“Shi, gak usah gini ya, gak enak sama temen-temen kamu.” Rein berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Shia
“Kenapa? Kamu malu? Malu kalau semua orang tahu kalau aku pacar kamu?” Nada bicara Shia mulai terasa tidak enak.
“Bukan gitu, tapi ..”
“Kamu itu pacar aku, aku berhak menggandeng kamu.”
Rein menghentikan langkahnya.
“Kenapa? Gak suka?” bentak Shia pelan. “Kamu nurut sama aku aja deh, jangan bikin aku bete ya.”
Rein terdiam sementara Shia menyeretnya paksa.
Rein menunduk dalam. Ia berusaha keras mencari Shia yang dulu tapi usahanya nihil, Shia yang sekarang sangatlah berbeda.
Sesampainya di dalam Aula, mereka di sambut oleh teriakan Ratri yang nyaring.
“Nah, itu dia pak ketunya datang, kemana aja sih Shi?” Ratri menatap Rein tajam.
“Gak usah di bahas yang penting aku sudah disini kan?” Shia berkata dengan ketus. Wajah Ratri pun mendadak masam.