"Aku pikir aku sudah kehilangan Drei, dan dengan  kalian semakin dekat lambat laun aku pasti akan kehilangan kamu juga Ve."
"Ya ampun Edo, Mengapa pikiran kamu sepicik itu. Untung saja Drei tidak apa-apa, kalau iya, aku tak akan pernah memaafkanmu." Nada suara Ve meninggi.
"Sekali lagi maafkan aku. aku memang salah, Aku baru sadar karena sebenarnya aku tak akan pernah kehilangan satu pun dari kalian."
"Mulai detik ini, aku berjanji tak akan mencampuri hidup kalian lagi."
Edo membelai lembut kepala adiknya lalu meninggalkan gadis itu bersama kamera digital milik Drei.
***
Ve menyalakan kamera digital yang  penuh goresan di sekelilingnya itu. Di bagian video ia menemukan satu-satunya file. Tangannya gemetar ketika ia menekan tombol play.
Sebuah pemandangan indah menjadi awalnya. Pepohonan, batuan, semak-semak, air terjun di kejauhan, langit berhias awan dan hamparan lembah yang menghijau terlihat begitu memesona. Sedetik kemudian, lensa kamera itu menyorot rumpun bunga yang bergerak-gerak di tiup angin. Â Lalu muncul lah sebuah suara.
Disinilah aku, memburu mimpi, menangkapnya lalu berharap menjadi nyata.
Hanya berharap, karena  aku sadar bahwa mimpiku tak hanya tentangku.
Disinilah aku, mengagumi rumpun bunga abadi itu.