"Iya."
Besoknya. Nyi Imah sudah pergi ke puskesmas. Usai mengeluarkan uang tiga ribu untuk daftar, dia melihat dua sosok tetangganya ikut antre di loket pembayaran. Isah dan Darmi. Tak ada kata yang keluar dari mulut mereka. Sebuah tisu menutupi mulut nyi Imah yang memerah, begitu juga dengan mulut kedua tetangga itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!