Bayu bercerita bahwa setiap salat pasti mendoakan Ratna agar selalu sehat dan bahagia. Bayu berharap suatu saat bisa mendengar atau bertemu dengan Ratna. Bayu terus berusaha mencari tahu keberadaan dan kontak Ratna. Semua orang terdekat Ratna tidak memberi tahunya. Bahkan, Bayu mencoba mencarinya lewat media sosial, tetap tidak ketemu. Ratna memang tidak memiliki akun media sosial.
Ratna berkaca-kaca membaca pesan Bayu. Ada kerinduan di dalam hatinya, tetapi Ratna kecewa karena Bayu pergi tanpa kabar.
"Bukankah dulu Mas Bayu yang pergi tanpa kabar?" ketik Ratna.
***
Setelah Bayu menemani Ratna di perpustakaan, Bayu berpisah dengan Ratna karena akan bertemu dengan dosen pembimbingnya. Bayu memilih menunggu Ratna di kantin kampus.
"Bayu!" sapa seseorang yang sepertinya dikenal Bayu. Benar saja. Itu adalah suara Mas Rangga, Kakak Ratna.
"Hei, Mas. Kapan dari kampung? Tumben ke kampus Ratna. Mau jemput?" Rangga lalu tersenyum dan menceritakan bahwa ada hal penting yang harus disampaikan ke Bayu. Kebetulan Rangga dan Lilis baru tiba di Solo. Ada hal yang ingin disampaikan kepada Bayu. Rangga lalu mengajaknya ke rumah tante Ratna. Di sana Lilis sudah menunggunya.
Rangga dan Lilis menceritakan tentang kondisi mereka di kampung sekarang. Ayah mereka mulai sakit-sakitan. Mas Budi, tetangga Ratna di kampung telah menjadi PNS di Jakarta. Mengingat orang tua Ratna dan Budi sudah terjalin lama dan banyak membantu keluarganya, Ratna dan Budi akan dijodohkan. Mendengar hal tersebut, hati Bayu langsung hancur.
"Mbak, bukankah bapak Bayu bisa memberikan semua apa yang dibutuhkan Ratna dan saudara-saudarinya? Bilang saja, mau berapa hektar tanah!" tanya Bayu dengan kesal.
Rangga dan Lilis bertatapan. Mereka kaget dengan ucapan Bayu. Memang ayah Bayu juragan tanah di kampungnya. Ditambah lagi ayah Bayu punya jabatan dalam pemerintahan.
"Ta-pi, kalian beda keyakinan. Cinta kalian tidak bisa dipaksakan. Itu bisa menyakiti kedua keluarga kita!" ucap ketus Rangga.