Sarkawi meminta kepada opsir untuk tetap tinggal di penjara. Apalagi dia melihat eksodus dari kampungnya. Tapi permintaan itu ditolak dengan alasan penjara penuh. Sekarang Sarkawi tidak bisa lagi menemukan makanan secara gratis.
Di depan pintu penjara Sarkawi memandang sekeliling dengan penuh keengganan. Atau dia mencuri saja lagi? Di kota besar seperti Bandung begitu gampang profesi itu dikerjakan. Lihat saja kalau jalan-jalan ke tengah kota seperti pusat perbelanjaan.Â
Banyak perempuan menenteng tas dengan seenaknya. Atau mereka dengan bangga memperlihatkan perhiasannya. Ada lagi, para pengguna handphone dengan nyaman memperlihatkan dan menggunakan benda itu di mana pun tempatnya.Â
Jadi, tak perlu merampok atau menggasak toko handphone dan toko mas, Sarkawi sudah bisa membuat rencana. Itu bisa dilakukan di jalan ataupun di dalam angkutan. Selama tiga hari ini Sarkawi  memikirkan itu. Sampai suatu ketika Sarkawi menangkap tingkah seorang pencopet.
"Buk, masih mencopet?"
"Mau apa lagi?" Abuk menjawab santai. Sebatang rokok mulai disulutnya,"Katanya kamu sudah bebas ya? Bukannya hidup di penjara enak? Rokok gratis, makan gratis, kenapa pulang?"
"Masa tahananku sudah habis."
"Terus rencanamu apa?"
"Aku juga bingung."
"Sudah ke Legok Badog?"
Sarkawi menggeleng.