"Ya kadang barang itu memang bisa menjadi pelarian yang mengasyikkan. Efeknya bikin kamu merasa santai, selalu bahagia, menganggap enteng masalah, kepedean yang gak pada tempatnya, ketawa terus kayak lihat film komedi, apalagi kalau pakainya ramai-ramai.  Kalau pakainya sendirian, efek yang ditimbulkan malah gak enak yaitu kamu bakal merasa kesepian sampai perut kamu mual kadang  muntah segala, curigaan, dan masih banyak lagi.  Tapi efek di masing-masing orang itu bisa berbeda sih, tergantung daya tahan tubuhnya juga."
"Kok kakak tahu?"
"Aku pernah pakai dan itu yang membuat papi makin marah."
"Siapa yang ngenalin kakak ke hal itu?"
"Seorang teman yang sampai sekarang tidak pernah mau bertemu dengan ku lagi." tatapan mata Nara menerawang jauh. Ada nada kesedihan  dalam suaranya.
"Kenapa?"
Nara kini menatap Rein lembut. "Gak usah di bahas ya, gak apa-apa kan?"
Rein menatap balik mata coklat itu yang kini terlihat suram.
"Terus kapan papi tahu?"
"Gak lama. Saat itu aku gak pulang ke rumah selama dua hari, nginep di rumah teman yang orang tuanya sedang pergi. Aku ke gap sama papi waktu dia jemput paksa aku dari rumah temanku itu. Dan hari itu sabetan ikat pinggang papi lah yang telah menggenapi rasa gak karuan yang aku rasakan dalam tubuhku"
"Terus?"