Memang, kadang kita dapat merencanakan dengan siapa kita akan kepelaminan. Tapi kita tidak akan dapat memilih kepada siapa hati ini merasa tenang dan damai. Karena ini murni soal rasa.
"Ayo senyum Abang, biar ku abadikan sore ini dalam handphone ku. Jujur aku tak bisa biarkan ini berlalu dan hanya diambil malam gelap". Ini telah bertentangan dengan semua rencana ku. Jujur, Aku telah terlanjur... eh... eh.. tidak". Lirih suara itu.
Klick...klick.. dua kali Aurum mengambil gambar. Setelah melihat-melihat gambar tersebut lalu kemudian menyimpannya di Privasi. Aku membuat insting femenim muncul. Baginya kebersamaan ini terlalu suci. Sambil diam dan mata menatap layar handphonenya. Pada layar itu ada foto kami berdua.
Tak terasa waktu sudah mendekati shalat magrib.
"Abang, Ayo kita pulang, biar bisa segera mandi untuk shalat magrib" ucapnya.
Aku pun membayar harga kopi tersebut. Lalu kami berdua kembali ke Apartemen. Dalam perjalanan Aurum masih mengingatkan agar setelah ini aku harus serius ikut kursus menulis biar kelak dapat menulis semua cerita tentang kebersamaan kami ini.
Malam itu aku mulai kegiatan kursus. Materi pertama pun aku lewati dengan mudah, semua tugas, ku kerjakan. Setelah beberapa kali mengikuti pertemuan, mempelajari materi dan membuat tugas, maka akhirnya aku dinyatakan lulus mengikuti pelatihan, dan mendapatkan sertifikat menulis. Aku dinyatakan lulus dalam kegiatan kursus menulis tersebut.
Setelah selesai kursus tersebut, Aku masih senantiasa memperdalam materi menulis secara otodidak. Dan, motivasi serta teori menulis masih senantiasa dikirim dari Admin dan masterku, via WhatsApp.
Setelah selesai kursus menulis, Aurum kembali mendaftarkan aku pada kursus amdal. Dan kursus amdal ini dilaksanakan secara online selama 3 hari. Aku pun akhirnya dapat mengikuti kursus ini sampai selesai, dinyatakan lulus dan mendapatkan sertifikat kursus Amdal pula.
Selama beberapa minggu terakhir ini, kami sering menghabiskan waktu sore bersama. Baik itu di warkop atau kadang juga kami menghabiskan waktu kami di kolam renang yang ada di apartemen itu.
Tak terasa dua bulan telah berlalu. Tinggal seminggu lagi aku akan kembali ke daerah. Dan malam itu sekitar jam 20.00 Aurum menelpon ku, untuk makan malam bersama diluar. Kami memilih rumah makan yang terletak di depan taman ismail marjuki.
Malam itu Aurum membacakan doa makan. Setelah selesai membaca doa makan, Aurum mengambil piring di depan ku dan menaruh nasi dan lauk kedalam piring tersebut. Setelah cukup lalu dia memberikan piring itu kepadaku. Dan dia kembali mengisi nasi dan lauk ke dalam piringnya.
Kami berdua makan tanpa bercerita. Diam, membisu. Seakan tak ada kata yang mampu kami ucapakan saat itu.
Setelah makan. Dia mengambil buah semangka lalu memberikannya padaku. Sementara Aurum sendiri memilih buah anggur.