Rein menundukkan kepalanya dalam.
"Hari ini genap setahun kita mengenal satu sama lain, apa aku benar?."
Baru saja Rein akan membuka mulutnya, tapi suara Jed mendahuluinya.
"Aku selalu mengingat wajah ceria kamu yang dulu muncul di pintu Mayang secara tiba-tiba. Itulah saat dimana aku tahu kalau kamu adalah dia. Dia yang selalu membuat hariku berwarna. Â Dia yang membuat hatiku berbunga. Â Dia yang sangat berarti dalam hidupku."
Rein menggigit bibirnya.
"Rein, aku pernah sangat membenci kamu, kamu tahu sendiri kan itu kapan?"
Rein mengangguk lemah.
"Tapi ternyata rasa benciku tidak sebesar rasa suka ku kepada mu. Shia lah yang telah membangun rasa itu kembali. Dia selalu menceritakan segala hal tentang kamu. Aku gak tahu apa maksudnya, tapi yang pasti Shia tidak sadar bila apa yang selalu ia ceritakan kepadaku malah membuatku makin menyukai kamu."
"Aku tahu, aku gak bakalan bisa dekat dengan kamu lagi, karena kamu telah memilih Shia." Jed sibuk menggerak-gerakan kakinya yang tergantung lemas di bangku bambu yang terlihat merana karena di duduki mereka berdua.
"Aku .." Suara Rein terdengar bergetar.
"Tapi berteman kembali dengan kamu pasti akan menyenangkan. Â Dan Tuhan ternyata baik sekali, Dia mengirimkan Dandy, Beni dan Jangkrik untuk mencairkan ketegangan antara aku dan kamu." Potong Jed sambil tersenyum.