"Tuh Kang, kata saya juga apa, beli kipas angin, dong. Kan saya tidak usah repot-repot ngipasi bisul Akang."
"Sudah, sudah, ngipasi suami juga ibadah. Ayo teruskan soal Darmi tadi. Darmi tetangga kita?"
"Iya, siapa lagi?"
"Memangnya ada apa lagi dengan dia?"
"Kang, masa dia bilang, tembok kita ini makan tanahnya dia."
"Siapa yang bilang begitu? Kan dulu sudah sepakat, tembok bagian depan itu akan kita bongkar bersama-sama. Maksudnya tembok yang mana? Yang belakang juga kita sudah bangun tembok sendiri. Ada-ada saja."
"Tuh, tetangganya yang depan rumah dia, Isah."
"Mbak Isah bilang begitu?" suaminya kaget.
"Bukan Isah langsung yang ngomong."
"Terus siapa?"
"Teh Gigin yang bilang, katanya mbak Isah, Darmi itu marah besar sama kita. Ini juga kata teh Gigin. Yang lebih menyakitkan, ceu Isah bilang begini, hih, buat apa beli Tivi baru kalau dinding orang diembat juga..."