"Sendirian?" Lira seakan belum puas bertanya, ia melayangkan pandangannya ke setiap sudut tempat itu.
"Kan cuma chek up, ya sendiri lah,"
"Sudah ya, gak usah dibahas." Ren tersenyum menafikan dahi Lira yang berkerut.
***
Matahari perlahan mulai merangkak menuju ke peraduannya, berkas cahayanya menimpa wajah Ren dan Lira yang berjalan pelan di trotoar di bawah naungan pepohonan akasia yang berdiri kokoh. Ren menyentuh lengan Lira lembut.
"Ra, kamu tahu, ibarat mentari sore yang bersinar lembut diantara ranting dan dedaunan itu, cahayamu menyelusup ke dalam celah-celah hatiku. Menghangatkan seluruh rongga jiwaku dan menyinari kegelapanku." Ren tersenyum tipis, jengah dengan kata-katanya sendiri.
Lira terdiam, ia tahu kemana arah pembicaraan ini berujung. Ren adalah pemuda yang baik namun Ren bukanlah Rhi. Dan sampai detik ini, perasaannya akan Rhi masih terbungkus rapat di dalam hatinya yang terdalam.
"Ra, aku akan merasa bahagia bila kamu mempunyai rasa yang sama dengan ku. Apakah kamu bersedia untuk terus memancarkan sinarmu untuk ku?"
"Aku... "
Ren menatap Lira lembut. "Kamu tidak perlu tergesa menjawab pertanyaanku."
***