Mohon tunggu...
Ika Septi
Ika Septi Mohon Tunggu... Lainnya - Lainnya

Penyuka musik, buku, kuliner, dan film.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Di Penghujung Senja (38) - Tamat

14 November 2017   16:40 Diperbarui: 14 November 2017   18:12 797
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi : deviantart

"Aku gak mau ngomonginnya ke kamu."

"Kenapa sih kamu harus bersikap aneh gini ke aku, berahasia yang sebenarnya sama sekali gak ada yang harus di rahasiakan.  Sekarang kita adalah teman baik, sudah sepantasnya kita berbagi dalam segala hal, senang, susah, iya kan?."

Rein menatap alang alang yang ditiup angin di tegalan terbuka di seberang jalan. Hatinya ragu, apakah ia harus berterus terang kepada Jed tentang Ratri, apakah  itu bijaksana? Rein berada dalam kebimbangan yang sangat.  Ia mengalihkan pandangan, kini ia bertatapan dengan Jed.  Mata coklat itu mendadak memberi keteduhan yang sekonyong-konyong meruntuhkan rasa bimbang yang baru saja menggelayutinya.

"Ada seseorang yang ingin dekat dengan kamu, selama ini dia selalu ada dalam lingkaran pertemanan kamu tapi kamu tidak menyadarinya. Selama ini aku hanya memikirkan diriku sendiri, aku gak pernah memikirkan perasaan orang lain. Aku sadar mungkin saat ini adalah waktunya untuk aku berubah."

"Jadi selama ini kamu menghindari aku karena orang itu? Kamu gak mikirin perasaan ku? Kamu gak menyukai aku kan, kamu gak ingin kita  melakukan hal hal penting bersama, aku gak penting kan bagi kamu?" Jed merepet, mata coklat nya kini terlihat membara.

Kamu akan selalu menjadi bagian terpenting dalam hidupku.

"Tapi orang itu .."

"Aku gak peduli dengan orang itu, mau sekuat apapun usaha kamu buat bikin orang itu terlihat baik di mata ku, itu semua akan sia-sia, karena aku gak peduli," Jed berbicara dengan berapi-api, seakan berlomba dengan suara tonggeret yang terdengar bersahutan.

Sepintas Rein terkejut, bukan karena suara tonggeret yang muncul secara tiba-tiba melainkan dengan nada suara Jed yang meninggi.

"Satu-satunya orang yang sekarang aku pedulikan hanya kamu," lanjut Jed lirih.

"Lama sekali aku menantikan saat-saat seperti ini, berbicara dengan kamu dari hati ke hati." Lanjut Jed serius.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun