Mohon tunggu...
Iis WKartadinata
Iis WKartadinata Mohon Tunggu... Guru - guru dan pencinta buku

guru dan pencinta buku

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mulut

17 Mei 2022   09:54 Diperbarui: 17 Mei 2022   10:04 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Tuh Kang, kata saya juga apa, beli kipas angin, dong. Kan saya tidak usah repot-repot ngipasi bisul Akang."

"Sudah, sudah, ngipasi suami juga ibadah. Ayo teruskan soal Darmi tadi. Darmi tetangga kita?"

"Iya, siapa lagi?"

"Memangnya ada apa lagi dengan dia?"

"Kang, masa dia bilang, tembok kita ini makan tanahnya dia."

"Siapa yang bilang begitu? Kan dulu sudah sepakat, tembok bagian depan itu akan kita bongkar bersama-sama. Maksudnya tembok yang mana? Yang belakang juga kita sudah bangun tembok sendiri. Ada-ada saja."

"Tuh, tetangganya yang depan rumah dia, Isah."

"Mbak Isah bilang begitu?" suaminya kaget.

"Bukan Isah langsung yang ngomong."

"Terus siapa?"

"Teh Gigin yang bilang, katanya mbak Isah, Darmi itu marah besar sama kita. Ini juga kata teh Gigin. Yang lebih menyakitkan, ceu Isah bilang begini, hih, buat apa beli Tivi baru kalau dinding orang diembat juga..."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun