“Lalu, bagaimana menurutmu tentang hujan dan pelangi?” tanyanya kembali.
“Bagiku tanpa hujan, pelangi akan tetap dapat terlihat, jika kita mau melihat keindahan tujuh warna itu dengan niat tulus. Kau ingin tahu caranya, bukan? Lihatlah lukisan indah pada dinding di sebelah kirimu. Bukankah itu adalah pelangi! Walau apapun medianya, tujuh warna itu tetaplah pelangi, dan tidak pernah bisa dikatakan hujan. Dan bagiku tanpa mendung, hujan pun akan datang, selama ia dapat menemukan daerah yang ingin dibasahinya. Kau pernah mendengar cerita tentang seorang pawang hujan, bukan! menurut cerita yang kutahu, seorang pawang hujan dapat memindahkan dan memanggil hujan kapan dan dimana pun ia mau.”
“Aku Dian.” akhirnya seutas senyum yang tak datar darinya, membuatku tak berkedip.
“Kau bisa memanggilku Bayu.” balasku.
Dan siang itu pun menjadi hangat. Kami berbincang tak hiraukan keramaian orang, hujan atau pun dinginnya suhu yang tercampur dari udara hujan dan AC di ruangan itu.
***
Hujan masih turun sangat lebat bersama angin kencangnya. Beberapa pohon di luar kafe tumbang. Suasana di luar begitu gaduh. Petir tanpa jeda menggelegar. Suara alarm dari beberapa mobil begitu bising. Terlebih lagi suara berisik orang-orang diluar yang terdengar norak melihat salah satu pohon tua besar tumbang di atas sebuah sedan mewah berwarna hitam. Namun hal itu tidak sedikit pun menyita perhatian kami.
“Mau pesan apa, Pak?” ujar seorang pelayan, menghampiri kami tiba-tiba.
“Sama seperti yang di pesan Nyonya ini.” jawabku.
Cokelat seduh panas yang diminum olehnya membuatku teringat pada seorang perempuan renta yang kupanggil Oma. Oma sangat menyukai cokelat seduh panas. Di rumahnya yang mungil, beberapa kaleng cokelat seduh berlabel merk dari luar, berjejer di lemari makannya yang terbuat dari kayu jati.
Oma seorang perempuan yang lahir di Indonesia. Aku mengenalnya dari mantan kekasihku beberapa tahun lampau. Oma seorang perempuan renta, berusia hampir 80 tahun. Ia orang yang sangat keras kepala. Ia tinggal sendiri di sebuah rumah kecil, di sebuah kota yang mempunyai julukan sebagai kota hujan. Beberapa kali Sarah-anaknya membujuknya untuk tinggal bersamanya. Akan tetapi Oma tetap bersih keras hanya mau tinggal sendiri di rumah yang terlihat kusam itu.