Mohon tunggu...
Ika Maya Susanti
Ika Maya Susanti Mohon Tunggu... Penulis - Penulis lepas dan pemilik blog https://www.blogimsusanti.com

Lulusan Pendidikan Ekonomi. Pernah menjadi reporter, dosen, dan guru untuk tingkat PAUD, SD, dan SMA. Saat ini menekuni dunia kepenulisan.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Tak Selamanya Hobi Cari Kesalahan, Inilah Beberapa Fakta tentang Profesi Editor

31 Mei 2024   08:15 Diperbarui: 31 Mei 2024   08:37 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Pixabay

Ada banyak salah kaprah tentang profesi editor yang selama ini ada di dalam benak saya. Kerjanya editor itu tukang mencari kesalahan ejaan pada naskah penulis. Atau, editor itu kerjanya nggak boleh utak-atik banyak sebuah naskah.

Ternyata tak seperti itu. Beberapa fakta tentang profesi editor yang sesungguhnya akhirnya saya temukan dalam sebuah acara siaran langsung di Instagram yang diadakan oleh komunitas Cangkrukan Kompasianer Jatim atau CAK KAJI. Komunitas ini terdiri dari komunitas penulis Kompasiana yang ada di Jawa Timur.

Sumber gambar: Instagram Cak Kaji
Sumber gambar: Instagram Cak Kaji

Dalam acara yang dipandu oleh Rahmah, blogger asal Surabaya, acara tersebut menghadirkan seorang blogger dan juga editor yang biasa menggunakan nama pena Belalang Cerewet. Saya sendiri biasa memanggilnya dengan panggilan Pak Rudi.

Beberapa Fakta tentang Profesi Editor

Dari hasil bincang-bincang dalam kegiatan tersebut, saya pun akhirnya jadi tahu, inilah beberapa fakta tentang profesi editor.

- Syarat untuk menjadi editor yang baik

Untuk menjadi seorang editor ada Beberapa syarat yang diperlukan menurut Pak Rudi. Di antaranya harus menguasai ejaan, menguasai tata bahasa, terbiasa menggunakan kamus dan tesaurus, serta memiliki skill komunikasi yang baik untuk menjalin hubungan dengan penulis serta pembaca.

Editor juga harus jeli dalam membaca kebutuhan pasar, mampu berbahasa asing dengan minimal menguasai bahasa Inggris, memiliki kepekaan bahasa dalam mengemas atau mengolah naskah, berwawasan luas, serta tentunya, punya kemampuan menulis.

- Job desk editor tak hanya menyunting naskah dari penulis

Penulis salah ketik, salah ejaan, lalu itulah tugas editor untuk menemukan kesalahan  tersebut. Bukan, bukan hanya seperti itu.

Misalnya seperti yang dituturkan Pak Rudi saat menjadi editor untuk buku sekolah. 

Sebetulnya menurut beliau, ada dua macam editor yang ada di dunia penerbitan buku. Ada editor akuisisi, dan biasanya hanya disebut dengan panggilan editor saja. Ada juga penyunting naskah atau yang biasa disebut dengan kopieditor.

Nah, selain tugasnya menyunting naskah dari segi materi, editor akuisisi ini juga punya tugas lain lho. Ia harus merencanakan buku apa saja yang akan diterbitkan penerbit, melakukan komunikasi dengan penulis atau calon penulis, serta memutuskan naskah yang mana yang layak untuk diterbitkan.

Sedangkan kopieditor, tugasnya memeriksa bagian ejaan, tata bahasa, serta struktur kalimat. Tujuannya agar nantinya naskah bisa menjadi buku yang asyik untuk dinikmati pembaca. 

Kopieditor ini biasanya mendapatkan arahan dari editor saat menyunting yang  disesuaikan dengan kebutuhan saat itu.

Sayangnya dan faktualnya, penerbit kerap menyatukan dua peran editor ini ke dalam satu posisi. Posisi tersebut itulah yang kini biasa hanya disebut dengan editor.  dengan seluruh tugas tersebut. 

Biasanya, hal ini bisa terjadi untuk menghemat pengeluaran atau memangkas alur kerja.

