Jika bentuknya ilustrasi, editor harus menghubungi ilustrator dan menjelaskan bentuk deskripsi yang detail.Â
Tugas ini bisa jadi lebih njelimet kalau buku yang diedit ternyata buku proyek yang biasanya sangat lengkap, termasuk keberadaan indeks dan glossary.
Editor buku sekolah juga harus menyesuaikan konten buku dengan panduan Pancasila, sehingga tidak sampai melanggar HAM, kesensitivitasan gender, bermasalah dengan isu SARA atau sampai memuat pornografis.
Sedangkan jika buku umum, sifat kerja editor malah lebih luwes. Editor hanya fokus menyajikan buku dengan ide-ide yang lebih variatif serta kekinian sesuai kebutuhan pembaca. Tugas editor lebih inovatif saat mengemas buku umum dibandingkan buku sekolah. Tetap saja, isu-isu sensitif pun tetap perlu diperhatikan.
- Pentingnya KBBI bagi editor
Bagi editor, keberadaan KBBI tentunya diperlukan. Meski terkadang, faktanya bisa disesuaikan  dengan  kondisi naskah dari penulis serta target pembaca.Â
Uniknya dalam beberapa kondisi, banyak editor yang sengaja mempertahankan ekspresi lokal atau yang viral dengan tujuan membangun pemahaman yang kuat pada pembaca.Â
Editor inhouse juga harus mengikuti gaya selingkung atau house style di penerbit tempatnya bekerja. Misalnya pada pilihan ejaan karier atau karir. Ini bisa berbeda antar penerbit.Â
Kejadian seperti ini juga termasuk transliterasi Arab ke Indonesia, yang tentunya tidak bisa harus selalu mengacu pada KBBI.
- Nominal pendapatan editor
Sebetulnya jika bicara tentang pendapatan, income pekerjaan editor tidak berbeda jauh dengan pekerjaan lainnya. Untuk editor inhouse biasanya mengikuti kebijakan penerbit yaitu gajian bulanan. Sedangkan jika editor yang pekerja lepas, biasanya dihitung per halaman. Ada yang Rp15.000 per halaman A4 dengan spasi ganda, atau memakai standar per karakter. Misalnya, Rp10 per karakter yang ini termasuk tanda baca. Ada juga yang menggunakan harga borongan, dan ini disesuaikan dengan kesepakatan bersama penulis.