Ratna membereskan buku kasus beberapa siswa yang bermasalah pagi ini. Walaupun kerjaannya sebagai konselor di SMA cukup berat, Ratna tetap menikmati pekerjaannya. Menghadapi anak-anak yang bermasalah membuatnya selalu berefleksi akan hidup dan bersyukur masih diberikan kesehatan dan kepercayaan dari kepala sekolah untuk tetap bekerja. Sebenarnya, anak dan suami memintanya untuk berhenti agar bisa menikmati masa tuanya bersama cucunya, tetapi Ratna lebih menikmati pekerjaannya.
Tiba-tiba nada dering WhatsApp-nya berbunyi. Ratna membaca notifikasi dari grup alumni kampusnya yang akan mengadakan reuni sebulan lagi. Ratna senyum-senyum membaca setiap komentar teman-temanya.
"Dik Ratna, ikut, ya, reunian nanti. Usahakan tahun ini bisa ikut, ya!" pesan Agus. Ratna hanya mengirimkan stiker "oke".
Ratna memang tidak pernah hadir setiap ada reuni kampusnya sejak menikah dan pindah ke Jakarta bersama suami. Ada banyak hal yang dihindari Ratna untuk menjaga keutuhan rumah tangganya.
"Siang, dengan Dik Ratna?"
Tiba-tiba sebuah pesan masuk dari nomor yang tidak diketahuinya. Untung ada foto profilnya.
"Siapa, ya?" gumannya dalam hati. Foto profil tersebut terlihat seorang lelaki tua duduk menyamping menggunakan jas hitam sambil memegang mikrofon. Namun, wajahnya tidak terlihat secara utuh. Hanya hidung yang mancung dari samping dan rambut putih yang terlihat jelas. Ratna merasa mengenal orang tersebut dengan ciri khas hidung mancung.
"Dik Ratna, kok enggak dibalas? Maaf, ya, sudah menghubungimu tiba-tiba," kata lelaki tersebut lewat pesan.
Ratna mencoba membalas pesan lelaki tua tersebut, "Siang. Mohon maaf ini siapa?"
"Saya Bayu!"
Ratna kaget membaca nama "Bayu" pada pesan tersebut. Dirinya seketika kaku dan lemas.
"Dik Ratna?" tanya Bayu lagi karena Ratna tidak langsung membalas pesannya.
Nomor tersebut menelepon. Ratna semakin takut dan tidak berani mengangkatnya. Pikirannya kembali ke masa lalu bersama Bayu tiga puluh tahun yang silam.
***
"Dik Ratna, sudah selesai ibadahnya?" tanya Bayu mengagetkan Ratna di depan gereja.
"Duh, Mas Bayu, suka bikin kaget Ratna saja. Enggak balik ke rumah?" tanya Ratna.
"Sudah. Saya sudah memperkirakan Dik Ratna selesai ibadah jadi saya langsung ke sini. Ayo, naik!" perintah Bayu. Ratna pun langsung naik ke motor Bayu dan meluncur meninggalkan gereja tersebut.
Ratna dan Bayu memiliki keyakinan berbeda, tetapi tidak memudarkan cinta Bayu kepadanya. Bayu setia mengantar Ratna ketika akan ibadah setiap hari Minggu. Begitu pun dengan Ratna yang juga siap sedia menunggu Bayu di depan masjid kampus saat salat. Ada puluhan gadis cantik yang pernah dekat dengannya, tapi hanya Ratna yang membuatnya bertahan sampai akhirnya Bayu selesai kuliah. Bayu masih tetap ke kampus menemani Ratna menyelesaikan tugas akhir kuliah Ratna.
"Dik Ratna, setelah wisuda, Mas akan langsung melamarmu, ya!" bisik Bayu ketika menemani Ratna di perpustakaan. Ratna kaget.
"Duh, Mas. Jangan asal ngomong. Bagaimana dengan perbedaan kita?" tanya Ratna dengan ragu.
"Dik Ratna. Selama kita punya komitmen melangkah bersama, semua pasti akan ada jalannya."
Ratna tersipu malu melihat senyuman dan tatapan Bayu yang begitu optimis. Hal itulah yang membuat Ratna selalu bahagia berada di samping Bayu sehingga keraguan dalam hatinya akan pudar.
***
Telepon dari Bayu terus berdering. Dengan terpaksa, Ratna mengangkat telepon Bayu.
"Ha-lo?" sapa Ratna begitu terbata-bata.
"Dik Ratna. Saya senang mendengar suaramu. Setelah tiga puluh tahun akhirnya bisa mendengar suaramu lagi," jawab Bayu begitu kegirangan. Ratna bingung mau menjawab apa.
