"Memangnya ceu Darmi kenapa?"
"Agak sakit tenggorokan. Kayaknya mau sariawan."
"Wah mirip-mirip dengan saya dong, Bu. Saya agak sakit gigi nih. Kayaknya gusi saya mulai bengkak."
"Cepat-cepat lah ke dokter," Nyi Imah pendek
"Iya nih mau. Tadinya sih mau ke puskesmas saja. Tapi kan semua tahu obat puskesmas itu tidak bagus. Masa obat pusing sama dengan obat sakit perut, bahkan sama dengan obat bisulan."
"Sama, suami saya juga paling tidak setuju kalau saya dan anak-anak berobat ke puskesmas, katanya pelayanannya kurang baik. Mana dokter praktiknya jarang datang, lagi," Isah menimpali.
Nyi Imah menelan ludah. Di antara mereka, memang keluarganya yang suka berobat ke puskesmas. Dia mengangkat bahu lalu balik arah, "Ibu-ibu, saya masuk dulu. Suami sebentar lagi pulang."
Tidak ada yang menyahut.
Kepergian Nyi Imah diikuti Darmi ke dalam rumah. Setelah itu Isah juga masuk membawa jemurannya yang sudah mendingin lagi.
Sejak itu, nyi Imah benar-benar jarang ke luar. Mulutnya mulai terasa gatal dan membengkak.
"Bu, besok pagi ke puskesmas saja."