- Perbedaan mengedit buku sekolah dan buku umum

Di balik sebuah produk buku sekolah, ada lebih banyak elemen yang ada. Utamanya rubrik yang memperkaya materi pelajaran. Belum lagi contoh soal dan pembahasannya yang harus teliti. 

Tugas lain editor buku sekolah juga harus mencari foto-foto yang diperlukan untuk mendukung naskah. 

Jika bentuknya ilustrasi, editor harus menghubungi ilustrator dan menjelaskan bentuk deskripsi yang detail. 

Tugas ini bisa jadi lebih njelimet kalau buku yang diedit ternyata buku proyek yang biasanya sangat lengkap, termasuk keberadaan indeks dan glossary.

Editor buku sekolah juga harus menyesuaikan konten buku dengan panduan Pancasila, sehingga tidak sampai melanggar HAM, kesensitivitasan gender, bermasalah dengan isu SARA atau sampai memuat pornografis.

Sedangkan jika buku umum, sifat kerja editor malah lebih luwes. Editor hanya fokus menyajikan buku dengan ide-ide yang lebih variatif serta kekinian sesuai kebutuhan pembaca. Tugas editor lebih inovatif saat mengemas buku umum dibandingkan buku sekolah. Tetap saja, isu-isu sensitif pun tetap perlu diperhatikan.

- Pentingnya KBBI bagi editor

Bagi editor, keberadaan KBBI tentunya diperlukan. Meski terkadang, faktanya bisa disesuaikan  dengan  kondisi naskah dari penulis serta target pembaca. 

Uniknya dalam beberapa kondisi, banyak editor yang sengaja mempertahankan ekspresi lokal atau yang viral dengan tujuan membangun pemahaman yang kuat pada pembaca. 

Editor inhouse juga harus mengikuti gaya selingkung atau house style di penerbit tempatnya bekerja. Misalnya pada pilihan ejaan karier atau karir. Ini bisa berbeda antar penerbit. 

Kejadian seperti ini juga termasuk transliterasi Arab ke Indonesia, yang tentunya tidak bisa harus selalu mengacu pada KBBI.

- Nominal pendapatan editor

Sebetulnya jika bicara tentang pendapatan, income pekerjaan editor tidak berbeda jauh dengan pekerjaan lainnya. Untuk editor inhouse biasanya mengikuti kebijakan penerbit yaitu gajian bulanan. Sedangkan jika editor yang pekerja lepas, biasanya dihitung per halaman. Ada yang Rp15.000 per halaman A4 dengan spasi ganda, atau memakai standar per karakter. Misalnya, Rp10 per karakter yang ini termasuk tanda baca. Ada juga yang menggunakan harga borongan, dan ini disesuaikan dengan kesepakatan bersama penulis.

Berbagai Pengalaman Unik Pak Rudi Selama sebagai Editor

Awal kenal Pak Rudi adalah saat kami sama-sama kembali ke Lamongan setelah menjadi diaspora sekian tahun lamanya. Kebetulan, kami sama-sama menekuni dunia blogging, serta rumah kami pun posisinya tetangga perumahan.

Blogger Lamongan. Sumber gambar: dokumen pribadi
Blogger Lamongan. Sumber gambar: dokumen pribadi

Uniknya, saya malah baru tahu lho kalau beliau kaya sekali pengalamannya dalam melakoni profesi editor. 

Beberapa fakta yang terungkap antara lain sebagai berikut.

- Tertarik menjadi editor karena NH Dini

Saat itu, Pak Rudi baru saja menjadi mahasiswa baru ketika datang ke acara peluncuran buku NH Dini. Salah ucapan penulis yang cukup terkenal ini pun membekas di benaknya. 

Menurut NH Dini, ia bisa menghasilkan karya sastra yang bagus dan itu tak lepas dari peran seorang editor dalam menyunting naskah penulis hingga menjadi menarik.

