Mohon tunggu...
Iji Asrul Tabona
Iji Asrul Tabona Mohon Tunggu... Politisi - Alhamdulillah

Nikmati Tuhan Yang Mana Yang Kau Dustakan?

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Aurum, Gadis Penggerak Asa dalam Aksara

31 Oktober 2021   04:26 Diperbarui: 31 Oktober 2021   06:50 429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber Foto : Taupasar.Com)

Aku hanya bisa tersenyum menanggapi sikapnya itu. Tak ada kata yang keluar dari bibir untuk menanggapinya. Karena ada gemuruh dalam jiwaku. Aku pun mengingikan demikian. Tapi aku takut. Takut menciptakan kemesraan yang lebih.

"Ini kopinya Mas" kata penjual kopi itu sopan.
"Terima kasih ya Mas" jawab Aurum pada penjual kopi itu.

"Bang" Panggil Aurum manja.
"Ya, kenapa" tanyaku pada Aurum.
"Menurut Abang, jadi penulis itu bagus apa ngga?" Ucapnya dengan nada dan wajah serius
"Baguslah. Masa ngga bagus sih" jawabku tak serius.

"Abang, tolong jawab dengan seriuskah, Aku serius bertanya ini!" Pintanya manja
"Setahuku membaca itu menangkap makna, kalau menulis itu mengikat makna. Sesuatu yang diikat itu pastilah takkan terlepas lagi. Sehingga suami istri itu, dikatakan Ikatan Perkawinan atau bisa juga ikatan keluarga, begitu menurutku" jawab ku penuh canda.

"Ha ha ha begitukah jawabnya, aku suka jawaban Abang ini". Katanya sambil tertawa terbahak-bahak.

"Jadi menurut ku, Abang harus serius kursus menulis. Agar nanti dapat menceritakan kisah kita ini. Kelak, setiap kata, kalimat dan paragaraf akan melukiskan dengan indah pertemuan ini. Dan, cerita tentang pertemuan ini akan terus hidup abadi, kenapa? Karena Abang telah mengikatnya. Dengan apa Abang mengikatnya? Tentunya dengan bait dan pragaraf yang kelak Abang tuliskan. Ketika Abang sudah selesai kursus menulis." Jelasnya panjang lebar dengan tersenyum.
"Itulah pintaku Bang" ujarnya lembut penuh harap.

Sambil mendengar setiap kata yang terucap dari bibir mungil itu, aku mencoba menafsirkan semuanya. Aku coba menatap sorot matanya, ternyata aku dapat merasakan apa yang ada dalam setiap kata dan kalimat yang terucap lewat bibir itu. Iya aku telah dapat merasakan. Rasa seperti ini pernah ku alami sepuluh tahun lalu.

Kadang bibir seseorang bisa berbohong, tapi sorot mata tidak. Setiap getar jiwa akan terpampang pada sorot mata. Sorot mata tak dapat berbohong.

"Iya mohon doa dan dukungan darimu ya Aurum. Dengan doa dan dukungan dari mu, maka aku selalu termotivasi untuk selalu belajar merangkai kata dan kalimat indah untuk kelak dapat mengikat semua kisah pertemuan kita yang walau hanya sesaat, tapi sungguh penuh makna ini" jawabku tulus dari hati.

"Untuk Abang, semua doa terbaik dan dukungan teristimewa akan selalu kuberikan padamu Abang" ujarnya dengan senyum yang begitu tulus dan ikhlas.

Aku menyeruput kopi dan mengambil sebatang rokok Dji Sam Soe. Saat akan mengambil korek api ternyata Aurum sudah lebih dahulu mengambil dan menyalakannya. Dia mendekatkan nyala koreknya diujung rokokku, lalu membakarnya. Aku pun menghisap dengan penuh rasa, seakan dirinya juga ikut bersama dalam kepulan asap yang begitu banyak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun