Lira membiarkan tangannya digenggam oleh pemuda itu ketika meniti satu-persatu anak tangga jembatan penyebrangan yang melintas di atas sebuah jalan yang ramai dengan lalu-lalang kendaraan.Â
Pemuda yang selama dua bulan ini selalu ada untuknya. Pemuda yang datang tiba-tiba tanpa di minta diantara rasa perih hati yang terkoyak. Pemuda yang sekilas nampak mirip dengannya.
Dia muncul tiba-tiba di sana, menyentuh komik Tintin yang sama. Lira menatap matanya yang ramah, sementara senyum rikuh terlihat menghiasi bibir pemuda yang wajahnya terlihat sedikit pucat itu.
"Kamu dulu." pemuda itu menjauhkan tangannya dari komik yang di tulis oleh Herge.
"Kamu aja dulu." Lira melakukan hal yang sama dengan pemuda itu.
Mereka tersenyum dan akhirnya mulai bicara satu sama lain.
Setiap kali Lira mengunjungi tempat itu ia selalu menemukannya di sana. Duduk bersila dengan sebuah buku atau majalah yang mengangga di pangkuannya.
Pemuda itu bernama Ren. Ren yang selalu mengingatkan Lira kepada Rhi. Â Lira tidak tahu apakah ini kasih sayang atau hukuman dari Tuhan yang telah mengirimkan sosok yang sekilas mirip dengan pemuda yang masih mengisi hatinya itu hingga kini.
***
Lira sibuk memilih dan memilah majalah dihadapannya ketika wangi parfum yang sangat familiar menyentuh hidungnya lembut.
"Hai, sudah lama?" Ren duduk di samping Lira.