- Pernah ikut mengedit kamus Indonesia-Inggris Hassan Sadily dan John M. Echols

Bisa dibilang, kamus ini jadi acuan utama bagi siapapun yang ingin mengetahui arti bahasa Indonesia ke bahasa Inggris. Apalagi, kamus ini diterbitkan oleh penerbit Gramedia.

Nah, saya nggak nyangka lho, kalau kamus yang juga jadi andalan saya tersebut ternyata pernah melewati proses pengeditan oleh Pak Rudi.

Menurutnya, itu adalah pengalaman yang cukup berkesan karena panduannya jelas, serta honornya pun tidak pakai lama.

Tak hanya itu, Pak Rudi juga pernah bekerja menjadi editor in house di sebuah penerbitan buku sekolah. Lalu, ia juga pernah bekerja di penerbit lain dengan tugas mengedit buku-buku populer bergenre motivasi dan bisnis. 

- Pernah dituduh sebagai editor yang tidak bekerja

Suatu ketika, Pak Rudi diprotes oleh seorang penulis dengan naskah di bidang informatika. Menurut penulis tersebut, Pak Rudi sebagai editor tidak mengutak-atik naskah sama sekali. 

Nah menurut Pak Rudi hal tersebut sebetulnya tidak benar juga. Karena sebetulnya tugas dari editor bukan hanya mencari kesalahan dari sebuah naskah. Kalau naskahnya sudah bagus editor tidak usah menambah atau mengoreksi hasil naskah yang sudah ada.

- Bisa berkomunikasi dengan seorang penulis dari Selandia Baru

Pak Rudi bercerita ia punya kesan tersendiri tentang profesi editor setelah pernah  mengedit seri buku-buku motivasi karya seorang penulis asal Selandia Baru. Karena naskah yang diedit adalah hasil terjemahan dari bahasa Inggris, maka Pak Rudi harus menyelaraskan hasil terjemahannya dengan maksud sesungguhnya dari si penulis. 

Karena terkadang ada penerjemahan yang terlalu berani menafsirkan naskah asli sehingga Pak Rudi memilih untuk berkomunikasi langsung dengan penulis aslinya.

Hal itulah yang membuatnya memiliki pengalaman mengesankan karena bisa bertukar pandangan lewat email dengan penulis asing.

- Pernah membantu tugas akhir seorang polisi Lemhanas

Cerita unik ini terjadi saat Pak Rudi menjumpai seorang polisi Lemhanas yang selalu ditolak tugas akhirnya oleh dosen pembimbingnya.

Namun saat Pak Rudi membantu mengarahkan dari segi penyajian bahasa, tugas akhir itu pun bisa lancar proser setiap babnya hingga di-ACC. Ikut senang tentu saja. Berawal dari silaturahmi.

Tips Mendapatkan Klien yang Membutuhkan Jasa Editor 

Nah bagaimana, tertarik dengan profesi editor? Pak Rudi sendiri memiliki beberapa tips yang bisa diperhatikan dan sekaligus bisa menjadi saran untuk siapapun yang ingin menekuni profesi editor.

1. Banyaklah berlatih menyunting teks-teks pendek 

2. Jika sudah punya portofolio, bisa ditunjukkan ke penerbit yang kita lamar.

3. Jika ada kesempatan menjadi editor lepas, misalnya untuk komunitas atau lembaga sosial, ambil kesempatan tersebut. Jalankan kesempatan tersebut dengan sebaik-baiknya. Jika memungkinkan, konsultasikan dengan teman yang punya profesi serupa. 

Hal ini bisa menambah nilai plus diri kita sendiri. 

4. Bangun hubungan baik dengan siapapun. Kita tak pernah tahu jika peluang rezeki bisa muncul dari perkenalan atau hubungan baik yang terjaga.

Itu dia beberapa fakta tentang profesi editor serta berbagai cerita unik dan berkesan yang dialami Pak Rudi selama menjalani profesi tersebut. 

Pak Rudi sendiri tetap optimis tentang profesi ini. Karena sebetulnya, editor dan penulis adalah mitra di balik keberadaan sebuah buku. Keduanya bisa saling membutuhkan untuk mewujudkan buku yang berkualitas dan bermanfaat untuk pembaca.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun