Mohon tunggu...
Iis WKartadinata
Iis WKartadinata Mohon Tunggu... Guru - guru dan pencinta buku

guru dan pencinta buku

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Kampung Para Pencuri

22 April 2022   10:00 Diperbarui: 23 April 2022   22:00 1761
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Diusir?"

"Cuma di kampung kita yang aman bagi para pencuri. Di kampung lain, pekerjaan mencuri dianggap memalukan. Padahal itu biasa. Bapaknya cuma menyogok petugas waktu bikin KTP, anaknya yang bungsu mencuri perhiasan tetangganya, ibunya mencuri uang di rumah majikannya waktu kuli cuci gosok, nah anak gadis itu sendiri, dia mencuri hati pemuda anak kepala desa! Jadilah, semua diusir! Tuh, sekarang tinggal mengontrak di rumahnya Bu Salamah."

Sarkawi tersenyum. Langsung melihat rumah yang ada di seberang jalan. Tapi ketika pandangan itu luruh ke rumah itu, Sarkawi malah menangkap sosok bapaknya turun dari sepeda motor. Lalu mampir di halaman rumah itu dan mengambil rengginang mentah yang dijemur di halaman untuk dilahapnya. Tak lama kemudian bapaknya muncul di depan pintu.

"Kamu? Sudah lama datang?"

Sarkawi menyalami bapaknya lalu keduanya duduk berdampingan.

"Kabarnya Bapak sudah jadi orang penting. Sudah punya motor pula."

"Lumayanlah, dari pada ngurusi kerbau orang. Kerbau curian pula, tidak ada hasilnya."

"Itu motor siapa Pak?"

Bapaknya tersenyum, melirik ke arah ibunya, "Beberapa waktu lalu, si Bahro, temanmu itu, menyerahkan semua motor-motornya ke desa untuk menghilangkan jejak polisi. Ya Bapak kebagian satu, itu pun belum bapak tebus."

"Jadi si Bahro masih usaha motor?"

"Sekarang tidak lagi. Semua pemuda yang tidak tergusur ke penjara kemarin sudah mulai pindah ke pekerjaan baru. Itu semua berkat jasa pak Poniman."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun