***
Rein memperhatikan Dandy yang terbaring di ranjang Nara. Ia tertidur pulas bagaikan bayi yang baru saja tiba di dunia nan fana.
"Lantas kita apain dia?" tanya Rein penasaran.
"Ya diemin aja sampai bangun, efeknya hilang kok kalau dia sudah bangun." kata Nara ringan. Â Rein menganggukan kepalanya tanda mengerti. Â Lalu ia berpamitan kepada Nara untuk pulang ke tempat kosnya.
Rein memasuki kantin Mas Nano yang terlihat ramai malam itu, matanya mencari seseorang yang ia harapkan berada di sana. Â Senyum pun mengembang di bibirnya ketika seseorang melambaikan tangan kepadanya. Â Ia pun menghampiri meja yang terletak di sudut kantin itu.
"Dandy gimana kak?" tanya Rein penasaran kepada Nara yang sedang menghirup air tehnya dengan penuh penghayatan.
"Sudah baikan, waktu bangun dia kaget. Dia panggil aku Jed sambil ketakutan."
Tiba-tiba sorot mata Rein meredup ketika Nara menyebutkan nama adiknya itu. Â Nara tersentak lalu meneruskan kalimatnya dengan cepat.
"Terus dia panik gak keruan, aku tampar aja biar dia diam dan mau mendengarkan penjelasanku." lanjut Nara.
"Sejak kapan kamu tahu Dandy suka pakai?" tanya Nara penasaran.
"Dulu awalnya tahu dari Beni dan Jangkrik teman bandnya. Dandy saat itu sedang banyak masalah, terutama masalah keluarga."