"Dik Ratna. Halo?"
"Ya!" Ratna menutup teleponnya karena tidak enak. Ratna takut ada guru atau siswa yang tiba-tiba masuk ke ruangannya. Ratna menginstruksikan Bayu untuk melanjutkan percakapannya lewat pesan.
"Tiga puluh tahun saya mencari tahu dirimu. Saya bertanya ke Aminah, katanya tidak tahu. Saya akhirnya mendengar kabar bahwa dirimu ke Jakarta bersama suamimu. Saat itu saya berencana mencari dirimu ke Jakarta, tetapi tetap tidak ketemu. Setelah saya membujuk Agus akhirnya memberikan kontakmu," cerita Bayu.
"Mencari saya? Bohong banget. Bukankah Bayu yang pergi tanpa kabar setelah berjanji akan melamarku di perpustakaan!" batin Ratna.
"Dik Ratna? Maafkan saya, ya."
Ratna yang dipenuhi rasa kesal dan kecewa tidak langsung menanggapi pesan Bayu.
Bayu terus mengiriminya pesan. Bayu mengungkapkan semua perasaan rindu, kenangan mereka berdua dulu, sampai perjuangannya mencari Ratna dulu walaupun tidak bertemu sama sekali di Jakarta, walaupun saat itu Bayu telah menikah.
Bayu bercerita bahwa setiap salat pasti mendoakan Ratna agar selalu sehat dan bahagia. Bayu berharap suatu saat bisa mendengar atau bertemu dengan Ratna. Bayu terus berusaha mencari tahu keberadaan dan kontak Ratna. Semua orang terdekat Ratna tidak memberi tahunya. Bahkan, Bayu mencoba mencarinya lewat media sosial, tetap tidak ketemu. Ratna memang tidak memiliki akun media sosial.
Ratna berkaca-kaca membaca pesan Bayu. Ada kerinduan di dalam hatinya, tetapi Ratna kecewa karena Bayu pergi tanpa kabar.
"Bukankah dulu Mas Bayu yang pergi tanpa kabar?" ketik Ratna.
***
Setelah Bayu menemani Ratna di perpustakaan, Bayu berpisah dengan Ratna karena akan bertemu dengan dosen pembimbingnya. Bayu memilih menunggu Ratna di kantin kampus.
"Bayu!" sapa seseorang yang sepertinya dikenal Bayu. Benar saja. Itu adalah suara Mas Rangga, Kakak Ratna.
"Hei, Mas. Kapan dari kampung? Tumben ke kampus Ratna. Mau jemput?" Rangga lalu tersenyum dan menceritakan bahwa ada hal penting yang harus disampaikan ke Bayu. Kebetulan Rangga dan Lilis baru tiba di Solo. Ada hal yang ingin disampaikan kepada Bayu. Rangga lalu mengajaknya ke rumah tante Ratna. Di sana Lilis sudah menunggunya.
Rangga dan Lilis menceritakan tentang kondisi mereka di kampung sekarang. Ayah mereka mulai sakit-sakitan. Mas Budi, tetangga Ratna di kampung telah menjadi PNS di Jakarta. Mengingat orang tua Ratna dan Budi sudah terjalin lama dan banyak membantu keluarganya, Ratna dan Budi akan dijodohkan. Mendengar hal tersebut, hati Bayu langsung hancur.
"Mbak, bukankah bapak Bayu bisa memberikan semua apa yang dibutuhkan Ratna dan saudara-saudarinya? Bilang saja, mau berapa hektar tanah!" tanya Bayu dengan kesal.
Rangga dan Lilis bertatapan. Mereka kaget dengan ucapan Bayu. Memang ayah Bayu juragan tanah di kampungnya. Ditambah lagi ayah Bayu punya jabatan dalam pemerintahan.
"Ta-pi, kalian beda keyakinan. Cinta kalian tidak bisa dipaksakan. Itu bisa menyakiti kedua keluarga kita!" ucap ketus Rangga.
Bayu bingung menanggapi jawaban Rangga. Bayu tidak ingin berpisah dengan Ratna. Selama ini Bayu telah menganggap Ratna sebagai "Ratu" dalam hidupnya. Sekarang harus berpisah.
Setelah terjadi pembicaraan yang panjang, Bayu akhirnya berjanji akan pergi meninggalkan Ratna. Semua dia lakukan karena cintanya terhadap Ratna. Bayu tidak ingin menghancurkan keluarga Ratna.
Keesokan harinya, Ratna menunggu Bayu di kantin kampus, tetapi tidak muncul. Tiba-tiba Slamet menghampiri Ratna dan memberikan sebuah amplop yang katanya berisi surat. Jantung Ratna deg-degan. Pasti ada sesuatu yang tidak beres.
Ratna membaca surat itu dan menangis. Bayu ternyata harus pulang ke kampungnya karena ayahnya sakit. Ratna merasa kesepian karena tidak ada yamg menemaninya ke mana-mana.
Hari berganti hari, Bayu tidak kunjung pulang. Sampai akhirnya Ratna harus ujian akhir. Bayu pun tidak muncul. Teman-temannya dan dosen Ratna tahu betapa terpuruknya Ratna tanpa Bayu. Untunglah bisa merampungkan tugas akhirnya.
Ratna kembali ke kampungnya dengan kekecewaan. Sesampainya di kampung, Ratna bertemu dengan Budi yang merupakan tetangga dan teman SMA-nya. Mereka sebenarnya pernah berpacaran ketika SMA, tetapi terpaksa putus karena Budi harus ke Jakarta mengejar cita-citanya. Ratna lalu memilih Kota Solo untuk mencapai cita-citanya sampai akhirnya dipertemukan dengan Bayu.
Ratna sebenarnya sudah mencium rencana bapaknya dan saudara-saudarinya. Ratna paham pasti akan dijodohkan dengan Budi. Ratna yang masih sedih dan kecewa karena Bayu, berusaha tegar di depan keluarganya. Namun, suatu malam Ratna menceritakan hal tersebut kepada Lilis. Ratna menceritakan bahwa Bayu pulang ke kampungnya dan hanya meninggalkan surat untuknya. Setelah itu, Bayu tidak memberinya kabar lagi. Lilis yang mengetahui rencana Bayu tersebut menyakinkan Ratna bahwa mereka tidak mungkin bersatu karena perbedaan keyakinan dan ekonomi. Bayu adalah keluarga terpandang di kampungnya, pasti akan mencari gadis yang sepadan dengannya. Ratna semakin sakit hati dan akhirnya memutuskan menerima lamaran Budi.
***
Setelah beberapa hari Ratna dan Bayu berkomunikasi lewat WhatsApp, seolah-olah tumbuh benih-benih cinta di antara mereka. Banyak kenangan yang tidak bisa dilupakan. Hanya Bayu yang mampu membahagiakan Ratna. Bayu yang sangat mencintai Ratna tidak pernah membentak dan memarahi Ratna. Ratna selalu mengingat sosok Bayu ketika sedang dibentak suaminya. Di satu sisi, Ratna sadar bahwa sebenarnya Budi juga mencintainya hanya dengan cara yang berbeda. Budi telah berkorban selama ini untuk Ratna.
Ratna harus berkomunikasi dengan Bayu ketika di tempat kerja karena takut tiba-tiba ponselnya dibaca oleh suami atau anaknya. Untungnya, Bayu juga paham akan kondisi Ratna. Mereka berusaha saling menjaga perasaan dan keluarga masing-masing.
"Bagaimana dengan rencana reuni angkatan Dik Ratna nanti? Dik Ratna ikut, kan? Mas ingin mengajak Dik Ratna mengelilingi Kota Solo, terutama tempat-tempat bersejarah bagi kita berdua," kata Bayu.
Ratna senang mendengar ucapan Bayu. Ratna bingung juga mengingat jadwal di sekolah padat apalagi menjelang liburan. Ditambah lagi suami dan anaknya sudah berencana akan pergi berlibur.
"Dik Ratna, acaranya seminggu lagi. Sudah pesan tiket kereta?" tanya Bayu.
"Belum. Saya tanya teman dulu, soalnya saya jarang pulang naik kereta." Ratna lalu mengubungi salah satu guru Matematika yang kebetulan orang Solo cara memesan tiket kereta.
Setelah memesan tiket, Ratna diliputi rasa bersalah. Wajah suami, anak, dan cucunya selalu membayanginya. Di satu sisi, terbayang wajah Bayu yang sudah menua, tetapi senyumannya tidak pernah menua. Namun, Bayu tidak akan bisa menggantikan Budi.
"Bagaimana, Dik Ratna? Sudah pesan tiketnya atau saya bantu pesankan?" tanya Bayu lagi.
"Maaf! Saya tidak bisa ikut!" balas Ratna lewat pesan tersebut.
Ratna memantapkan hati tidak berangkat dan berjanji dalam hati tidak akan menghubungi Bayu lagi. Ketika pesannya sudah dibaca oleh Bayu, Ratna lalu memblokir nomor Bayu. Seketika itu juga, hati Ratna lega. []
Jakarta, 8 Oktober 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H