***
Telepon dari Bayu terus berdering. Dengan terpaksa, Ratna mengangkat telepon Bayu.
"Ha-lo?" sapa Ratna begitu terbata-bata.
"Dik Ratna. Saya senang mendengar suaramu. Setelah tiga puluh tahun akhirnya bisa mendengar suaramu lagi," jawab Bayu begitu kegirangan. Ratna bingung mau menjawab apa.
"Dik Ratna. Halo?"
"Ya!" Ratna menutup teleponnya karena tidak enak. Ratna takut ada guru atau siswa yang tiba-tiba masuk ke ruangannya. Ratna menginstruksikan Bayu untuk melanjutkan percakapannya lewat pesan.
"Tiga puluh tahun saya mencari tahu dirimu. Saya bertanya ke Aminah, katanya tidak tahu. Saya akhirnya mendengar kabar bahwa dirimu ke Jakarta bersama suamimu. Saat itu saya berencana mencari dirimu ke Jakarta, tetapi tetap tidak ketemu. Setelah saya membujuk Agus akhirnya memberikan kontakmu," cerita Bayu.
"Mencari saya? Bohong banget. Bukankah Bayu yang pergi tanpa kabar setelah berjanji akan melamarku di perpustakaan!" batin Ratna.
"Dik Ratna? Maafkan saya, ya."
Ratna yang dipenuhi rasa kesal dan kecewa tidak langsung menanggapi pesan Bayu.
Bayu terus mengiriminya pesan. Bayu mengungkapkan semua perasaan rindu, kenangan mereka berdua dulu, sampai perjuangannya mencari Ratna dulu walaupun tidak bertemu sama sekali di Jakarta, walaupun saat itu Bayu telah menikah.