelas apa hanya salah dengar atau apa ya..

"Gak papa juga sih,cuma nanya aja.."

"Ohhh.."

Gamelan itu makin lama makin jelas di telinga,jantungku tiba-tiba berdegup kencang,buru-buru aku rebahkan tubuhku terlentang menghadap ke atas sambil menutupi sebagian wajahku dengan memeluk gulingku,ketika aku akan membalikkan tubuhku ke samping,tiba-tiba aku melihat seorang wanita yang sama melintas perlahan di hadapanku dari kamar mandi lalu hilang ketika sampai di pintu kamar malam itu,aku buru-buru menutup mataku dengan guling

Hiii..siapa sih dia?,beberapa kali muncul,aku harus tanyakan ke nenek atau Rini dan mereka harus menjawab.Malam ini aku di buat parno dengan kemunculannya.Pagi ini aku harus tanyakan,setelah mandi dan sarapan,sudah bulat tekadku untuk menanyakannya kepada Rini,duduk di teras rumah

"Rin.."

"Hmm..,napa asyik ya di rumah nenekku..",aku tersenyum

"Ya.."

Asyik..apanya yang asyik,lu kale yang asyik..rumah gini serem di bilang asyik

"Aku mau nanya nich..sebenarnya.."

Ketika aku ingin bertanya tiba-tiba dari kejauhan terdengar bunyi ..

"Bunyi apaan tuh..",aku menoleh hingga lupa dengan pertanyaanku

"Itu namanya kemung..",Rini kemudian berdiri dan melangkah turun menuju ke pelataran

"Eh apa..kemung..apaan tuh..",aku  mengikuti Rini yang berdiri di tepi jalan depan rumah nenek menghadap ke barat,dan aku dekati dia

"He..non,belum di jawab sih.."

"Apanya.."

"Lhah itu tadi..kemung apaan,apaan.."

"Oh itu.."

"Oh itu..oh itu,apa ha.."

"Pertanda ada orang yang meninggal dunia.."

Mataku terbelalak

Ha..oh gitu..

Beberapa menit kemudian dari arah barat iringan keranda mayat dan para tetangga yang bertakziah berjalan di belakangnya,aku dan Rini mundur beberapa langkah ketika iringan keranda itu melintas di depan kami,tiba-tiba seorang anak lewat

"Mbak gak ikut.."

"Ya..eh le siapa yang meninggal itu..",Rini memegang pundak si naka itu

"Nyi Penggani.."

"Ha..sinden desa itu ya..,meninggalnya di mana le..

"Di rumah sakit kecamatan  tadi malam.."

Rini memandangku,aku semakin bingung

Siapa lagi ini aku kok bingung..

"Eh La..yuk ikut ke makam yuk,gak takut khan masak orang kota takut.."

Karena malu dengan Rini terpaksa deh..

Kami mengikuti perjalanan menuju pemakaman dari belakang,sesaat kemudian wangi  kembang kamboja mulai tercium,dari deretan belukar kemudian masuk ke dalam pemakaman ,di atas pintu masuk makam sebuah papan bertulis "Pemakaman Umum Desa Wates"

Ha..makam ini lagi..

Ketika aku melangkah masuk mataku menangkap sesosok wanita berkebaya lengakap memakai selendang batik di selempang di pundaknya dan memakai rangkaian melati di sanggulnya,memebelakangiku di sudut pelataran pemakaman,langkahku seketika lambat ..sambil melangkah karena keingintahuanku aku mencoba melihat apakah wanita itu sama dengan wanita yang sebelumnya aku temui beberapa kali di tempat yang berbeda..,namun ketika itu tiba-tiba si Rini mencolekku sehingga aku menoleh ke arahnya

"Apaan sih..",lirih

"Dia ini sinden desa paling cantik.."

"Oh ya..lantas..kenapa dia meninggal dunia"

"Lhah itu yang aku gak tau.."

Tiba-tiba aku teringat dengan wanita itu,ketika menoleh wanita itu sudah tidak ada di sana

Hai kemana dia..

"Cari siapa sih..",Rini juga ikut mencari

"Eh gak kok gak papa..,eh Rin acara selesai tuh yuk pulang..",ajakku

"Ayuk.."

Di tengah perjalanan pulang kami terdiam

"Eh Rin..aku jadi penasaran ma siapa tadi.."

"Siapa..siapa,"

"Makudnya namanya,tadi khan anak laki-laki itu tadi mengatakan nama orang yang meninggal ini to?"

"Iya..napa.."

"Namanya siapa tadi.."

"Nyi Penggani..orang-orang biasa memanggilnya Nyi Peng aja.."

"Bentar ,..siapa Nyi Peng.."

"Ya,napa.."

"Gini Rin..waktu pertama kita masuk desa ini di depan makam itu,dari kejauhan aku melihat seorang waita cantik memekai kebaya lengkap dengan kain batik di selempangkan i pundak dan memakai rocean melati di sanggulnya

"Trus.."

"Trus aku betemu lagi ketika sampai di rumah nenek,tepatnya di tengah pintu ruang tamu dan yang ketiga ketika malam itu kita ngobrol di kamar aku melihat wanita itu melintas dari arah kamar mandi kamarmu dan hilang sampai di pintu kamar.."

"Atau mungkin saja ketika kamu di tanya nenek apakah kamu juga menginap..,kemudian kamu menjawab"

"Nyipeng..",langsung aku jawab

"Lhah..lhah itu persis.."

"Jadi..aku tidak sengaja gitu.."

Kedua bahu Rini di angkat,ini bener-bener membuatku bingung,apakah mungkin aku yang di beri tanda bahwa sinden itu akan meninggal atau apa sih aku juga tidak faham sampai sekarang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun