Mohon tunggu...
Iji Asrul Tabona
Iji Asrul Tabona Mohon Tunggu... Politisi - Alhamdulillah

Nikmati Tuhan Yang Mana Yang Kau Dustakan?

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Aurum, Gadis Penggerak Asa dalam Aksara

31 Oktober 2021   04:26 Diperbarui: 31 Oktober 2021   06:50 429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber Foto : Taupasar.Com)

Aku lalu sepakat juga dengan pendapat Aurum itu. Karena saat itu masa pandemi virus corona. Dari pada sumpek di kamar apartemen lebih baik ikut kursus online. Hitung-hitung kita dapat memanfaatkan waktu dengan efektif.

"Iya bagus sekali masukanmu Aurum" Jawabku memuji
"Bang kalau ngga salah kursus menulis online itu murah!". Jelas Aurum. Sambungnya "jika mau nanti aku bantu Bang. Atau kalau butuh bantuan kabari aku saja Bang, pasti aku akan membantu dengan sangat senang hati".

"Bang sebagai seorang politisi. Baiknya punya kemampuan dan keterampilan menulis, itu baru keren namanya" Ucap Aurum. Sambungnya "Menurut Pram, orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah."

"Iya benar Aurum. Aku sepakat dengan pendapat Pram tersebut. Bahkan Pram juga menyebutkan "Menulis buat saya adalah perlawanan. Di semua buku saya, saya selalu mengajak untuk melawan. Saya dibesarkan untuk menjadi seorang pejuang."

Pramoedya Ananta Toer atau yang lebih akrab disapa Pram adalah salah satu sastrawan besar yang pernah dimiliki oleh Indonesia. Putra sulung dari seorang kepala sekolah Institut Budi Oetomo ini telah menghasilkan lebih dari 50 karya dan diterjemahkan dalam 41 bahasa asing.

"Jadi kerenlah Bang. Kalau ikut kursus menulis. "Dapat kita lihat dan baca bagaimana tulisan-tulisan Bung Karno, M. Natsir dan Muhammad Hatta, begitu bagus dan mampu mencerahkan banyak orang. Mereka adalah politisi dan juga penulis hebat. Bangsa ini membutuhkan politisi-politisi seperti mereka itu. Siapa tahu kelak bisa menjadi seorang penulis yang baik" Sambung Aurum panjang lebar dan penuh semangat.

"Seperti Bung Karno yang dapat menulis Indonesia Menggugat" sambungku penuh pesona pada Aurum yang begitu bersemangat memberikan dukungan moral dan motivasi kepadaku.

"Bang, ini pesanannya. Selamat menikmati ya!" kata pelayanan yang telah mengantarkan pesanan kami.
"Terima kasih Mba" Ucap Aurum pada pelayan tersebut.

Aku dan Aurum segera menyeruput kopi yang telah dihidangkan itu. Kami sama-sama memilih kopi sebagai minuman sore itu.

Kini kopi tak sekadar minuman. Kopi telah menjelma menjadi sebuah gaya hidup. Anak-anak muda kerap dijumpai bercengkerama di kafe-kafe atau kedai kopi yang belakangan muncul bak jamur di musim hujan.
Sajian kopi mulai yang dari kelas "biasa" hingga premium, laris diburu untuk menemani pertemuan dengan kolega, sahabat, dan kerabat.

Di Indonesia, minum kopi sambil bercakap-cakap juga telah menjadi tradisi sejak lama. Di Aceh, misalnya, akan mudah dijumpai warga di sana berbincang membahas segala hal dengan ditemani secangkir atau bahkan dua cangkir kopi. Nikmat rasanya hingga bisa lupa waktu.

Selain membahasa soal menulis. Aurum juga menceritakan bagaimana liku-liku perjalanan hidupnya dari Sumatera, ditepi Sungai Musi, sampai kemudian memilih hidup dan bekerja di Jakarta.

"Aku adalah Sarjana Teknik Pertambangan, dengan konsentrasi tambang umum. Kemudian strata dua ku teknik eksplorasi. Tapi saat ini aku justru tidak bekerja pada industri pertambangan, sebagaimana disiplin ilmu yang ku miliki". Jelas Aurum sambil tertawa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun